"aku udah ngantuk, cewek tidur dikamar tempo hari gak?" hari ini aktifitasku padat marayap tanpa sebab dan sekarang dengan perut yang kenyang, aku mengantuk.

"baru jam 11?"

"tapi aku ngantuk." Aku menyerahkan toples kacang dan bangkit.

Tanpa pamit pada siapapun, aku balik kedalam. Sambil merangkul tas, aku naik kelantai atas. Menemukan kamar tamu dengan mudah. Setelah gosok gigi dan berganti baju, aku melompat ke kasur empuk. Selamat malam.

***

Merasa sangat haus, aku terbangun. Meraba aku melihat hape dan jam 3 pagi dan aku masih sendirian di kamar. Dari balik gorden aku bisa lihat kalau mereka masih ngobrol dibelakang. Memakai jaket, aku turun ke dapur. Saat hampir tiba didasar tangga, aku berpas-pasan dengan Chalinching. Tunggu, Chalacha?

Aku berniat untuk pura-pura tak melihatnya tapi dia menghadangku dengan lengan kecil yang tak akan berpengaruh banyak kalau dia berniat mencegat.

"Mecca kan? Mantannya Garra?"

Kami berhadapan dengan aku yang masih 1 anak tangga diatasnya. "kamu siapa?"

Dia mendengus tertawa. "oke, kalau kamu mau pura-pura gak kenal aku, terserah."

Aku benaran tak tahu nama aslinya.

Adengan ini sangaaat klasik. Aku mengalami kejadian seperti ini lebih dari berapa puluh kali kalau ditotal. Saat pacar seseorang tiba-tiba datang dan menuduh aku merebut atau menggoda pacarnya. Meskipun aku cukup bingung mengklasifikasikan kasus kali ini.

Aku tak pernah jadi pacar Garra apalagi mantan.

"Bukan. Aku bukan mantan Ga.."

"aku udah nembak Garra." dia memotongku sebelum selesai menjawab. "jadi kedepannya, aku harap kamu gak sering muncul didepan dia lagi, ngegodain. Berhenti ngikutin dia kemana-mana."

Aku menggoda dan mengikuti siapa?

Dia mungkin tak kenal aku tapi perkara wajah galak, aku ratunya. Dia berusaha ingin membullyku tapi satu-satunya bakat yang kumiliki mungkin, bakat untuk tidak pernah dibully. Dengan hampir tersenyum karena kocaknya kejadian ini sekarang, aku melipat tangan didada, bersandar ke pegangan tangga. Memandangi dia yang siap tempur.

"ditolak ya?" tanyaku pelan.

Hidungnya langsung kembang kempis. Dia naik setingkat dan sejajar denganku. Tepat saat dia akan bicara, serombongan yang berpesta masuk. Sepertinya mereka akhirnya bubar. Entah bagaimana, yang kudengar kemudian adalah teriakan dan si Chalichacha menggelinding ke dasar tangga.

Teriakan sahutan datang dari para gadis yang melihat kejadian.

"Icha!" jerit mereka kompak.

Semuanya berhamburan ke tangga, tempat si pacar Garra tertelungkup sekarang. Dia jatuh tak terlalu tinggi. Cuma sekitar 5 anak tangga. Tapi dia kesulitan untuk bangun.

Dokter kami ambil posisi terdepan, dia melewati semua orang, langsung membantu chalicha bangun dan bertanya dimana dia merasakan sakit. Langsung bertindak. Tidak seperti sebagian besar kami yang Cuma berteriak dan bertanya kenapa.

Berbalik, muka si pacar Garra sudah bercucuran air mata. Dia terisak. Berusaha mengatakan sesuatu pada semua orang. Kami gagal memahaminya pada beberapa percobaan pertama, kemudian aku berhasil menangkap kalimatnya.

"Aku mau naik tangga, dia dorong aku." Kemudian kembali terisak dalam pelukan Ningrum. Aku disana adalah dia dan si dia adalah aku. Jadi kira-kira maksudnya, dia mau naik tangga dan aku mendorongnya.

That time when we're together (completed)Место, где живут истории. Откройте их для себя