19 | Teru-Teru Rangga

158K 16.8K 3.9K
                                    

Selama jam pelajaran, bukannya mencatat pelajaran di papan tulis, Rangga justru sibuk dengan alat jahit dan selembar sapu tangan putih yang ia dapat dari koperasi. Beruntung Bu Dilara sedang keluar kelas. Kalau tidak bisa dipastikan cowok itu akan dijemur di lapangan.

"Ngapain lo?" tanya Gara saat melihat keseriusan Rangga memasukan benang ke dalam jarum. Cowok itu tengah bertukar kursi dengan Edgar. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana berbanding terbaliknya suasana di barisan Adnan x Edgar dan Gema x Rangga x Gara.

"Bentar Le, bentar, gue nggak ikut konser dulu hari ini. Sepidermen lagi sibuk," balas Rangga tanpa mengalihkan fokusnya. Dahinya tampak berkerut, dan matanya menyipit sampai segaris.

Disaat benangnya sudah nyaris masuk ke lubang, suara Gema menyentak Rangga, hingga segalanya buyar begitu saja.

"Astagfirullah! Allahu Akbar! Ampuni hambaMu ya Allah! Ampuni hambaMu!" Rangga menjerit frustasi. Ia melempar benang dan jarumnya ke atas meja, lalu menjabaki rambutnya gemas. "Mau gila gue bikin ginian!"

"Mau bikin apa sih memangnya?" Gara menjulurkan kepalanya penasaran. Alat jahit tentu saja bukan benda yang familier dengan Rangga.

"Hadiah untuk sang kekasih," sahut Rangga asal. Cowok itu menghela napas berat, menepuk-nepuk dadanya, berusaha menguatkan diri. Ia kemudian menoleh ke arah Gema, dengan tatapan membunuh, Rangga berujar, "Gema sayang, sekali lagi kamu ganggu aku, aku pecat kamu jadi manusia."

"Waduh, lagi mode uwu dia, Gar," Gema memberi kode pada Gara lewat lirikan mata, yang hanya dibalas cowok itu dengan cengiran.

Beruntung setelah benang tersebut masuk ke dalam jarum, Rangga bisa meneruskan pekerjaannya dengan lebih mudah. Dengan kemampuan seadanya-ditambah segala macam drama tertusuk jarum, sampai terlilit benang-Rangga bisa menyelesaikan satu jahitan jelujur. Sebagai finishing ia menempelkan fotonya yang tadi ia cabut dari raport.

"Wedeh, apaan tuh? Casper?" tanya Gara kaget melihat hasil pekerjaan Rangga.

"Lebih mirip boneka voodo, sih," Gema ikut memperhatikan.

"Dasar norak people kalian, ya! Mana ada boneka voodo tampangnya mirip Cameron Dallas begini," celetukan Rangga hanya dibalas tawa geli oleh keduanya.

"Eh, iya, festival bulan bahasa kita nggak mau konser lagi, Ga?"

Kalimat Gara membuat Rangga tercenung sesaat. Ia teringat pada percakapan Iris dan Raya tadi pagi, serta obsesi pacarnya terhadap-males banget nih nyebutnya-Rangga versi AADC.

Seperti mendapat wangsit, mata cowok itu langsung berpedar senang, senyumnya terkembang lebar. "Maaf ya, beb, aku punya tugas negara."

Rangga menepuk pundak kedua sahabatnya, lalu melenggang menuju meja Raya.

"Raya cantik," Rangga menyengir penuh maksud. "Tapi aku nggak akan mencintaimu, soalnya pacarku jauh lebih gemes."

"Mau ngapain?" Raya menatap Rangga curiga. Ia bahkan langsung memeluk barang-barangnya, takut cowok itu kembali berulah.

"Ajarin gue bikin puisi dong!"

Raya langsung tersedak.

°°°

"Tadaaa!"

Iris berjenggit kaget, ketika sebuah boneka berbentuk hantu tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia sempat berpikir itu sosok mbak Melati, karena ia duduk di bawah pohon beringin.

"Ngangetin aja, sih!" Iris berseru, saat menyadari bahwa itu adalah teru-teru bozu, boneka penangkal hujan khas Jepang.

Rangga terkekeh geli melihat ekspresi pacarnya. "Nih, buat lo," katanya seraya menjatuhkan diri di samping Iris.

Iris [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang