23

6K 623 9
                                    

Ando

Tiap hari kerjaannya latihan, ke venue buat check sound, balik hotel buat nyoba kostum, bandara, hotel baru, latihan lagi, venue lagi, gitu terus.

Udah sebulan kegiatan gue cuma begitu aja dan tiap hari ketemunya sama orang yang sama. Memang sih hampir tiap malam ketemu sama para penggemar gue, tapi ya ketemu mereka cuma dalam waktu dua jam, sedangkan 22 jamnya sama orang lain dan itu semua membuat gue bosan.

Setiap tur pasti ada aja waktu di mana gue dan rekan-rekan band gue ngalamin yang seperti ini. Tapi kali ini kayaknya cuma gue yang ngerasainnya lebih parah. Capek, mau istirahat, mau pulang.

Kurang lebih dua minggu lagi tur seluruh Indonesia ini akan beres dan itu artinya gue bisa melepas rindu gue sama ayang gue. Hehehe Kayla maksudnya.

Tiap hari teleponan bahkan video call bukannya menurunkan kadar kangen gue tapi malah buat kangen gue makin meluber. Jadwal jaga Kayla sedang padet-padetnya karena--ya aduh kenapa gue harus nyebut namanya lagi--Tisha mendadak cuti selama dua minggu membuat gue gak bisa memintanya untuk menyusul gue tur.

Gila ya.

Ini gila sih.

Biasanya gue akan memaksa pacar gue untuk dateng ke tempat konser kalo gue lagi uring-uringan seperti ini. Bahkan sama Tisha gue seperti itu. Tapi waktu itu dia gak menolak atau membantah sama sekali, dia selalu mengikuti permintaan gue ini.

Dan ternyata, saat gue berantem hebat yang berujung pada dirinya yang kabur ke Jepang, dia mengungkit semua itu. Tentang bagaimana egoisnya gue yang selalu memaksa dia untuk datang ke tempat gue mengadakan konser padahal dia sangat gak suka datang ke konser-konser band. Tisha jenis cewek opera sabun mandi coy, jadi dia sangat gak suka mendengar suara-suara yang berasal dari penonton yang bernyanyi bersama atau penggemar yang gak henti-hentinya meneriakkan nama idolanya.

Tapi sekarang, gue malah bertanya lebih dulu pada Kayla apakah dia bisa datang atau enggak, dia sibuk atau enggak, dia bersedia atai enggak.

You know what, guys?

Ando yang egois ternyata udah kabur entah kemana.

Key, gila ya kamu bikin aku kayak gini?

Mikirin Kayla kayak gini membuat gue ingin langsung menghubunginya.

Dengan senyum sumbringah karena gak sabar ingin mendengar nada ketusnya yang bete karena gue telepon terus di jam dia sedang praktek tapi tetep dia angkat, gue mencari namanya di daftar kontak gue. Tapi saat gue ingin meneleponnya, nama yang gak pernah gue sangka-sangka akan menelepon gue mengingat gue sedang melakukan hal yang paling beliau gak suka membuat kening gue berkerut.

Mami is calling....

"Halo, Mam?" sapa gue.

"Do, tur kamu kapan selesai?"

Gue diem. Shock mendengar pertanyaan Mami.

Mami adalah barisan pertama penentang gue berada di dunia musik, dan Papa adalah orang di belakang Mami dalam hal yang sama. Keduanya sama gak sukanya dengan gue yang lebih memilih dunia musik dibandingkan menyelesaikan kuliah gue di jurusan hukum.

Dan semenjak itu, hubungan gue, Mami dan Papa menjadi merenggang dan hampir gak bertukar sapa bahkan kabar. Ditambah dengan gue yang sejarang itu pulang ke rumah membuat perang dingin ini seolah tanpa akhir.

Makanya gue sangat kaget ketika untuk pertama kalinya sejak gue meninggalkan kuliah gue, nyokap menelepon gue bahkan menanyakan hal seputar dunia band gue. Ini nyokap gue sehat-sehat aja kan?

Hiraeth.Where stories live. Discover now