Samudera - 47

21.2K 2.5K 494
                                    

Banyak yang tanya kenapa part 47 gak bisa dibuka, sebenarnya tadi gak sengaja kepublish makanya aku unpublish lagi

Jangan lupa vote dan comment

Happy reading

♥ ♥ ♥

"Axel, selama Papa kerja tinggal dulu di rumah Nenek Rania ya, biar nanti pulang sekolah, Papa minta Tante Aurel buat jemput kamu," ujar Samudera setelah menghabiskan sarapannya.

Axel yang baru saja selesai meneguk segelas susu putih langsung menggeleng. "Axel tinggal di rumah Mama Oceana aja, Pa. Biar nanti minta Mama Oceana jemput Ax di sekolah."

"Tapi, Ax—"

"Pa," Axel memasang wajah paling sedih agar Samudera memenuhi keinginannya. Bahkan, Axel sudah hampir menangis kalau saja Samudera tidak langsung menuruti keinginan putranya itu.

"Iya, nanti Papa coba ngomong sama Kak Oceana ya."

"Yes, Papa emang the best."

"Gak sia-sia kamu lahir di New Zealand, jadi anak Papa bisa bahasa Inggris."

"Iya dong."

Samudera terkekeh pelan. "Ayo berangkat, nanti kamu telat."

"Siap." Setelah itu, keduanya keluar dari apartemen.

♥ ♥ ♥

"Oceana, di ruang tamu ada Arvin yang tunggu kamu."

Oceana mengahabiskan kunyahannya dan menatap Vina yang sedang mendekat. "Ngapain ke sini pagi-pagi, Bun?"

"Katanya mau antar kamu kerja."

Adrian yang juga sedang sarapan ikut berkomentar. "Iya, dia bilang. Mau belajar jadi suami yang baik, dimulai dari hal terkecil, seperti mengantar-jemput Oceana."

Oceana mengernyit. "Kalau mau belajar jadi suami yang baik, kenapa mesti sama gue coba."

"Ya bego, lo 'kan habis tolak lamaran Samudera, otomatis si Arvin punya peluang besar buat jadi suami lo."

"Gue cuma anggap dia gak lebih dari seorang kakak."

"Na, buka hati lo buat Arvin, dia lebih baik dari Samudera."

"Tapi gue gak ada rasa sama dia, Bang."

"Rasa itu akan tumbuh seiring waktu berjalan, makanya lo kasih kesempatan dia buat masuk ke hati lo."

Oceana menghela napas, kemudian ia bangkit dari tempat duduknya. "Gue berangkat dulu," setelah itu Oceana menatap Vina yang sedang menuang susu putih ke dalam gelas. "Oceana berangkat, Bun."

"Hati-hati, Na."

Oceana langsung menuju ruang tamu, di sana sudah ada Arvin dan Rio yang sedang mengobrol. Ia berdeham membuat kedua lelaki itu beralih menatapnya.

"Sudah siap?" Oceana mengangguki pertanyaan Arvin. Kemudian Oceana menatap Rio. "Berangkat, Yah."

"Hati-hati."

Keduanya langsung menuju mobil Arvin. Selama perjalanan hanya keheningan yang tercipta, entah karena Arvin yang kehilangan topik pembicaraan atau Oceana yang sedang malas ngobrol. Setelah terjadi kecanggungan beberapa saat, akhirnya Arvin memilih untuk memulai obrolan. "Nanti aku jemput kamu ya, Na."

"Aku?"

"Mulai sekarang aku-kamu ya, Na. Aku mau kita memulai dari hal-hal terkecil, aku yang antar-jemput kamu dan panggilan kita yang berubah jadi aku-kamu."

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Where stories live. Discover now