Samudera - 38

17.7K 2.3K 757
                                    

Aku gak bisa sering-sering update. Bapakku lagi sakit dan aku sering bolak balik rumah sakit

Katanya kalau banyak yang doain, cepat diizabah, doain biar Ayahku cepat sembuh dan operasinya berjalan lancar

Happy reading, jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

7 tahun kemudian

Semua tidak ada yang tersisa lagi, hal indah yang dulu pernah terjadi sudah berubah menjadi kenangan pahit. Ketika takdir mengubah persahabatan menjadi cinta, namun enggan untuk menyatukan di situlah tertancap duri yang begitu menusuk relung hati, rasanya sangat menyesakkan untuk diingat segala kebahagiaan yang pernah terukir.

Semua hal yang berkaitan tentang laki-laki itu sudah Oceana lenyapkan, bahkan untuk selembar foto pun sudah tidak ada. Rasa kecewa yang begitu mendalam sangat membekas, untuk sekadar mengingat wajahnya atau menyebut namanya pun enggan.

Laki-laki itu begitu pintar membuat terbang setinggi angkasa, lalu akhirnya dihempaskan ke lautan kehancuran yang begitu mendalam.

Hembusan napas terdengar beberapa kali, itu caranya untuk menghapus rasa sesak kala masa lalu menyapa.

Terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki semakin mendekat ke arah perempuan berjas putih itu.

"Na, kuy lunch." Seseorang yang baru masuk tadi berdiri di hadapannya membuat perempuan itu mendongak dan menatap pria yang berprofesi sebagai arsitek itu.

"Lagi banyak kerjaan, nanti aja lunch-nya."

"Kerjaan apa? Melamun maksud lo?"

Oceana terkekeh dan akhirnya perempuan yang bernama Oceana itu berdiri dan meraih tasnya di atas meja. "Lunch di mana?"

"Di mana-mana hati lo senang."

"Halah."

Keduanya berjalan beriringan keluar dari rumah sakit. Dulu katanya pilot dan dokter adalah pasangan ideal. Itu dulu, sebelum takdir dengan teganya memisahkan mereka.

"Gue lagi pengin bebek bakar," ujar Oceana.

"Ok."

Letak kantor Arvin dengan rumah sakit tidak begitu jauh, membuat ia sering datang berkunjung kala senggang.

♥ ♥ ♥

Mobil itu berhenti di depan warung bebek bakar yang ada di perempatan lampu merah tak jauh dari rumah sakit tadi. Keduanya memasuki warung itu yang ramai, memang bebek di sini juara, terkenal enak dan harga yang terjangkau membuat banyak peminatnya.

"Nasi bebek bakar dua, sama es jeruknya dua, Mbak." Arvin menatap pelayan yang sedang mencatat menu pesanan mereka.

"Baik Mas, mohon ditunggu." Setelah itu ia kembali ke belakang.

Arvin menatap Oceana yang sedang memainkan ponselnya. "Na, ini udah lama dan lo masih stuck sama satu nama? Sedangkan dia udah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang."

Oceana mengalihkan pandangannya dari ponsel ke mata Arvin. "Ngomong apa sih, Kak?"

"Gue tahu yang ada di pikiran lo sekarang."

"Emang apa?"

"Lo lagi pikirin Samudera kan?"

"Sok tahu."

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Where stories live. Discover now