Samudera - 42

17.2K 2.3K 292
                                    

Sebenernya part ini mau aku update pas ultahku tanggal 26 juni besok wkwk

Tapi karena tanganku gatel pengen up sekarang, jadi aku up

Jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

Oceana membuka sweater yang ia pakai, kemudian melilitkan ke perut Samudera, setidaknya hal itu bisa sedikit menutup lukanya.

Gadis itu menyeka air matanya, kemudian menatap Reyhan. "Rey, lupakan dulu ego lo, pikirkan seorang manusia yang gak bersalah menjadi korban tusukan lo."

"Yaudah sih biarin aja, kalau dia mati ya tinggal dikubur," balasnya enteng.

"Ini bukan tentang dia sahabat atau mantan gue, ini tentang kemanusiaan." Oceana mengangkat tubuh Samudera yang lebih besar dari bobot tubuhnya dengan kekusahan.

Ara menghela napas, kemudian ia membantu Oceana mengangkat tubuh Samudera untuk dibawa ke mobil lelaki itu yang ada di depan rumah.

Oceana sedikit mengulas senyum, setidaknya Ara masih punya setitik kebaikan di hatinya untuk menolong Samudera.

♥ ♥ ♥

Setelah sampai di pelataran rumah sakit, Oceana membopong tubuh Samudera keluar dari mobil. Beberapa perawat yang melihat hal itu langsung berlarian ke arah Oceana dengan mendorong brankar pasien.

Samudera dibawa ke ruang UGD dan langsung ditangani oleh dokter Alvaro yang memang sedang bertugas di sana.

Ini bukan perkara Oceana adalah seseorang yang pernah menjadi sahabatnya, pacarnya, mantannya atau seseorang yang masih ia cinta. Ini adalah murni rasa kemanusiaan, rasa empati melihat seseorang yang rela berkorban untuk dirinya.

"Dia kehilangan banyak darah, golongan darah O stoknya lagi kosong dan pasien harus segera dioperasi," jelas dokter Alvaro kepada Oceana setelah memeriksa keadaan Samudera.

Oceana memijat pelipisnya dan segera ia menghubungi Vina menggunakan ponsel salah seorang perawat yang memang ia kenal, karena golongan darah Bundanya adalah O. "Iya, dok. Saya udah menghubungi pihak yang mungkin bisa membantu."

"Segera urus administrasinya, biar pasien segera dipindahkan ke ruang rawat." Setelah itu sang dokter melenggang pergi, sementara Oceana segera ke bagian administrasi.

Oceana memindahkan Samudera ke ruangan VVIP, gadis itu menatap wajah pucat pasi lelaki di hadapannya. "Aku memang masih sayang sama kamu, tapi untuk kembali, hatiku belum bisa, rasa yang ada gak pernah sama lagi, Sam."

"Menjadi aku itu sakit, Sam. Aku menunggu kamu selama bertahun-tahun ternyata kamu sudah memiliki seorang anak."

Setitik air mata jatuh ke pipi Oceana. "Dulu kamu dengan mudahnya mengumbar janji-janji manis yang kemudian buat aku melayang ke angkasa, dan pada akhirnya janji itu hanyalah bualan yang membuat aku terjerat ke dalam luka mendalam."

"Jika saja aku bisa mengulang masa lalu, aku memilih tetap menjadi sahabat kamu, bukan mengubahnya menjadi cinta yang membawa luka."

Tak lama kemudian muncul Vina dan Axel, anak kecil berusia 6 tahun itu langsung menangis melihat sang Ayah yang terbaring lemah seperti ini. "Papa, gak boleh pergi, nanti Ax sama siapa? papa jangan pergi!" ujar Axel di sela isakannya yang membuat Oceana dan Vina terenyuh.

Oceana langsung mengangkat tubuh Axel ke dalam dekapannya, seraya menghapus air matanya. "Semua akan baik-baik aja, Ax gak boleh nangis, masa jagoan nangis, hmmm."

"Tapi Ax gak mau Papa pergi."

"Mending Ax berdoa untuk kesembuhan Papa."

Bocah itu mengangguk patuh. "Semoga Papa baik-baik aja, Ax janji akan jadi anak yang baik, Ax gak akan nakal lagi, asal Papa bangun dan main sama Ax lagi."

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Where stories live. Discover now