51 • Sisi Baik Dia

Começar do início
                                    

Rafa memutar bola matanya dengan malas. Dia memiliki ide agar tidak terus-menerus menyakiti Chica. Dia tidak akan tega.

"Gue lakuin asal lo ga sakitin Chica." Rena tersenyum senang mendengar penurutan Rafa. Dia tidak mau menyia-yiakan kesempatan emas ini.

FLASHBACK OFF.

Rafa menghela nafasnya. Jika boleh jujur, dia risih berada di dekat Rena. Entah itu dipeluk oleh Rena, dan lainnya.

Rafa kembali memikirkan Chica. Dia merindukan sosok perempuan yang selalu mengganggunya. Sangat rindu.

Di lain sisi, Rafa juga lelah berpura-pura tidak peduli kepada Rena. Dia tidak akan menoleh ke arah Chica sedikit pun. Jika Rafa ketahuan menoleh ke arah Chica, Rena bisa saja berbuat macam-macam.

FLASHBACK ON.

"Raf, lo yakin sama semua ini?" tanya Qio memastikan. Qio tidak yakin dengan pilihan yang Rafa ambil ini.

Rafa menganggukkan kepalanya. Tidak ada jalan lain. Ini semua demi kebaikan Chica sendiri. Rafa sadar, dia terlalu banyak membuat luka di hati Chica.

"Tapi, lo ga bisa main oper-oper gitu aja. Hati cewe itu bukan bola basket, yang bisa seenaknya lo oper sana-sini semau lo, Raf."

Rafa menghela nafas kembali. Di satu sisi, dia menginginkan Chica terus bersamanya. Tapi di satu sisi lagi, dia tidak mungkin membawa Chica ke dalam lingkaran bahaya lagi. Dia tidak mau Chica disakiti oleh psikopat itu.

"Apa ga ada cara lain selain ini? Kita bisa aja lapor polisi buat penjarain Rena. Atau ga, kita bisa masukin Rena ke RSJ."

Rafa menggelengkan kepalanya. Rafa tahu betul bagaimana sifat Rena. Jika Rena dimasukan ke dalam penjara atau RSJ, dia akan kabur. Dan selanjutnya, Rena tidak akan segan-segan untuk membunuh orang.

"Setelah kita masukin ke penjara atau RSJ, kita bikin pengawasan ketat. Jadi, terror apapun ga bakal ada lagi," ucap Qio.

"Malem-malem?" tanya Rafa.

Qio sama sekali tidak paham dengan pertanyaan Rafa. "Maksudnya?"

"Bunuh pas malem," ucap Rafa menjelaskan. Rena memiliki sifat nekat. Dia akan menyingkirkan siapapun yang menggangu tujuannya.

Qio menghela nafas panjang, lalu menggelengkan kepalanya "Bener juga. Niat banget kalau dia nyongkel atap buat masuk ke kamar Chica."

"Ini yang terbaik," ujar Rafa.

"Tapi, kalau misalnya Chica tau alasan lo ini gimana? Dia bisa aja marah atau ga kecewa sama lo. Niat lo emang baik. Tapi, cara lo gini salah. Lo sama aja nyakitin hati dia. Ga ada bedanya."

"Buat dia lupain gue."

Qio menggelengkan kepalanya. "Lupain? Move on maksud lo? Dasar dari move on itu mengikhlaskan. Emang dia bisa ikhlasin lo, terus pergi ke gue gitu aja? Itu hati, Raf! Bukan mainan yang biasa lo temuin di abang-abang tukang mainan."

Rafa terdiam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Idenya benar-benar buntu. Betapa sulitnya untuk menyingkirkan Rena.

"Gue tau lo lakuin ini demi kebaikan dia. Tapi, jangan mengambil keputusan yang terburu-buru! Lo emang ga mikirin hati lo. Tapi sekali lagi, pikirin hati Chica."

Rafa tidak membalas ucapan Qio. Dia merasa, Qio sudah semakin bijak semenjak masalah dahulu. Orang yang tidak mempunyai mata jeli, tidak akan menyadari Rafa sedang tersenyum kecil.

Rafa menepuk pundak Qio. "Gue atur Rena secepatnya."

Qio menganggukkan kepalanya. Ya, setidaknya ini hanya untuk sementara.

FLASHBACK OFF.

Demi kebaikan lo, batin Rafa.

🙈🙉

-Hey, Chica!-

Holla! Emak udah tepatin janji kalian buat double update, yak!

Emak updatenya kapan lagi, nih? Besok tapi kalau komennya jeboll!!

Iya, emak tahu ini masih pendek, maaf ya! Maaf juga kalau feelnya belum dapet, ada typo, kesalahan lain.

Intinya, jangan lupa vote dan komennya! Jangan bosen nunggu Hey, Chica! update ya!

Sekian,

Salam hangat dari emak Rafa 💋

Hey, Chica! [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora