Aruna#37: Rambut Baru

2.3K 124 3
                                    

HARI ini adalah hari dimana kegiatan sekolah kembali dimulai setelah kemarin libur semester dan tahun baru. Dan Aruna sudah menyiapkan hati untuk menyambut hari ini. Dia sudah bertekad akan bersikap biasa-biasa saja jika bertemu Dirga tadi.

Dan pagi pukul setengah tujuh kurang Aruna sudah sampai di parkiran sekolahnya, tapi mulai hari ini bukan lagi parkiran mobil, melainkan parkiran khusus roda dua karena mulai hari ini ia sudah tak akan pergi dan pulang sekolah bersama Dirga. Mulai hari ini Aruna akan kembali menggunakan sepedanya untuk pergi sekolah. Sepedanya yang sudah lama rusak, namun sudah ia bawa ke bengkel kemarin dan syukurnya masih bisa diperbaiki.

Aruna memakirkan sepedanya dengan benar dan setelahnya ia menyisir rambutnya dengan jari. Aruna sampai dibuat berkali-kali menghela napasnya kala mengingat rambut panjang sepunggungnya sudah menjadi sebahu saat ini. Dua tahun lebih dia memanjangkan rambutnya namun hanya dalam hitungan menit rambut panjangnya sudah berubah. Ini semua karena Inara yang kemarin tak sengaja mengenai rambut Aruna dengan permen karet.

Saat itu Aruna ingin menangis namun melihat wajah ketakutan dan tangis bersalah Inara membuatnya tak tega. Jadi ia hanya bisa mengulas senyum menenangkan adiknya yang sudah terseu-sedu. Jadilah bundanya yang meratakan rambut Aruna, memotongnya sebatas permen karet itu menempel dirambutnya. Dan hasilnya sampai sebahu.

Dan dari mulai koridor utama sampai lorong kelasnya Aruna tak henti-hentinya mendapat tatapan-tatapan penuh selidik dari temna-teman sekolahnya, entah mereka sedang memperhatikan rambut barunya atau menyadari tak adanya kehadiran Dirga di samping Aruna seperti biasanya.

Aruna memang sengaja berangkat lebih dulu karena ia sengaja. Ia masih takut jika Dirga akan menjemputnua meski ia sedikit sangsi cowok itu akan tetap datang menjemputnya. Dan untuk bundanya, Aruna memang kemarin sudah menceritakan pada bundanya jika mereka sudah putus. Memang awalnya bundanya sempat terkejut namun setelahnya bundanya mengangguk paham, kata bundanya putus dalam hubungan itu suatu hal yang biasa terjadi. Pesan bundanya adalah ia harus tetap semangat dan tak boleh menjadikan patah hati untuk menjadi malas belajar atau menjadi penghambat konsentrasi belajar.

Aruma sudah berada di dalam kelasnya, duduk dikursinya. Tak ingin menghiraukan tatapan-tatapan dari teman kelasnya yang seakan ingin mengulitinya hidup-hidup. Diambilnya novel baru yang dibelinya dari dalam tas ditemani oleh lagu jangan rubah takdirku-Andmash.

Selang tak berapa lama suara grasak-grusuk Kintan yang baru duduk di sebelahnya, Aruna tahu namun ia tetap memilih fokus untuk membaca novelnya.

"Kok lo udah di kelas sih Run? Perasaan tadi gue baru liat mobil Dirga baru masuk parkiran," kata Kintan seraya melepas sebelah earphone Aruna.

Aruna hanya menoleh dan tersenyum tipis. Harusnya Kintan tak perlu bertanya lagi. Kan sudah dia ceritakan jika dia dan Dirga sudah putus.

"Dih malah senyum, jawab dong!"

Aruna kembali memusatkan perhatiannya pada novel ditangannya. "Emangnya yang aku bilang waktu itu belum jelas ya Kin?"

Kintan berdecak. "Tapi Dirga bilang dia gak mau putus, cuma...."

"Maksud kamu apa?" tanya Aruna penuh selidik, matanya sudah memicing saat ini. "Jangan bilang kalau kamu...." Kintan nyengir tanpa dosa.

"Kintan kan aku udah bilang jangan bilang apa-apa sama Dirga. Nanti kalau dia mikir yang enggak-enggak gimana?" Aruna terlihat panik.

"Tenang aja Run. Gue jamin Dirga gak bakal mikir gitu kok."

"Terus kalian ngomongin apa aja?"

"Kepo ya? Kepo?" Kintan tertawa menyebalkan sembari menusuk-nusuk pipi Aruna.

ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang