39 • Bloody Sakura

86.1K 10.2K 8.9K
                                    

"GILA LO YA?"

Figo setengah berteriak ketika Saddaru berkata ingin pergi menemui Davila padahal kondisinya belum seratus persen pulih.

Saddaru sudah mencoba turun dari brangkar, tapi selalu ditahan oleh Figo dan Dion. Alan dan Saga hanya diam tapi terus berceloteh meminta Saddaru untuk tidak keras kepala.

Pada akhirnya, Saddaru mengalah dengan rasa kesal yang ia pendam. Cowok itu kembali pada posisi tiduran dan tak lagi bergerak untuk mencoba kabur dari tempat ini.

"Ngapain sih lo lebih mentingin Davila daripada kondisi lo sendiri? Lo nggak sadar lo masih sakit? Mau sok bisa ngalahin Davila yang tingkahnya lebih dari setan?" Saga berucap ketus.

Saddaru mendengus keras. "Lo diem kalo nggak tau apa-apa."

"Gue tau. Lo mau nemuin Davila pasti buat ribut, kan? Udah kebaca, Dar!" balas Saga. "Dari omongan lo pas teleponan sama dia juga semua orang yang denger pasti tau apa maksud dari obrolan lo berdua."

Kali ini Saddaru tidak membalas ucapan Saga. Dia sudah terlanjur kesal keinginannya tidak tercapai karena dihalau oleh teman-temannya. Daripada hal yang tidak diinginkan terjadi, Saddaru memilih diam.

Dia sebenarnya sadar —bahkan sangat sadar bahwa kondisinya tidak sebaik hari-hari kemarin. Namun, hasratnya sangat ingin menghancurkan Davila detik ini juga.

"Buat sekarang lo nggak usah respons Davila deh, Dar. Dia sesat dan lo tau itu." Alan berujar.

"He'em. Lo di sini aja, istirahat," tambah Figo.

Saddaru menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam amarah yang hendak meluap. Davila memang selalu membuatnya kesal. Bahkan ketika Davila sedang diam pun Saddaru bisa terpancing amarahnya.

Mengingat percakapan yang terjadi antara dirinya dan Davila tadi membuat Saddaru semakin pusing. Yang Saddaru takutkan hanya ... dia takut Davila benar-benar melakukan itu pada Sakura. Bahayanya, omongan Davila selalu serius.

"Yon, Sakura di mana?" Saddaru bertanya.

Sebelum menjawab, Dion meraih ponselnya dari saku jins yang ia kenakan. "Bentar gue tanya. Kenapa emang, Bro?"

Sambil mencari kontak Sakura, Dion mendengarkan Saddaru yang menjawab pertanyaannya. "Gapapa. Coba lo tanya dia di mana," kata Saddaru.

Hanya perlu waktu tiga detik hingga akhirnya panggilan Dion diterima Sakura. Cowok itu segera berucap, "Babe?"

"Ya?" Sakura menyahut.

"Kamu di mana?" tanya Dion.

"Di rumah," jawab Sakura. "Kamu di mana?"

"Ini lagi bareng Zhynix di rumah sakit. Jenguk Saddaru," ucap Dion.

"Aku mau ke situ, boleh?" kata Sakura.

Sebelum menjawab Sakura, Dion menatap teman-temannya yang juga mendengar ucapan Sakura karena Dion me-loadspeaker panggilan telepon itu. Ketika Saddaru mengangguk yang berarti "bolehin aja", Dion pun kembali berucap pada Sakura.

"Ya udah, sini aja. Kamu sendiri atau sama siapa ke sininya?" tanya Dion. "Apa mau aku jemput?"

"Nggak. Mau sama Bang Nolan aja," celetuk Sakura.

"Oh, ya udah. Hati-hati," tutur Dion.

"Ya. Dadah," ucap Sakura yang akhirnya memutuskan sambungan telepon.

Usai bertelepon dengan Sakura, Dion menghela napas lega dan menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dia memandang Saddaru yang juga terlihat lega karena cowok itu akhirnya tau keberadaan Sakura. Sakura sama sekali tidak pergi untuk menemui Davila dan itu cukup membuat Saddaru tidak secemas sebelumnya.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now