18 • Kesepian

76.1K 10.8K 3K
                                    

Sabtu pagi, Sakura sudah mejeng di depan rumah sambil menggendong Hipu dan berbicara lucu dengan peliharannya itu. Lira sudah berangkat ke rumah sakit, sedangkan Nolan sibuk bertelepon dengan temannya di halaman depan rumah.

Ketika matahari mulai menyengat kulit, Sakura langsung kembali masuk ke rumah dan menyapa Dini, Icha serta Riri yang merupakan pekerja di rumah ini. Mereka semua sopan, ramah, baik pada tetangga dan juga penyayang. Sakura beruntung ibunya menemukan mereka bertiga.

"Sarapannya belom dimakan, tuh, Neng," ucap Icha.

"Iya, ini mau makan." Sakura tersenyum dan bergegas pergi ke dapur untuk sarapan.

Tadinya ia mau sarapan bareng Lira dan Nolan. Sayangnya, ketika mereka berdua sedang sarapan, Sakura masih terlelap dan baru bangun saat Lira hendak berangkat kerja.

Baru beberapa melangkah menuju dapur, Sakura berbalik badan lagi dan memanggil Dini. Dini menghampirinya dan bertanya, "Kenapa, Neng?"

"Temenin aku makan, ya," pinta Sakura.

Dini terlihat bingung tapi juga gemas melihat ekspresi imut Sakura. "Tumben. Ya udah, yuk!"

Akhirnya mereka pergi ke dapur. Sebelum memasuki dapur, lebih tepatnya ke ruang makan, Sakura menurunkan Hipu dari gendongannya dan membiarkan anjing itu berlari menghampiri Nolan di depan rumah.

Sambil menikmati sarapan, Sakura berbincang ringan dengan Dini. Mereka banyak membahas sesuatu yang tidak hanya satu topik. Padahal, Sakura diajarkan orang tuanya untuk tidak ngobrol ketika sedang makan. Tapi, kali ini anak itu tidak nurut.

"Mbak udah makan, ya?" tanya Sakura kemudian.

"Udah, dong. Pas Neng masih tidur semua yang ada di rumah pada sarapan." Dini menjawab. "Termasuk Hipu."

Sakura mengangguk paham. Sebenarnya Sakura sudah tau. Tapi, dia hanya basa-basi biar suasana tidak sepi. Sakura sudah terlalu sering merasakan kesepian, dan lama-kelamaan ia jadi takut.

"Eh, sebentar ya, Neng, Mbak lupa Mbak lagi nyuci!" Dini yang baru ingat bahwa dirinya tadi sedang mencuci pakaian langsung lari kebirit-birit keluar dari ruang makan.

"Yah." Sakura terdiam akan kepergian Dini. Dia sendirian lagi.

Hening. Benar-benar sepi dan begitu sunyi. Hanya terdengar dentingan sendok dari pergerakan Sakura yang sedang makan.

Rasa tidak tenang itu kembali menghantui Sakura. Biasanya ia akan bersikap biasa saja ketika menghadapi kesendirian seperti ini, karena Sakura sudah terbiasa. Tapi, kali ini ada yang beda dan membuatnya takut sendirian. Dan Sakura benci keadaan ini.

Tidak mau berlama-lama sendirian di dapur, Sakura mempercepat acara makannya agar segera habis. Ia sampai keselek beberapa kali karena sangking buru-burunya. Hingga akhirnya Sakura selesai dan langsung meninggalkan tempat.

Baru saja Sakura keluar dari dapur. Ia tiba-tiba terkejut saat melihat seseorang yang hadir di rumahnya entah sejak kapan. Ia mengerjapkan matanya berulang kali, meyakinkan bahwa apa yang ia lihat itu nyata bukan ilusi semata.

"Kenapa? Ngerasa halu?" celetuk Saddaru saat ia lihat Sakura yang seperti tidak percaya akan kehadirannya di rumah ini.

"Eh, beneran orang ternyata." Sakura kaget mendengar suara cowok itu.

"Lo pikir setan?" cetus Saddaru kemudian mendengus keras.

Sakura tak bersuara lagi. Cewek itu memerhatikan Saddaru dari atas hingga bawah, menyadari betapa kerennya lelaki itu walau pakaiannya sangat sederhana. Kaos hitam dan jins selutut. Segitu saja cukup membuat Sakura meleleh melihatnya.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now