13 • Duka

79.8K 11.3K 6.1K
                                    

"Dion kemana, Njir? Udah jam delapan, belom nyampe juga tuh anak." Saga berkali-kali mencoba menghubungi Dion, tapi panggilan telponnya selalu gagal.

"Emang tadi dia nggak bilang mau pergi ke mana?" tanya Alan pada Saga, Saddaru dan juga Figo.

"Tadi pas di sekolah dia bilang mau balik, jam tujuh langsung ke sini." Figo menjawab. "Tapi, nggak tau sekarang dia di mana. Gue spam chat nggak kekirim juga."

"Aduh. Sibuk kali," ucap Alan.

"Biasanya Dion bakal ngabarin kalo nggak bisa latihan. Ini sama sekali nggak ada," cetus Saga yang mulai capek menunggu.

"Positive thinking aja. Siapa tau batre hapenya low," celetuk Figo. "Atau hapenya mode pesawat."

Saga mendesah berat seraya menjatuhkan punggungnya ke kepala sofa, sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan. Ia nampak bosan dan mulai tidak minat latihan. Dia kurang suka bila teman-temannya tidak disiplin seperti ini. Kemarin Saddaru yang ngaret. Sekarang Dion. Besok siapa lagi?

"Chill, Man. Lo nggak usah kayak orang depresi gitu, Ga. Dion bassist kayak Figo, masih bisa ketolong karna Figo ada di sini. Nggak ada alesan buat nggak latihan." Saddaru yang daritadi diam akhirnya bersuara.

"Ya, tapi kan—" Saga berhenti berucap dan berdecak ringan karena Saddaru melayangkan lirikan sinisnya yang membuat Saga terpaku sesaat. Ia lalu beranjak dari sofa dengan ogah-ogahan. "Ya udahlah. Ayo."

Mereka berempat mulai mengambil posisi masing-masing. Saddaru berkali-kali menegur Saga yang nampak malas-malasan. Bahkan, Saddaru sampai menghardik Saga yang memainkan stik drum asal-asalan.

"Lo kalo nggak niat, pulang aja, Ga. Silakan," cetus Saddaru kalem tapi nadanya tidak.

"Ck," decak Saga, "ya sori. Gue nggak enak badan kayaknya, Dar."

"Terus nggak berusaha nyari obat? Di bawah disediain macem-macem obat, dan lo tau itu. Mau jadi apa lo hidup kebanyakan malesnya?" celetuk Saddaru.

"Gue udah muak karna Dion nggak dateng. Gue males kalo satu personel aja nggak ada, Dar," ungkap Saga.

"Jadi, sebenernya lo males karna nggak enak badan, atau karna Dion?" ceplos Saddaru.

Saga tak menjawab. Ia paling malas kalau berdebat dengan Saddaru karena tidak akan ada habisnya. Saddaru akan berceloteh terus sampai lawan bicaranya capek menanggapi dia dan memilih untuk menyerah.

"Ya udah ya udah! Gue main serius, nih." Saga kembali memosisikan dirinya di belakang drum dengan benar.

Saddaru melihat Saga sambil menghela napas lega, tapi masih ada sepercik rasa sebal terhadap temannya itu.

"Dion pasti bakal ngabarin. Lo tunggu aja," ucap Saddaru.

Detik demi detik terus bergulir. Ruangan itu mulai dipenuhi oleh nada-nada yang bersatu menjadi irama yang membelai lembut telinga. Ditambah lantunan Saddaru yang selalu berhasil menenangkan hati dan pikiran.

Oscillate #1: The Big Secret Donde viven las historias. Descúbrelo ahora