15 • Kemampuan

86.8K 11.4K 6K
                                    

Sakura benar-benar muak. Entah apa yang ada di otak Garrisco sampai dia seprotektif itu padanya, melebihi Nolan yang merupakan kakaknya sendiri. Karena Nolan mau apa yang terbaik dan apa yang membuat Sakura aman tanpa harus menyiksa anak itu. Tidak seperti Garrisco.

Persis dengan apa yang terjadi sekarang, Garrisco menggiring Sakura dari gedung sekolah menuju parkiran. Sakura sudah meminta pada Garrisco untuk tidak mengajaknya ke parkiran karena ia tak bawa mobil dan Nolan yang akan menjemputnya. Tapi, Garrisco tetap memaksa.

Paksaannya memang terbilang halus, tapi cukup membuat Sakura keki. Genggaman pada tangannya pun enggan Garrisco lepas walau hanya sedetik.

"Aku mau di lobby aja, aku mau nunggu Bang Nolan di sana," ucap Sakura, "aku nggak mau ke parkiran. Panas, Gar!"

Ya, parkiran yang terletak di tempat terbuka itu sudah pasti terpapar sinar matahari yang lumayan terik pada sore ini. Sakura tidak bisa berlama-lama berdiam diri di bawah sinar itu atau ia akan kehilangan kesadarannya seperti biasa.

Sayangnya, Garrisco tak mengindahkan ucapan Sakura. "Nggak panas, ini nggak sepanas api yang bakal bakar badan lo, Sa. Lagian, kulit lo udah putih gitu nggak usah takut item. Kalaupun nanti lo item, lo tetep cantik, kok."

"Aku nggak masalah mau kulit aku nanti item atau gimana ... Aku cuma nggak bisa kena sinar matahari lama-lama," balas Sakura.

"Ah, serius? Tante Lira nggak pernah bilang soal itu," celetuk Garrisco.

Hingga akhirnya, mereka tiba di parkiran motor. Garrisco berniat mengantar Sakura pulang agar cewek itu aman bersamanya. Ia juga tak menerima penolakan dalam bentuk apapun.

Sakura hendak menelepon Nolan agar segera menjemputnya biar dirinya bisa bebas dari Garrisco. Tapi, dalam waktu yang bersamaan ada sebuah pesan masuk atas nama Bang NolNol.

Segera Sakura membaca pesan singkat itu yang berisikan kalimat;

Sa, lo udah plg sekolah? Ini gue ada kelas tambahan, dadakan pisan. Naik taksi online aja ya? Apa mau nunggu gue kelar sampe sore bgt?

"Yah." Sakura mendesah berat. Ia jadi makin lesu dan suasana hatinya tentu makin kelabu.

Garrisco hanya diam memerhatikan Sakura yang sedang chatting entah dengan siapa. Cowok itu sudah bertengger di motornya dan siap melaju bila Sakura sudah duduk di boncengannya.

Sakura membalas pesan dari Nolan dengan isi;

Ya udah, Sakura naik taksi online aja. Dadah

Silang beberapa detik, Nolan membalas lagi;

Hati-hati, jangan terlalu polos kalo diajak ngobrol sm supirnya. tampang lo kan gampang diculik. Dadah

Usai chatting dengan Nolan, Sakura berpamitan pada Garrisco untuk pergi ke halte yang ada di seberang sekolah. Ia lebih baik menunggu di sana karena tidak akan terkena sinar matahari seperti sekarang, sebab di halte itu terdapat atap yang mampu melindungi apapun yang ada di bawahnya.

"Eh, bareng gue aja. Gue kan udah nawarin lo daritadi. Lebih aman juga," cetus Garrisco sambil menahan Sakura untuk tidak pergi ke Halte.

Wajah Sakura sudah semakin pucat. Pandangannya juga mulai tidak fokus. Garrisco menyadari perubahan pada wajah Sakura, dan tentu anak itu mendadak jadi panik.

"Kenapa, Sa? Lo sakit? Pucet banget," ucap Garrisco, khawatir.

Sakura menggeleng samar. "Aku mau ke Halte. Mau pulang."

"Nggak usah ke halte. Lo mau pulang? Gue bisa anterin, Sa, nggak usah takut gue bakal apa-apain lo. Demi Tuhan gue cuma pengen bawa lo pulang," tutur Garrisco.

Oscillate #1: The Big Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang