33 • Sheriff

59.1K 9.4K 7.1K
                                    

Sakura tidak bisa tenang setelah mengetahui Davila sedang mencarinya. Belajar pun tidak bisa fokus. Ditambah ia di kelas sendirian sebab Garrisco tidak ada, membuatnya semakin stress karena mereka hobi menyindir dan mengejeknya serta menjadikannya bahan candaan.

Rano yang telah dihajar habis-habisan oleh Saddaru beberapa waktu lalu kini sudah kembali ke sekolah dengan tampilan yang berbeda. Ia selalu mengenakan sweater untuk menutupi beberapa luka yang masih berjejak di tangannya, ia tak banyak bicara, ia juga tidak mengejek Sakura lagi. Tapi, setiap melihat Sakura pasti tatapan sinisnya muncul.

Walau di sekitarnya banyak orang, Sakura merasa sendirian. Ia kesepian, sedih, tapi tidak bisa melakukan apapun. Kepalanya sudah cukup pusing memikirkan Saddaru yang entah di mana, serta memikirkan bagaimana cara untuk melindungi diri dari Davila.

Meski Sakura tidak tahu siapa Davila dan tak pernah bertemu Davila secara langsung, dia bisa merasakan semengerikan apa sosok cowok bernama belakang Naraka itu. Namanya saja berunsur seram, apalagi orangnya.

"Woi! Itu dipanggil Bu Diora!" Suara seseorang mengejutkan Sakura disertai menggebrak mejanya yang membuat Sakura tersentak kaget.

Beberapa detik Sakura nampak terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi, karena dirinya melamun sepanjang pelajaran. Saat ia sadari di samping kanannya ada Diora yang tengah berkacak pinggang sambil sedikit melotot, Sakura pun menghela napas berat.

"Maaf, Bu, tadi—"

"Kamu lagi mikirin apa?" celetuk Diora, memotong ucapan Sakura.

Sakura menggeleng. "Nggak lagi mikirin apa-apa."

Mata Diora lantas sedikit memincing ke arah Sakura, menatap curiga muridnya itu. Satu tangannya tiba-tiba bergerak ke wajah Sakura, memeriksa suhu tubuh gadis itu dengan punggung tangannya yang Diora tempelkan pada dahi Sakura.

"Kamu sakit, ya?" tanya Diora seraya menjauhkan tangannya dari dahi Sakura.

Lagi-lagi Sakura menggeleng. Tapi, Diora tidak percaya dan meminta Sakura beranjak dari kursi. Sakura menurut. Sakura yang dikenal memiliki fisik berbeda dan mudah sakit serta seringkali pingsan itu membuat Diora khawatir, takut muridnya itu kenapa-napa.

"Kamu di UKS aja. Muka kamu pucet," ucap Diora.

"LAH, BU, APA-APAAN SIH. MUKANYA DIA KAN EMANG PUCET TERUS. NGGAK SAKIT JUGA PUCET!" cetus seorang murid.

"Lebay banget dikit-dikit UKS!" sambar yang lain.

"GURU-GURU KENAPA PILIH KASIH BANGET SIH SAMA BOCAH INGUSAN KAYAK DIA?!" protes murid lagi.

"Dasar cewek aneh! Penyakitan mah nggak usah belagak sekolah! Nyusahin!" celetuk cowok dengan rambut ikal di pojok kelas yang merupakan teman satu meja Rano.

"Lemah lo!" cibir murid-murid lagi.

Mendengar kalimat-kalimat yang sangat menyakitkan itu, mata Sakura berkaca-kaca seketika. Tapi, dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Ia juga melepaskan tangannya dari genggaman Diora, meminta untuk kembali ke kursi daripada anak-anak kelas ini tak terima dirinya menetap di UKS. Tapi, Diora tak mengizinkan.

"Kalian jangan kurang ajar, ya!" marah Diora. "Kalian sekolah tapi mulutnya kayak nggak dididik!"

Lantas kelas menjadi hening karena suara Diora yang menggelegar bahkan terdengar sampai ke luar kelas. Dia nampak marah dan tidak terima akan sikap tak sopan murid-muridnya itu pada Sakura.

"Nggak ada guru yang pilih kasih. Semuanya sama rata ke setiap murid! Tapi, kalo ada yang sakit, guru pasti kasih perhatian lebih ke dia! Bukan karna pilih kasih, tapi demi kesehatan dia!" tutur Diora.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now