03 • Sepeda

140K 15.3K 2.1K
                                    

Pagar tinggi itu tertutup secara otomatis tepat setelah mobil Sakura masuk ke halaman rumah. Usai memarkirkan mobil, anak itu cepat-cepat keluar dan berlarian ke dalam rumah.

Seperti biasa, keadaan rumahnya selalu sepi karena kedua orang tuanya sibuk bekerja, serta kakaknya harus berkuliah sampai sore nanti.

Suasana seperti ini selalu Sakura rasakan tiap hari. Lebih parahnya dulu, sebelum Sakura bersekolah di sekolah umum. Ia stay di rumah full dari pagi hingga malam, benar-benar di rumah, tidak ke mana-mana. Kegiatannya hanya menunggu guru privatnya datang mengajar, makan, tidur-tiduran di kamar, nonton televisi, atau sesekali ia menghabiskan waktu di taman belakang rumah dengan bermain di tepi kolam renang.

Sakura selalu sendiri tanpa seorang teman.

Dengan berjalannya waktu, kesendirian Sakura menjadi lebih baik ketika ayahnya membelikannya seekor anak anjing yang lucu dan menggemaskan. Sakura menamainya Hipu.

Hitam, kecil, lembut bulunya, dan tentu sangat lucu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hitam, kecil, lembut bulunya, dan tentu sangat lucu. Sakura begitu sayang pada Hipu dan ia tak akan siap bila sewaktu-waktu Hipu hilang bahkan pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Melihat Sakura datang, salah satu asisten rumah ini menghampiri sambil berlarian kecil. "Neng! Akhirnya pulang, Mbak khawatir, tau!"

Sakura mengulas sebuah senyuman melihat Dini, lalu membalas ucapan wanita yang usianya baru memasuki angka dua puluh tujuh itu. "Khawatir kenapa, Mbak? Sakura baik-baik aja."

"Ih, Mbak takut Neng Sakura diisengin sama anak-anak sekolahan. Kan, Neng anak baru. Takutnya dijadiin sasaran anak-anak bandel," ujar Dini.

Sakura menggeleng. "Nggak, kok, Mbak."

"Ya udah, bagus kalo gitu. Lagian, tampang sebening Neng mana ada yang berani isengin, kan? Yang ada mereka langsung pada jatuh cinta!" Kini, Dini tersenyum lebar dan semakin terlihat ceria —seperti biasa.

Diam-diam, Sakura menghela napas berat. Ia jadi teringat kejadian di kelas tadi ketika beberapa murid mengejeknya karena fisiknya yang serba 'putih' seperti ini.

"Neng Sakura udah makan? Mbak masakin makanan kesukaan Neng, lho!" Ucapan Dini membuat Sakura tersadar dari lamunan singkatnya.

"Yay! Ya udah, Sakura mau langsung makan, ya!" seru Sakura yang kemudian meninggalkan Dini ke dapur.

Sambil berjalan memasuki dapur, Sakura berseru lantang pada Dini yang berjarak lumayan jauh darinya, "Hipu udah makan, Mbak?!"

"Udah, Neng! Dia di taman belakang sekarang!" sahut Dini, setengah teriak juga seperti yang tadi dilakukan Sakura.

Mendengar itu, Sakura merasa lega. Kini ia bisa makan dengan tenang tanpa diganggu pikiran tentang Hipu yang sudah makan atau belum. Karena Hipu ia anggap seperti bayinya sendiri. Kalau Hipu belum makan, pasti Sakura pusing mendadak.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now