Aruna#35: Menunggu Waktu

En başından başla
                                    

"Apa lagi yang gak lo kasih tau ke gue?" tanya Dirga dengan sinis.

Galen terkekeh. Sebenarnya ada lagi namun jika Dirga tahu habis dia dengan cowok di hadapannya ini. Lagi pula ia ingin Dirga sendiri yang melindungi Aruna. Sudah seharusnya cowok ini lepas dari bayang-bayangan ketakutannya sendiri. Galen berani bertaruh jika Aruna bukan gadis seperti itu. Apa yang ditakutkan Dirga tak akan pernah menjadi nyata.

"Gak ada," sahut Galen, enteng.

Rahang Dirga mengeras. "Kalau sampai gue tau ada lagi yang lo sembunyiin. Abis lo!"

Galen semakin terkekeh geli. "Oiya Ga, gue tau ini bukan urusan gue, tapi ngeliat gimana lo perlakuim Diandra tadi jujur gue gak suka," kata Galen, dengan tatapan serius sementara Dirga sudah membuang pandangannya ke arah lain. Ia tak ingin mendengarkan ucapan Galen yang hanya akan membuatnya semakin merasa bersalah.

"Saran gue selesain urusan lo sama Diandra secara baik-baik, karena kalau enggak lo hanya akan nyakitin perasaan salah satu di antara mereka." Galen bangkit dari posisi duduknya, merapikan jasnya. "Udah gak ada lagi kan? Kalau gitu gue keluar."

Dirga masih mengalihkan pandangannya hingga pintu ruangan kerja yang sudha kembali ditutup setelah Galen keluar. Barulah ia mengerang frustasi dengan memegangi kepalanya dengan siku yang bertumpu di atas meja.

Mengapa semuanya serumit ini?

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Flashback saat Dirga dan Kintan di kafe beberapa hari lalu....

"Hah?!" kaget Kintan dengan suara nyaringnya.

"Sori sori, gue kaget," katanya setelah meringis menyadari suara nyaringnya mengundang perhatian dari pengunjung kafe yang lainnya, "lo serius kan? Jangan main-main ya lo."

Dirga berdecak. "Apa selama ini gue keliatan main-main? Gue cukup sama Aruna."

Kintan yang mendengarnya saat ini sudah dibuat senyum-senyum sendiri. Meski kata-kata itu bukan untuk dirinya, namun perkataan manis Dirga ikut membuatnya meleleh. Akhirnya perasaan sahabatnya bersambut juga.

"Tapi selama ini lo keliatan acuh sama Runa. Lo keliatan gak normal gitu...."

"Maksud lo gak normal?" Potong Dirga dengan cepat.

Kintan meringis lalu terkikik sendiri melihat ekspresi tak suka Dirga. "Bukan lo yang gak normal, tapi sikap lo ke Aruna yang gak normal. I mean lo gak kayak orang pacaran tau gak sih sama Runa. Kalian saling cuek-cuekkan gitu, ketemunya cuma pas berangkat sama pulang, kalau papasan juga saling dieman. Heran gue gaya pacaran macem apa sih itu?"

"...."

"Gak bisa jawab kan lo? Pantes aja Runa selama ini ngira lo cuma kasihan sama dia. Lo gak bener-bener suka sama dia. Kasian banget sahabat gue dan itu semua karena lo Ga. Kalau lo emang cinta sama dia ya lo tunjukkin dong. Mau lo sampe Aruna berpaling ke yang lebih nyata cintanya dibanding elo yang cuma kebanyakan diemnya?" ceramah Kintan panjang lebar.

"Gue... gue takut," kata Dirga dengan ragu.

Kintan mengernyit. "Takut? Maksud lo takut apaan sih?"

Dirga menghela napasnya. Mengalihkan pandangannya ke arah jendela tepat di samping kanannya. "Dulu gue pernah jatuh cinta sepenuh hati sama seseorang. Bertahun-tahun gue bareng dia sampe akhirnya gue dan dia sama-sama jatuh cinta. Semua bentuk perhatian udah gue curahin hanya untuk dia. Apapun untuk dia, tapi nyatanya gue ditinggal disaat gue lagi berada dimasa-masa terpuruk hidup gue. Di saat gue baru aja kehilangan kedua orangtua gue, dia juga pergi ninggalin gue.

"Gue bener-bener depresi saat itu, gua gak bisa tidur tanpa obat tidur. Sampai akhirnya gue ketemu Aruna tapi rasa takut bakal ditinggalin lagi masih menghantui gue, Kin. Gue emang cinta banget sama Aruna, tapi gue coba untuk membentengi diri dengan gak bergantung sama dia. Dengan membentengi diri untuk gak selalu di deket dia, semata-mata agar saat Runa nanti pergi gur gak akan seterpuruk saat itu."

Kintan sampai tak bisa dibuat berkata-kata lagi dengan penuturan Dirga. Apa yang cowok itu katakan memang tak bisa cukup kuat untuk dijadikan alasan, namun apa yang pernah dilaluinya disaat dulu tentu membuatnya lebih membentengi diri.

"Gue gak nyangka kalau ini alasan lo Ga," kata Kintan, akhirnya, "tapi percaya sama gue kalau Aruna bukan cewek kayak gitu. Dia sayang sama lo, dan itu tulus. Dia gak bakal ninggalin lo lebih dulu kecuali lo sendiri yang minta."

Dirga menoleh lalu tersenyum getir. "Nyatanya dia ninggalin gue."

"Itu karena lo sendiri. Coba aja lo lebih terbuka sama Runa sejak awal, coba aja lo jujur tentang masa lalu lo sama Runa, pasti dia gak akan berspekulasi yang macem-macem. Dia gak bakal ngira lo masih cinta sama mantan lo itu."

"Gue gak mau Runa tau apa yang terjadi di masa lalu gue, dia cukup untuk berada di masa kini dan masa depan gue."

"Kalau lo ngomong gini di depan Runa, gue jamin dia udah langsung pingsan di tempat," kata Kintan sembari terkikik sementara Dirga hanya tersenyum tipis.

"Jadi apa perlu gue bantu kalian balikan?" tanya Kintan, antusias. Membayangkan bagaimana shock sahabatnya nanti karena pujaan hatinya sejak dua tahun ini juga memiliki rasa yang sama sepertinya. Rasanya Kintan sudah tak sabar melihat rona bahagia di wajah manis sahabatnya itu.

"Gak perlu, gue bisa nyelesain ini sendiri," sahut Dirga, yakin.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

A/n

Gimana sama chapter ini? 🧐

Tinggal beberapa chapter lagi menuju ending💃

So, balikan jangan?😆🤪

ArunaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin