Aruna#35: Menunggu Waktu

Start from the beginning
                                    

Mengingat kembali bagaimana Dirga memeluk Diandra malam itu kian membuat hatinya tercabik-cabik kasar. Sesakit ini rasanya patah hati.

Dulu sekali waktu masih kecil ia akan memiliki kisah cinta yang romantis seperti tokoh-tokoh disney favoritnya. Tapi nyatanya bersama cinta pertamanya ia harus kecewa dan patah sepatah-patahnya.

Aku menyerah.
Dirimu dan cintamu tak akan pernah bisaku raih.
Hatimu terlalu dalam, sulit untukku selami.
Cintamu bukanlah aku, meski aku pernah bersamamu.
Kini biarkan aku sendiri,
menata hati yang sudah tak berbentuk lagi.

🌹🌹🌹

Dirga menatap layar macbook-nya dengan pikiran yang sedang sedang berkelana. Raganya memang ada di ruang kerjanya namun pikirannya sedang tertuju pada gadis yang sudah mengisi hatinya sejak dua tahun lalu.

Bagaimana Aruna mengakhiri hubungan mereka masih membuat Dirga tak percaya. Bagaimana melihat air mata Aruna menggantung hingga akhirnya bercucuran membuatnya sesak. Sebisa mungkin ia jaga agar mata itu tetap berbinar indah, namun ternyata ia sendirilah yang membuat binar indah itu hilang berganti sorot penuh luka.

Mata Dirga tertuju pada potret keluarganya yang dipajang di atas meja kerja. Senyum sendunya masih menghiasi wajahnya setiap kali melihat potret bahagia beberapa tahun lalu itu. Di mana dipotret itu hanya ada mereka bertiga;papa, mama, dan dirinya. Mereka terlihat bahagia di sana. Dengan mamanya berada di tengah dan dirinya beserta sang papa berada di sisi kanan dan kiri mamanya.

Lalu beralih pada bingkai putih yang terletak berdampingan dengan foto keluarganya.

Foto dirinya dan Aruna.

Tepatnya satu tahun lalu foto itu di abadikan. Dan Inaralah yang memotretnya. Saat itu mereka sedang berada di Dufan, untuk mengajak Inara jalan-jalan dihari ulang tahun adik pacarnya itu.

Inara jugalah yang memaksa mereka berdua berfoto. Aruna tersenyum lebar sementara dirinya berdiri di samping Aruna dengan ekspresi datar.

Tak selang berapa lama, pintu ruangan kerjanya di ketuk.

"Masuk," sahut Dirga, dingin.

Munculah sosok pria dewasa lengkap dengan setelan jas kantoran. Pria itu merupakan orang kepercayaan keluarganya hingga kini dan pria itulah yang selalu membantu Dirga dalam menjalankan perusahaannya. Dia adalah Galen.

"Apaan lo manggil gue?" tanya Galen dengan santai setelah duduk dikursi seberang Dirga.

"Kenapa lo bohong sama gue?" tanya Dirga dengan tangan terkepal.

"Sengaja. Makanya jangan suruh gue cari tau. Dia itu pacar lo bukan pacar gue. Apa susahnya sih, punya hape canggih, pulsa banyak, wifi kenceng, tinggal telfon kalau gak chat dia. Jangan kayak orang susah. Lo tanyain sendiri," seru Galen dengan senyum menyebalkan.

Dirga berdecak. "Lo biarin gue gak tau. Sialan!"

"Woles bro. Lagian dia cuma kerja di coffee shop. Dan gue udah nyuruh pengawal untuk ngelindungin dia dari jauh. Jadi dia aman. Ya kan?"

Dirga mendengus kasar. Bagaimana bisa ia tenang. Galen benar-benar telah membuatnya murka. Pasalnya ia sudah menyuruh pria ini untuk mencari tahu tentang Aruna selama liburan ini. Dan pria ini saat itu mengatakan jika Aruna selama liburan hanya berada di rumah namun nyatanya pacarnya itu bekerja di cofgee shop.

ArunaWhere stories live. Discover now