1

2.5K 223 12
                                    

Park Jihoon sedang mengerucutkan bibirnya sambil menatap tidak suka ke arah seorang guru berusia 24 tahun yang sedang mengajar bahasa mandarin di depan kelas.

"Park Jihoon-ssi, ada yang ingin ditanyakan?" Guru itu bertanya kepada Jihoon sedangkan yang ditanya hanya memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Seisi kelas hanya terkekeh pelan melihat perlakuan Jihoon kepada guru bahasa mandarin mereka. Hal itu sudah biasa mengingat Jihoon memang bersifat kekanakan dan entah kenapa selalu guru bahasa mandarin mereka yang menjadi bulan-bulanan Jihoon. Sedangkan guru mereka hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah, pelajaran sampai disini, jangan lupa untuk tugas yang dikumpulkan minggu depan.

"Ne, Guanlin-ssaem!"














































































"Jihoon tadi kenapa cemberut di kelas?"

Jihoon melipat tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Alin cuekin Jihoon tadi! Jihoon gak suka!"

Guanlin hanya menghela nafas kemudian duduk di sebelah Jihoon.

"Ngambek?"

Jihoon melotot ke arah Guanlin. "Jihoon marah bukan ngambek!"

Guanlin terkekeh pelan kemudian mengelus lembut kepala Jihoon.

"Jihoon lupa ya?"

Jihoon menatap Guanlin dengan bingung. "Lupa apa Alin?"

"Kalau di sekolah, Jihoon adalah..."

"Park Jihoon! Muridnya Lai Guanlin-ssaem, guru bahasa mandarin di kelas 11-A!"

"Nah, kalau di rumah, Jihoon adalah..."

"Lai Jihoon! Istrinya Lai Guanlin!"

Guanlin tertawa gemas melihat cara menjawab Jihoon yang lebih mirip anak SD padahal usianya sudah 17 tahun dan menduduki bangku kelas 11.

"Jihoon ingat sekarang?"

Jihoon mengangguk semangat tapi kemudian bibirnya kembali mengerucut.

"Jadi kalau di sekolah, Jihoon gak bisa manja-manja sama Alin??"

"Jangan dong. Nanti kalau ketahuan sekolah, Alin sama Jihoon bisa dikeluarin."

"Ih! Gak mau!"

"Makanya, jangan lupa lagi ya?" Guanlin mengusap kepala Jihoon yang ternyata sudah bersandar di dada Guanlin.

"Neee~" jawab Jihoon menganggukan kepalanya.
















































KRUKKKK~










































"Pffftt-"

Guanlin menahan tawanya begitu mendengar suara perut Jihoon yang lumayan keras kemudian memeluk tubuh sang istri dengan erat.

"Alinnnnn~ Jihoon laper~" rengek Jihoon yang menyembunyikan wajahnya di dada Guanlin dan membalas pelukan Guanlin.

"Jihoon-nya Alin mau makan apa?"

"Pizza!"

"Yaudah ayo makan pizza."

Jihoon mengangkat kepalanya dan mengecup singkat pipi Guanlin.

"Jihoon sayang Alin!"

Guanlin membalas dengan sebuah ciuman lembut di kening Jihoon.

"Alin juga sayang Jihoon."

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now