"Kakak Kembar"

80 16 0
                                    


Author P.O.V

Kata Yudai, bentar lagi kakak kembar mu bakal datang, ya tapi kamu gak nyangka kalau dia datangnya secepet ini.

Baru kemaren malem dianya dikasih tau kalau kakak kembarnya bakal datang, eh gak taunya udah muncul didepan mata besok harinya.

"(y/n), lu gak seneng kalau gua datang?"

Kamu natep kakak kembarmu ini yang baru aja dateng dan merusak ketenangan pagi mu, "Gua bukannya gak seneng, Ken. Gua cuma kaget. Katanya Yudai sih emang bentar lagi, tapi gua kira gak bakal secepat ini."

"Ya lebih cepet lebih baik kan?"

Kamu hanya muter bola mata males.

"Oh ya, bentar lagi kamu bakal lulus kan? Skripsi udah dikerjain?"

Kamu ngangguk, "Udah sih, tapi belum diserahin ke dosen pembimbing."

"Yah, kamu seharusnya nyerahin skripsi itu secepat mungkin."

"Iya, iya."

Kamu pun terdiam dan menyadari ada sesuatu yang aneh dipercakapan ini.

"EH TUNGGU, GAK USAH BERTINGKAH KAYAK BIASA DONG! JELASIN KENAPA LU TIBA-TIBA NGILANG!"

Kento yang mendapatkan bentakan tiba-tiba darimu hanya membelalakkan matanya. Kalau bukan adek, pasti kamunya bakal langsung digetok tadi. Dia berdeham sembari memperbaiki dasinya lalu menatapmu.

"Kan kalian sendiri yang mikir kalau gua udah meninggal. Ya gua biarin kalian mikir begitu, terus gua datang waktu gua udah sukses biar serprais gitu. Salah sendiri gak pernah mau nyoba ngehubungin."

"Serprais serprais. Surprise bege."

"Serah lu dah dek."

Kamu menatap tajam Kento, "Lu... Udah tau tentang kematian ayah ama ibu?"

"Udah. Yang gegara lu bunuh itu kan?"

Kamu terkejut mendengar perkataan Kento lalu tertawa pelan, "Huh, ternyata lu udah tau sejauh itu..."

"Gua awalnya gak mau percaya, tapi setelah gua denger lagi, emang lu yang bunuh, tapi lu gak bermaksud kan?"

Kau mengangguk, "Gua cuma mau bela diri."

Kento mengelus kepalamu pelan, "Gua tau."

Iya, emang ada kejadian kayak gitu. Dulu, kamu sama ortu mu tinggal disini, cuma, waktu kamu udah 11 tahun--bertepatan ama Kento pergi, kalian semua pindah kota. Disana, kamu di perlakukan gak baik sama ortu lu. Yang tiap hari dicambuk lah, tiap hari dimarahin lah, tiap hari dikurung lah. Walaupun gitu, kamu tetep aja sayang sama ortu mu. Mau gimana juga, mereka yang udah ngelahirin dan ngerawat kamu.

Gak taunya, waktu kamu udah 13 tahun, tengah malam, ada yang pencuri di rumahmu dan pencuri itu bawa senjata. Kamu yang pertama kali nyadar kalau ada pencuri itu mau bangunin ortu mu. Ternyata, ortu mu udah dijadiin sandera duluan.

Disana, kamu gak sengaja nemu pisau yang tergeletak dilantai. Nah, kamu ngambil pisau itu. Awalnya, kamu mau ngelukai pencuri itu. Karena posisi pencuri itu didepan ortu mu, kamu mau langsung nusuk pencuri itu dan ternyata pencuri itu menghindar dan yang kena malahan ibu mu. Karena ibu mu kena pisau di bagian jantung, alhasil ibu mu langsung meninggal.

Ayah mu yang ngeliat itu didepannya marah besar, dia ngebentak kamu berkali-kali sedangkan kamu nangis sambil meluk ibu mu. Karena kamu udah marah banget sama pencuri ini, kamu mau ngebunuh pencuri ini secepatnya. Eh, kejadian yang sama malah terulang.

Gak sengaja, tetangga kalian ngeliat kejadian pencuri itu, dia pun langsung nelpon polisi. Untungnya, dia cuma liat bagian ortu mu disandera.

Kamu masih menangisi kedua ortu mu yang meninggal. Pencuri tanpa hati itu mau ngebunuh kamu dari belakang, belum sempat dia nusuk kamu pakai pisau, polisi langsung datang dan pencuri itu di penjara karena pencurian benda dan pembunuhan. Iya, polisi mengira kalau yang ngebunuh ortumu itu pencuri itu. Kamu juga dijadikan saksi atas pembunuhan itu. Tragis? Memang. Itulah yang kau alami saat kau masih kelas 1 SMP. Setelah kejadian itu, kamu langsung balik kesini dan tinggal dirumah Sou dan saat lulus SMA, kamu tinggal lagi dirumah awal mu.

An Absurd Life of A FangirlWhere stories live. Discover now