Aku tertawa dan menarik tekuk lehernya hingga wajah kami semakin dekat dan bibir kami kembali menyapa. Tak ada penolakan atau paksaan, malah rasanya seperti Cheryl yang ingin menguasai ciuman ini dengan menggeliatkan tubuhnya tak karuan. Bibirnya yang lembut dan mungil itu melumatku dan bahkan seperti sedikit memijat kala kurasa giginya menggigit bawah bibirku. Itu adalah ciuman yang panjang dan bergairah.

Sampai rasanya Cheryl tak ingin mengakhirinya. Aku benar-benar suka ketika Cheryl dilanda hormon kehamilannya.

"Nath, sentuh aku, please ...," lanjutnya langsung menjatuhkan kepalanya di bahuku. "Aku butuh kamu."

Tentu kami tak bisa bercinta seperti biasa mengingat usia kehamilannya menjelang kelahiran. Namun, hal itu tak bisa menahan Cheryl dan hormonnya yang membawa nafsu.

"Putar tubuhmu, sayang," kataku dan membantunya memperbaiki posisi agar aku mudah menyentuhnya semauku. Sampai punggung Cheryl bertemu dadaku dan aku tahu, dia sudah berserah diri sepenuhnya.

"Nathan, apa kau takut?" tanyanya dan membiarkan tangan nakalku melorotkan pakaiannya hingga bahunya terekspos.

"Gugup dengan presentasi hari ini?" kataku lalu menyingkirkan rambut coklatnya ke samping dan memberi kecupan di tekuk lehernya. Cheryl hanya mengangguk dan mengeluarkan suara lenguhan pelan.

"Sedikit," jawabku lalu beralih menggerayangi paha dalamnya. Mencari jengkal tubuhnya yang menjadi favoritku.

Cheryl memejamkan mata dan menggigit bawah bibirnya kala tanganku menemukan titik sensitifnya, "Ba-bagaimana kalau wanita itu ada di sana? Dia mungkin a-a-akan mengacaukan semuanya ... humpt!"

"Maksudmu Emily?" Aku menyeringai jahil.

Tubuhnya kini bergetar hebat seketika dan aku makin gemas melihatnya hampir kehabisan napas. Aku langsung merenggut bibirnya dan tak henti-hentinya mempermainkan gairahnya.

"Kau percaya padaku, 'kan?" tanyaku memandang matanya yang berkaca oleh kabut nafsu, memohon untuk dipuaskan.

Wanita itu terdiam sebentar, lalu menarik napas. Membuka kedua pahanya, membiarkan pintu itu terbuka lebar. Mempersilakan jemari nakalku menyelusup masuk melalui gaun tidurnya yang sudah tak mampu menutupi tubuh polosnya.

Cheryl hanya dapat memekik pelan, gerakannya menggeliat diburu waktu. Sampai ia mencari bibirku lagi, dan aku memberikan apa yang ia mau. Panas. Kenikmatan dan cinta.

Tubuhnya melemas seiring waktu. Pasrah dalam pelukanku. Menurut kala tubuhnya kuputar ke samping, dan lehernya yang putih itu sudah menjadi sasaran gigitanku.

"A-aku hanya cemas soal ... wanita itu, Nath," katanya memelukku erat, dan menggelinjang atas tangan nakalku yang kembali menyelusup ke dalam dirinya.

Memang sejak pulang dari Kentucky, Emily tidak lagi menghubungi atau bahkan mengirim pesan aneh pada Cheryl. Itu sedikit melegakan, namun itu tak menghilangkan amarahku padanya.

"Aku akan baik-baik saja," kataku mengelus punggungnya yang kembali bergetar. "Kau sendiri ... apa ada sensasi ingin mendorong sesuatu ke luar dari perutmu?"

Wanita itu tertawa dan menggeleng pelan, "Masih ada tiga hari sebelum dia lahir," katanya.

"Tapi ... kau dengar 'kan apa kata Dokter Kelly? Tidak semua kehamilan memiliki kasus yang sama. Siapa tahu, anak kita lahir ketika aku sedang sibuk di kantor?" Tanganku beralih mengelus perut bulatnya yang hangat.

Deg ... Deg ... Deg ....

Samar-samar aku bisa merasakan denyut jantungnya. Seolah dia sedang tertidur tenang di sana. Hah .... kuharap dia tidak membuat banyak masalah dengan ibunya. Aku lebih cemas pada mereka berdua dibanding presentasiku hari ini.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Where stories live. Discover now