Ingin Punya Anak (2)

965 30 0
                                    

Ingin Punya Anak (2)

(Cheryl)

Aku tak sempat lagi mengajak Nathan bicara soal keinginan punya anak ini selama beberapa hari kemudian. Aku tahu ini masalah serius dan seharusnya sudah kami bicarakan sebelum pindah kemari atau sebelum Nathan menagih “jatahnya” di beberapa malam. Kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan kadang hanya waktu sebelum tidur yang kami punya untuk diri sendiri.

Tetapi itu cukup sulit jika kau punya suami tampan dan manja seperti Nathan, memelas meminta “jatah”, mengalihkan fokus pikiranmu, lalu membuatmu lupa untuk membicarakan hal-hal serius soal pernikahan kalian. Kemudian keesokan harinya, kau mendapati dirimu sendiri, meringkuk di bawah selimut dalam keadaan polos. Terkurung dalam pelukan suamimu sendiri.

Selama berhari-hari aku hanya bisa merutuki diri dan berkata, “Kenapa aku lupa lagi mengajaknya bicara?!”

Waktu pagi tentu bisa jadi kesempatan untuk mengobrol, tetapi kami juga harus buru-buru berangkat kerja sebelum pembicaraan ini selesai. Maka dari itu, aku berinisiatif untuk melakukan pembicaraan serius kami saat akhir pekan. Ini saat yang tepat, bukan?

Nathan dan aku sama-sama libur, waktu kami sangat longgar untuk hari itu. Biasanya akhir pekan itu adalah hari untuk bermalasan. Kadang ada sampai beberapa jam di pagi hari, Nathan tidak membiarkanku ke luar dari kamar karena kau tahu … untuk berhubungan intim. Kami akan berbaring saja di bawah selimut, berbagi kehangatan dan tak melakukan apapun sampai menjelang siang jika Nathan sudah menagih kelaparan.

 Kami akan berbaring saja di bawah selimut, berbagi kehangatan dan tak melakukan apapun sampai menjelang siang jika Nathan sudah menagih kelaparan

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Beruntungnya, akhir pekan kali ini aku memilih bangun lebih dulu dari Nathan. Jadi, aku bisa fokus mempersiapkan waktu untuk membuat sarapan dan kata-kata yang tepat untuk mengajak Nathan melakukan “pembicaraan serius” ini.

“Tumben bangun pagi, Cher?” kata Nathan muncul di samping kulkas dan memperhatikanku memasak. Lengkap dengan kaos biru tua dan celana pendek hitamnya.

Kuselipkan sebagian helai rambutku ke belakang telinga. Jangan salah tingkah hanya karena dia sedang memperhatikanmu! Kuingat diri sendiri.

“Aku hanya …,” Aku bingung harus mengatakan apa. “Aku lapar.”

Itu alasan yang cukup masuk akal bukan? Setidaknya Nathan tidak protes soal ini.

Untuk sarapan pagi ini aku berencana membuat olahan tumis ayam. Jadi, untuk membuatnya aku memotong-motong beberapa jenis sayur sebagai bahan tambahan.

“Kenapa kau masak sayur lagi?” tanya Nathan yang kurasa sudah berpindah berdiri di belakangku.

“Aku sudah bilang, kamu harus banyak makan sayur,” kataku fokus memotong beberapa brokoli.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin