Labor Sucks (1)

458 18 9
                                    

Labor Sucks! (1)

(Nathan)

Hari ini adalah hari yang kutunggu. Pertemuan para klien, investor, dan relasi bisnis lainnya. Ini adalah kesempatan besar untuk menentukan apakah perusahaan Lumbert masih bisa bertahan. Maka dari itu berbulan-bulan aku mendesain proposal untuk diajukan, kemudian selanjutnya adalah presentasi untuk menarik minat klien dan investor.

Jika kau bertanya apa aku gugup, maka tentu saja aku gugup! Ini satu-satunya kesempatan terakhirku, dan jika ini tidak berhasil, Lumbert Company akan kehilangan 80 persen saham dan terpaksa kembali mengembangkan 20 persen sisa bisnis perhotelan milik Marianne dari awal. Itu akan menjadi tamparan besar dan aku tidak boleh gagal.

"Nathan ...," panggil Cheryl ke luar dari dapur dan menghampiriku yang tengah membaca dialog presentasiku di sofa.

"Ada apa, sayang?" tanyaku menaruh perhatianku pada wanita yang tengah mengandung anakku itu. Atau lebih tepatnya, anakku yang sudah berusia hampir 40 minggu di dalam perutnya.

Jika perkiraan Dokter Kelly benar, maka dalam tiga hari kemudian, anak kami akan lahir ke dunia. Aku hanya berharap istri dan anakku akan baik saja meski ini adalah persalinan yang pertama.

Aku dengar dari Dokter Kelly, durasi kontraksi kehamilan pertama memang agak lama dan itu pasti menyakitkan. Entah membayangkannya saja kadang membuatku berjengit ngeri.

"Nathan, aku mau nanya," kata Cheryl berdiri di depanku, mengacak pinggang dan memberiku pemandangan sempurna perut bulatnya dalam balutan gaun tidur putih.

Aku tak bisa menahan senyum kala melihatnya, "Hey, seksi," panggilku dengan nada menggoda.

Dan hal itu membuat istriku tertawa. "Kamu kemarin mencuci piring, ya?" tanyanya masih diselipkan tawa.

"Iya, aku melakukannya," jawabku.

Cheryl mengulum bibirnya dan tubuhnya bergerak mengambil posisi duduk di pangkuanku. Dia kemudian mengecup sisi rahangku beberapa kali dan berbisik, "Itu adalah hal terseksi yang pernah kudengar," katanya.

Aku tertawa mendapat pujian itu, "Benarkah?" tanyaku memastikan wanita ini sedang tidak dimabuk hormon.

Cheryl mengangguk dan menggigit bawah bibirnya hingga rasanya bisa kubayangkan bibir mungil itu akan kurenggut dan kucium kasar sampai-sampai Cheryl kehabisan napas. "Apa kau juga yang memasakkanku sarapan dengan pancake?" tanyanya lagi, dan kali ini dia menarik kerah kemejaku.

"Iya, aku yang melakukannya, sayang," kataku sembari mengelus punggungnya, terus turun kubawah, lalu aku bisa menangkup buah pantatnya yang sedari tadi bergerak tak karuan.

"Kau tahu apalagi yang kulakukan?" tanyaku lalu sedikit mengangkat tubuhnya agar kedua pahanya mengangkang lebih lebar. "Aku juga mencuci pakaian tadi pagi. Pakaian kita berdua," kataku berbisik dengan nada sesensual mungkin.

"Oh! Sayang! Berikan aku lagi ...," katanya memandangku dengan tatapan bergairah murni.

"Aku juga membersihkan toilet juga menyapu pekarangan depan," kataku dan itu memang jujur.

Sejak kehamilannya yang bertambah besar, Cheryl semakin kesulitan mengerjakan pekerjaan mengurus rumah. Maka dari itu, aku selalu membantunya hitung-hitung latihan. Sebab pasca melahirkan nanti, Cheryl tidak akan bisa melakukan apa-apa sampai kondisinya sembuh.

Lagi pula, Cheryl mempunyai cara yang pintar untuk memuji usaha murah hatiku.

"Kau membersihkan toilet? Kau berhasil membuatku terangsang berat, sayang ...," katanya lalu memajukan wajahnya hingga ujung hidung kami bertemu.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Where stories live. Discover now