Aruna#31: Aruna-Dirga Putus

Start from the beginning
                                    

"Na, kamu salah paham," seru Dirga.

"Ini udah jadi keputusan aku Ga. Harusnya kamu seneng karena setelah ini kamu akan terbebas dari aku yang selalu nyusahin kamu dan kamu bisa sama-sama lagi sam Diandra." Sungguh ucapan dan suara hatinya sangat berbeda.

"Aku capek jatuh cinta sendirian Ga. Aku juga mau dicintai, tapi semua itu gak akan pernah bisa aku dapetin dari kamu. Sejak awal kamu hanya kasihan sama aku, aku tau itu Ga," kali ini air mata Aruna tak bisa lagi ia tahan, air matanya meluncur bebas, menunjukkan betapa rapuh dan lemah dirinya di hadapan Dirga yang bungkam.

"Tapi aku sadar, cinta sendirian gak akan pernah bisa buat aku bahagia apalagi kamu. Kamu hanya akan tertekan karena terjerat hubungan cinta sepihak ini."

"...."

Melihat Dirga yang bungkam semakin memperjelas kenyataan. Aruna harus mempertahankan tekadnya sekalipun saat ini ia terluka, tapi nanti ia percaya jika semuanya akan kembali baik-baik saja. Tanpa Dirga hidupnya akan masih terus berjalan.

Tak ingin lagi berlama-lama, Aruna segera menyingkir dari hadapan Dirga. Berlari menuju pintu utama di rumah cowok itu. Bertepatan dengan itu pintu rumah lebih dulu terbuka dari luar, membuat Aruna terdiam dan mendongak melihat siapa orang yang memegang kedua pundaknya dengan lembut.

"Lo kenapa?" Pertanyaan bernada lembut yang keluar dari bibir Deva hanya membuat tangis Aruna kian pecah.

***

Aruna hanya diam dengan membuang pandangan ke arah kaca mobil, memperhatikan jalanan di malam hari.

Saat ini ia sedang berada dimobil Deva karena cowok itu bersikeras mengantarkannya pulang.

Bahu Aruna masih bergetar tanda tangisnya yang belum reda.

Deva yang melihat itu bingung harus bersikap seperti apa. Harus bagaimana untuk bisa menenangkan Aruna. Meski Aruna sejak tadi belum mengatakan apa-apa, namun keberadaan Dirga, Aruna, dan Diandra di sana tadi sudah cukup membuat Deva paham dengan apa yabg terjadi. Ditambah lagi dengan kondisi Aruna yang menangis. Pastilah tidak ada yang baik-baik saja yang telah terjadi di sana tadi.

Kedatangannya di rumah Dirga bukanlah suatu kebetulan belaka, tadi Diandra meneleponnya untuk minta dijemput.

Ketakutannya benar terjadi, jika Aruna yang akan terluka di sini. Aruna yang akan menangis di antara mereka. Dan Deva tak bisa menerima itu.

Ia menepikan mobilnya di pinggir jalan, membuat Aruna tersadar. Gadis itu menoleh ke arah sekitar setelah sebelumnya mengusap air matanya.

"Ke-kenapa?" tanyanya, lemah.

"Gue gak bisa bawa lo pulang dengan keadaan lo yang kayak gini. Bunda lo pasti akan marah dan nanya apa yang terjadi," jelas Deva dengan sepenuhnya mengarahkan tubuhnya menghadap Aruna.

"Lo boleh nangis sepuasnya Run. Gue gak suka lo nahan tangis lo kayak gini. Keluarin semuanya, karena itu gak baik buat diri lo" katanya lagi dengan kali ini mengusap lembut puncak kepala Aruna.

Aruna masih bergeming, tak memindahkan pandangannya dari kaca mobil. Ia masih menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya agar tak terdengar, meski bahunya yang bergetar tak bisa ia tutupi.

"Kalau lo malu ada gue di sini, gue bakal keluar. Lo boleh nangis sepuas dan sekenceng yang lo mau." Deva membuka seat belt-nya dan langsung keluar dari mobilnya.

ArunaWhere stories live. Discover now