Aruna#29: Sendu dimalam Tahun Baru

Start from the beginning
                                    

Aruna ingin melepaskan tangisnya saat ini juga yapi bunda dan adiknya tengah menunggunya. Dengan berat hati Aruna keluar kamar dengan lebih dulu mengusap air matanya.

"Kak Runa, bang Dirga bilang apa? Udah di jalan 'kan?" tanya Inara yang langsung merongrongnya ketika ia baru duduk di kursi makan.

"Kak Runa kok diem aja sih? Jawab dong," todong Inara.

"Apasih Nar!" Aruna tak sengaja meninggikan suaranya, membuat Inara terhenyak begitupun bundanya. "Dirga gak akan datang. Dia sibuk jadi berhenti nanya-nanyain dia."

"Runa...." tegur Sarah.

Aruna tersentak. Dilihatnya Inara yang terdiam dengan kepala tertunduk. Pasti adiknya itu sedih karena ia membentaknya.

Aruna menghela napasnya gusar, ia merasa bersalah karena tak seharusnya menjadikan Inara---yang tak tahu apa-apa---menjadi pelampiasan dari kegundahan hatinya. Sungguh ia tak bermaksud membentak Inara, hanya saja ia yang masih terbawa emosi sehingga tak bisa mengendalikannya.

"Nara, maafin Kakak," lirih Aruna tanpa suara.

***

Diandra tersenyum puas dan langsung meletakkan kembali ponsel Dirga di tempat semula setelah sebelumnya ia menghapus panggilan masuk dari Aruna.

Jujur ini semua di luar rencananya. Ia hanya ingin mengetes masihkah Dirga peduli padanya ketika tadi ia berpura-pura asmanya kambuh. Dan ya Diandra merasa di atas angin karena tak butuh waktu sepuluh menit kemudian Dirga sudah berada di dalam apartemennya setelah sebelumnya ia memberikan password-nya pada Dirga.

Ternyata dugaanya selama ini benar, Dirga masih sebegitu peduli dan artinya cowok itu pun masih mencintainya.

Untung saja Dirga tak tahu jika ia tadi hanya berpura-pura.

Dan setelah ia terlihat membaik dan napasnya sudah kembali normal, Dirga pergi keluar untuk membelikannya makanan.

Dan seakan dewi fortuna sedang berpihak padanya, Dirga lupa membawa ponsel dan meninggalkannya di atas sofa. Bertepatan dengan itu Aruna menelepon dan jadilah kebohongah dadakan itu keluar begitu saja.

Pasti saat ini cewek itu tengah menangis tersedu-sedu dan memikirkan ulang perkataanya siang tadi. Baguslah dengan begini pasti cewek itu akan mundur perlahan.

Karena memang sudah seharusnya cewek itu sadar diri dan mundur dari hidup Dirga. Karena hanya dirinyalah, hanya Diandra Aradilla yang boleh menjadi bagian dari hidup Dirga.

Pintu kamar terbuka dan Diandra langsung berakting seperti orang yang terlihat lemah untuk menarik perhatian Dirga.

"Udah mendingan 'kan?" tanyanya datar, "kalau gitu gue bisa balik sekarang. Itu makanan lo, terserah mau dimakan atau enggak."

"Ga." Diandra menahan pergelangan tangan Dirga. "Jangan tinggalin aku. Aku takut," katanya dengan nada lemah.

"Apanya yang takut? Kalau kambuh lagi obat lo ada di situ." Dirga menggidikkan dagunya ke arah inhaler Diandra yang dia taruh di atas nakas.

"Ga, please," mohon Diandra, "biasanya kalau aku sakit kamu pasti nemenin aku sampai aku ketiduran. Kamu pasti bakal genggam tangan aku dan akan bilang semuanya akan baik-baik saja."

ArunaWhere stories live. Discover now