"Kak Runa, telponin bang Dirga dong. Udah jam tujuh ini tapi kok bang Dirga belum datang juga," kata Inara yang menggoyang-goyangkan lengan Aruna tak sabaran.
"Sabar atuh Nar, nanti juga Dirga datang. Mungkin masih kejebak macet," sahut Sarah yang baru saja menaruh potongan buah di atas meja.
"Tapi Nara udah gak sabar pengen bang Dirga cepet datang."
"Yaudah iya Kakak ambil hape di kamar dulu ya." Inara mengangguk senang sementara Aruna melesat masuk ke dalam kamarnya.
Setiba di kamar ia langsung mengambil ponselnya yang terletak di atas tempat tidur.
Segera mendial kontak Dirga. Butuh waktu beberapa detik hingga akhirnya diangkat.
"Hallo Ga...."
"Hai Runa."
Sapaan ceria di seberang sana membuat Aruna mematung. Hatinya berdetak tak keruan. Bagaimana bisa?
"Di-Diandra...."
Terdengar tawa merdu Diandra. "Ternyata lo hafal ya suara gue," katanya, "jadi ada perlu apa nelpon Dirga?"
"Dirga mana? Aku mau bicara sama Dirga."
"Apasih sok banget," ketus Diandra, "Dirga gak ada. Dia lagi keluar beliin pesanan gue. Tau gak Dirga sama gue lagi di mana?"
Aruna menarik napasnya dalam. Mencoba untuk tenang menghadapi Diandra.
"Kenapa diem? Lagi nyiapin hati ya buat denger omongan gue selanjutnya?" Diandra tertawa sarkas, "Dirga lagi di apartemen gue dan ya kita bakal ngelewatin malam pergantian tahun bareng. Cuma berdua." Diandra menekankan dua kata terkahirnya.
Aruna tak sanggup lagi. Ia segera memutus panggilan. Air matanya langsung turun membasahi pipinya.
Ia memang lugu tapi tak sebodoh itu untuk memahami maksud Diandra. Hanya berdua di dalam apartemen? Apa-apaan ini?
Hatinya hancur di saat ia ingin mempertahankan Dirga setelah tahu jika Diandra bukanlah cewek yang pantas untuk Dirga. Diandra terlalu sombong dan egois. Jika pun bukan dirinya, ia ingin Dirga bersama cewek yang baik dan mencintai cowok itu bukan hanya sekedar obsesi.
Mungkin benar kata Diandra jika Dirga masih mencitai Diandra. Dirga hanya bingung bagaimana cara untuk melepaskannya, sehingga diam-diam cowok itu menemui dan bersama Diandra disaat dia sendiri berjanji pada bundanya untuk datang malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna
Teen FictionBerada di dekatnya membuatku berdebar. Memandang wajahnya yang rupawan membuatku berbinar. Namun sayangnya cintaku tak ada sambutan. Hanya aku yang mencinta sendirian. Bagiku dia adalah mimpi indah yang berubah nyata, sementara mungkin baginya aku h...
Aruna#29: Sendu dimalam Tahun Baru
Mulai dari awal