36 • Tempat Berlindung

Start from the beginning
                                    

"Hal--"

"Jalan kenangan indah. Datang, atau oranh yang lo sayang bakal lenyap dari dunia ini."

Tut.. Tut.. Tut..

Pikiran Steva langsung tertuju kepada Jafar. Dia langsung panik seketika. "Bang! Temenin gue ke jalan kenangan indah!"

Gara mengkerutkan dahinya. "Buat apa?"

"Tadi ada yang telepon gue nyuruh ke sana, sebelum orang yang gue sayang lenyap. Firasat gue ga enak, Bang! Gue rasa maksud orang itu Jafar!" Steva langsung menarik tangan Gara untuk membawa mobilnya ke alamat yang dimaksud.

Tuhan! Semoga itu bukan Jafar! Semoga Jafar enggak kenapa-kenapa, batinnya.

🙈🙉

Gara dan Steva kesulitan mencari lokasi persis alamat tersebut. Orang tersebut hanya memberitahukan nama jalannya, tidak disertai blok dan nomornya.

Steva sudah berkali-kali menghubungi nomor orang yang menelponnya tadi. Tapi, sambungan telepon tidak bisa terhubung.

"Bang, gimana dong? Perasaan Steva makin enggak enak! Steva ... Steva takut Jafar kenapa-kenapa!"

Gara menjadi binggung sendiri. "Lo tenang dulu. Kalau misalnya lo panikan gini, gimana mau ketemu cob--"

"BANG! AWAS! ADA ORANG YANG PINGSAN DI DEPAN!"

Gara langsung mengerem mobilnya. Ketika mobil sudah berhenti, Steva langsung turun tanpa aba-aba. Gara juga ikut turun melihat siapa orang yang pingsan di tengah jalan seperti ini.

"Jafar?!"

Steva melihat Jafar terbaring di tengah jalan. Tubuh Jafar penuh luka-luka. Steva yang melihat kondisi Jafar, langsung menangis. Dia tidak tega.

Gara langsung membawa Jafar masuk ke dalam mobilnya. Gara membawa mobil dengan kecepatan yang lumayan cepat. Dia tidak mau sahabatnya kenapa-kenapa.

"Jafar ... kenapa lo bisa kayak gini, sih?"

Steva duduk di belakang menemani Jafar. Kepala Jafar berada di paha Steva. Walaupun kepala Jafar penuh darah, Steva tidak takut darah tersebut terkena pakaiannya. Yang terpenting saat ini adalah keselamatan Jafar.

Jafar mengerang pelan. Sepertinya dia sudah sadar dari pingsannya. Dia tidak mempunyai tenaga yang banyak. Badannya, semuanya terasa sakit. Steva yang melihat itu, langsung panik.

"Jangan banyak gerak! Simpan tenaga lo!"
Steva semakin memperkuat tangisannya.

"Ja ... jangan nangis. Gu ... gue ga suka." Bukannya berhenti, tangis Steva semakin histeris. Kondisi Jafar benar-benar menyayat hatinya.

"Udah gue bilang kan! Simpan tenaga lo! Dengerin gue sekali aja! Buat kali ini!"

Jafar tersenyum kecil. "Ma ... makasih."

Tepat disaat itu, mata Jafar tertutup sempurna. Steva yang melihat itu, semakin panik. Dia tidak tahu berbuat apa.

"Bang! Tolong cepetin lagi! Hiks!"

FLASHBACK OFF.

"Jafar, lo harus sembuh! Katanya lo kuat! Buktiin ke gue sekarang! Hiks ..." Juan mengelus pundak Steva.

"Lo harus kuat! Lo kuat, Jafar bakal kuat!" Juan berusaha menenangkan Steva.

"Maaf, benar ini dengan keluarga Tuan Felish?" seorang suster datang tergesa-gesa kepada Gara dan Chica.

"Iya, Sus. Ada apa ya?" ujar Gara.

"Ada yang berusaha mencelakakan Tuan Felish dengan menyuntik racun ke tubuh Tuan Felish. Tim medis sedang berusaha mengeluarkan racun itu. Diduga, racun tersebut adalah racun mematikan yang dapat membunuh manusia dalam waktu cepat. Pelakunya belum tertangkap."

"Apa?!"

🙈🙉

-Hey, Chica!-

Holla! Emak update malem-malem lagi nih! Kenapa ya? Emak juga ga tau :)

Jangan lupa vote dan komennya! Komen-komen kalian yang membuat emak bersemangat update. Jangan bosen nunggu Hey, Chica! update ya!

Selamat malam dan mimpi indah ya!

Sekian,

Salam hangat dari emak Jafar 💋

Hey, Chica! [Completed]Where stories live. Discover now