2009 » Renjun

687 90 16
                                    

"Kamu sering kayak gini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu sering kayak gini?"

"Ngga. Sebulan sekali aja."

"Sorry ya gays, gue ga bisa lama-lama. Ada acara keluarga."

"Iya gapapa Le."

Mereka membagikan biskuit susu buatan Timi ke anak-anak di lingkungan kumuh itu.

"Padahal gedung-gedungnya tinggi-tinggi ya, tapi kok masi ada aja yang tinggal di bantaran sungai begini. Apalagi mereka yang tidur dibawah jembatan itu tadi." Chenle berkomentar.

"Hem, untung aja Indonesia ga punya musim dingin. Jadi mereka ga perlu takut mati kedinginan." Renjun benar. Mau bagaimanapun keadaannya, mereka harus tetap banyak-banyak bersyukur.

Hanya sebungkus biskuit memang, tapi anak-anak itu kelihatan senang sekali. Saeron sampai menitikkan air mata melihatnya.
"Kalo kayak gini, Sasa jadi pengen kesini tiap hari. Tapi Kak Mark ga akan ngijinin." Renjun terenyuh mendengarnya. Saeron memiliki hati yang terlewat lembut.

💐💐💐


"Jadi, energi kinetik di titik C, sama besar dengan energi potensial di titik A. Gimana?"

Kalau sedang belajar begini Renjun jadi teringat Rachel. Dulu kalau Renjun kesusahan dalam belajar, dia sering meminta bantuan Rachel datang kerumahnya. Cara Saeron menyampaikan materipun, mirip dengan cara Rachel.

"Paham gak?"

"Eh iya paham kok. Udah selesai materinya?"

"Iya udah."

"Udah sore, jalan-jalan yuk!"

Kehadiran Renjun sangat berarti untuk Saeron. Ini contohnya. Belum pernah ada sebelumnya yang mengajaknya jalan-jalan sore. Dia kan tidak punya teman. Yang ia punya hanya belajar.

💐💐💐

"Baru pulang Sweetie? Dari mana?"

"Tetangga."

"Temen?"

Ya Tuhan, Yura itu cerewet sekali. Dia hanya pulang untuk mengambil sepeda tapi sudah di wawancarai begini.

"Iya."

"Laki-laki?"

"Bukan."

"Wahhh sudah dapat penggantinya Rachel dong? Udah ga galau-galau lagi nih jadinya."

Deg....

Renjun tertohok. Kalau begini ceritanya, dia jadi ingin punya auntie bisu saja. Renjun tidak berniat menggantikan Rachel. Rachel punya posisi khusus tersendiri di hati kecilnya. Saeron hanya seperti pelampiasan baginya. Karena dia sangat mirip dengan Rachel.
Pelampiasan? Kenapa sebutannya jadi begitu? Tapi sebutannya apa kalau: Renjun suka bersama Saeron karena dia merindukan Rachel.

Ahh mulut Yura memang perlu disumpal dengan kotoran.

"Wanita tua, gue pergi."

"Eh mau kemana lagi? Bentar lagi katanya guru les kamu dateng?"

"Jalan-jalan. Suru pulang aja kalo dateng."


💐💐💐


"Ayo Sa!"

"Loh kamu kok bawa sepeda? Gimana nuruninnya?" Mereka kan ada di lantai 11.

"Ya kan gampang, tinggal masukin lift, Sa." Iya juga, kenapa dibuat susah.

"Em tapi Sasa ga punya sepeda."

"Ah udah ayok."

Akhirnya Saeron mengikuti perkataan Renjun.

"Naik Sa!"

"Hah? Naik kemana?"

"Kesini." Renjun menunjuk bagian depan sepeda.

"Gini?"

(Posisinya begini gaes)

Wajah mereka hanya berjarak lima centi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajah mereka hanya berjarak lima centi. Dengar itu? Bahkan deru napas Renjun sampai tertangkap oleh telinga Saeron.

"Ini aman?"

"Iya tenang aja."

"Renjun, gimana kalo jatuh?"

"Ngga Sa. Kalaupun jatuh, kan kita jatuhnya berdua."

"Lah terus? Hubungannya?."

"Seenggaknya kan sakitnya ga sendirian, Sa."

Mereka terus bersepeda tanpa tujuan.

"Njun duduk dulu yuk!" Saeron menunjuk ke bangku taman di hutan kota. Terlihat beberapa muda mudi dan keluarga yang sedang menikmati sore disini.

Saeron duduk bersama Renjun disebelahnya. Daun yang layu dari pohon hungur beguguran di pangkuan. Dia tenggelam sudah dalam euforia masa lampau. Dimana yang ia ingat, hanyalah perasaan bahagia yang ada disana.
Saeron jadi iri pada anak-anak itu. Kenapa dunia serasa tidak adil? Mereka kenapa punya waktu bersama lebih lama, dibandingkan dengannya?

'Setidaknya kalau ingin pergi, mari kita buat kenangan manis dulu.' Batinnya bergejolak. Bagaimana tidak. Bocah usia empat dapat mengingat apa?  Tinggallah lebih lama lagi, sebentar saja, setidaknya sampai otak Saeron dapat berfungsi sebagai memori.

"Sa, kamu kenapa nangis?" Suara Renjun yang membuyarkan lamunannya. Tak sadar kalau sebulir air mata lolos begitu saja dari bendungannya.

"Sasa cuma keinget orangtua Sasa."

Renjun mengusap punggung Saeron seolah menyalurkan kekuatan.

"Mommy aku juga meninggal pas aku masih umur lima. Jadi aku paham rasanya."

Saeron tidak punya pertahanan lagi. Ia butuh sandaran saat seperti ini. Alhasil Saeron bersandar di bahu Renjun.

"Renjun, kita teman kan?"

"Kita sahabat Sa. Kalaupun kamu butuh lebih dari itu, aku sanggup."

Tak apa semuanya pergi. Sungguh tidak apa-apa. Asal mereka masih saling menjaga. Saeron merasa semuanya akan baik-baik saja. Rasanya dunia berlaku adil kepadanya.




Tbc

Holaaa.... enjoy ya ^-^

__Kaca

Meikarta (END)Where stories live. Discover now