2009 » Same

725 89 29
                                    

"Iya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Iya." Sekalian Renjun ingin jalan-jalan seputar Meikarta.

"Kamu udah lama disini?"

"Iya, dari kecil Sasa udah disini. Kamu sendiri kenapa pindah kesini?"

"Urusan kerjaan Daddy."

"Ohh."

"Eh, ngomong-ngomong kamu pernah pacaran sama Jeno?"

Saeron terkekeh, "Cewek mana sih, yang ga pernah pacaran sama dia. Cuma bentar sih, sepekan doang. Habis itu udah. Soalnya Jeno ngedeketin Sasa, cuma karena penasaran. Katanya Sasa orangnya tertutup. Iya, cuma atas dasar penasaran aja."
Renjun mmengangguk "Oohh."

"Kita juga jarang ngomong waktu itu. Ga jauh-jauh dari kata deket doang. Kalo di bilang pacaran, kayaknya bukan. Gabisa dibilang gitu. Sasa juga ga pernah punya teman. Jadi Sasa seneng pas Jeno deketin Sasa."

Sampailah mereka di toko kue yang Saeron maksud.

'Bon Apetit'

Begitu nama tokonya. Saeron membeli sebuah kue tart yang tulisannya 'Happy Birthday'.

"Buat siapa, Sa?"

"Bukan buat siapa-siapa kok. Ini buat Sasa. Hari ini Sasa ulang tahun. Tiap tahun emang kayak gini. Sasa ngerayain ulang tahun sendirian. Kan Sasa ga punya temen. Kakak Sasa juga sibuk. Terus orangtua Sasa sudah meninggal pas Sasa masih umur empat." Sasa benar-benar sendirian dan kesepian. Sebenarnya Saeron bukan tertutup. Hanya saja tidak pandai bergaul yang berlebihan.

"Oh gitu. Maaf."

"Eh, gapapa." Saeron malah senang ada orang yang mau mendengar ceritanya.

"Tapi kamu ga sendirian lagi sekarang. Kan udah ada aku."

"Huh?"

"Aku mau kok dateng ke ulang tahun kamu. Aku juga mau jadi teman kamu."

"Iya?"

"Aku dan temen-temenku bakalan dateng nanti."

"Emang mereka mau?"

"Kamu tenang aja. Mereka itu maniak makan. Ga kebaratan dateng kalo ada makanan."

Saeron kegirangan. Itu mudah, kalau urusan makanan tinggal suruh Timi masak, kan?
" Oke, dateng ya, Renjun? Sasa tunggu jam tujuh."

"Pasti."

Renjun adalah kado terindah seumur hidup Saeron.

    Sebenarnya Renjun bingung, kenapa Saeron mirip sekali dengan sahabat kecilnya itu. Caranya berbicara, caranya makan, sifatnya.  Kalau Rachel itu tidak mau bergaul, Saeron juga tidak pandai bergaul. Nyaris sama bukan?

Renjun suka dengan Saeron, sama seperti ia menyukai Rachel. Dia pikir, dengan itu akan lebih mudah melupakan sedihnya. Kesedihan itu sendiri adalah meninggalkan Rachelnya. Jadi, apakah Renjun juga akan melupakan Rachel?


💐💐💐

     Dan disinilah mereka. Di rumah Saeron mengadakan pesta kecil-kecilan.

"Makasih ya, Sasa seneng banget kalian dateng."

"Eh sorry gue telat." Saeron kira Chenle tidak datang tadi.

"Ehh kirain ga dateng."

"Ehehe ini buat lo happy birthday ya."

"Wahh makasih. Sebebernya kalian ga perlu bawa semua ini."

"Sa.." ini Haechan yang memanggil.

"Iya?"

"Gue laper." Oke terserah.

"Ohh iya. Bentar ya?"

Dasar Haechan. Untung tadi dia tidak lupa bawa kado. Ya, walaupun isinya hanya satu set pembalut. Kurang ajar memang. Tapi daripada Jeno yang datang dengan tangan kosong.

"Kok lo ga bawa apa-apa?" Tanya Renjun.

"Kenapa? Harus ya?"

"Ya kan adabnya emang begitu bego!" Timpal Chenle.

"Siapa yang nyiptain adab begitu? Gue ga setuju."

"Yaudah terserah." Imbuh Chenle.

Setelahnya, Saeron datang dengan sepiring besar ttoboki di tangannya. Di belakang Saeron diikuti seonggok badan besi tak berwajah. Dia juga membawa banyak makanan dari dapur dengan ketujuh tangannya.
Rahang Haechan hampir jatuh kelantai melihat tangan-tangan besi itu.

"Selamat menikmati." Ini robot itu yang bersuara.

"Terimakasih Timi."

"Ya Nona." Selesai dengan tugasnya menata makanan, dia kembali ke belakang.

"Sa...Saeron, dia itu apa?" Renjun terbata.

"Ohh dia itu namanya Timi. Robot tukang masak. Disini ga ada yang bisa masak, makanya Kak Mark bikin Timi."

"Itu bikin sendiri?" Tanya Chenle tak percaya.

"Iya, Kak Mark juga bikin robot bersih-bersih." Ujar Saeron bangga pada Mark, kakaknya.

"Woaaa... terus, Kakak lo dimana sekarang?"

"Ada di lab. Dia ga bisa di ganggu kalo udah disana. Ayo makan! Ini Timi loh yang masak."

Timi memasak banyak jenis makanan. Makanan Korea menu utamanya. Hitung-hitung mengobati rasa rindu teman-temannya pada negara tercinta mereka. Acara ulang tahun ini jadi lebih pantas disebut acara makan besar.

"Woaaa enak ini. Eh, btw gue punya penawaran menarik. Gimana kalo si Timi tuker sama Emak gue aja?" Ini Haechan tentusaja. Walaupun dia belum pernah ke Korea, tapi masakan Korea seolah tidak aneh di mulutnya. Yang penting enak. Kalo pilih-pilih makanan, bukan Haechan namanya.

Tak habis pikir dengan adiknya yang berniat menukar mami tercinta dengan seonggok besi anti karat itu, Jeno memukul kepala Haechan pakai sendok.

"Aduhhh...." seisi ruangan terbahak dibuatnya.

"Oh iya, besok ikut Sasa mau ga?"

"Kemana?" Mereka serempak.

"Ke Jakarta."

"Engga ah panas." Tolak Haechan. Jeno mengangguk menyetujui.

"Emang mau ngapain lo Sa?" Chenle rupanya tertarik. Dia belum pernah main-main ke Jakarta. Paling-paling hanya lewat saja.

"Ada deh. Mau ikut ga?"

"Aku ikut deh." Renjun tertarik juga.

"Eh gue ama Jeno duluan ya. Udah malem. Nanti Mami ngomel. Makasih ya, Sa."

"Iya, makasih ya udah mau dateng."

----



Tbc

Maaf ya kalo membosenkan. Ini masih tahap pengenalan untuk persiapan konflik.

__kaca

Meikarta (END)Where stories live. Discover now