2009 » Began

971 121 27
                                    

"Ra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ra...."

"Hemm?"

"Nanti pas istirahat langsung ke halaman belakang sekolah, ya?"

"Ngapain?"

"Dateng aja. Oh iya, itung aja sampe 100. Pas Rara ngitungnya udah sampe 100, aku pasti ada disana." Ahhh, itu seperti biasa.

"Eemm... oke..."




💐💐💐


Rachel duduk di kursi putih yang ada di halaman belakang sekolah sambil menggoyangkan dua kakinya kedepan kebelakang. Jangan lupakan bibir mungil nya yang senantiasa berhitung.

"95, 96, 97, 98, 99, 100."

"Hai Ra..." yang ia dapati adalah Renjun yang sudah duduk di sebelahnya.

"Nunggu lama?"

Rachel senyum kemudian menggeleng.
"Cuma selama 100 angka." Mereka terkekeh setelahnya.

Hening beberapa saat. Rachel memperhatikan Renjun yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.

"Ra, aku mau ngomog."

"Iya ngomong aja."

"Ra, mulai sekarang kamu belajar berbaur dengan yang lain ya?" Mendengarnya membuat senyuman Rachel yang sedari tadi terpatri di wajahnya luntur. Iya, selama ini Rachel hanya bergaul dengan Renjun. Rachel tidak suka berbicara dengan teman-temannya yang lain. Jadilah hanya Renjun teman Rachel.

"Kenapa?"

"Ra, kamu tau kan kita itu mahkluk sosial. Kita ga bisa hidup sendiri."

"Tapi Rara ga mau. Asal ada Renjun, Rara ga butuh yang lain kok. Rara cuma butuhnya Renjun."

"Tapi hidup aku bukan cuma sama kamu doang, Ra. Aku butuh orang lain. Rara juga pasti gitu, kan?" Ini membikin Rachel tertohok.

"Mulai sekarang, Rara coba dulu berbaur sama yang lain. Selama ini itu, kamu terlalu bergantung sama aku."

Rachel mulai terisak. "Maksud Renjun apa?"

"Ya itu maksud aku, Ra. Masa kamu ga ngerti?"

"Renjun ga sayang lagi sama Rara, ya?" Wajah Rachel memerah menahan emosi.

"Justru aku kayak gini karena aku sayang sama kamu.Kita kan sahabat."

"Jadi kita cuma sahabat? Ga lebih?" Oke, biarlah Rachel terlalu berharap.

"Kamu ngomong apa sih, Ra?"

"Emang sahabat harus ciuman ya?" Tentu saja ini dia katakan dalam hati. Ooh ayolah.. Rachel bukan anak kecil lagi. Dia paham betul apa makna dari sebuah ciuman.

"Aku pergi dulu ya? Temen-temen aku udah manggil. Aku harap kamu ngerti, ini demi kebaikan kamu, Ra." Rasanya Rachel tak bisa berbicara lagi sekarang, dadanya terlalu sesak.

Baru beberapa langkah Renjun hengkang, dia berbalik lagi. Rachel kira dia ingin menyampaikan maaf atau sejenisnya. Tapi ternyata: "Oh iya, satu lagi. Ubah juga cara bicara kamu. Kita bukan anak kecil lagi, Ra. Kebiasaan kamu nyebut nama sendiri saat ngomong itu jadi terdengar menjijikkan. Harusnya kamu tau itu."
Tentusaja Rachel menangis semakin kencang. Bahkan Renjun pergi lagi tanpa memperdulikan tangisan Rachel. Biasanya kalau Rachel menangis, sahabatnya itu memeluknya dan memberi kata-kata penenang.

Tapi apa ini? Renjun berubah. Bahkan cara bicaranya jadi lebih kasar.

Rachel punya alasan kenapa dia tidak mau membaur dengan teman-temannya yang lain. Mereka itu tau nya hanya bergosip, bergunjing, berdandan, dan hal yang Rachel tidak suka lainnya.

"Renjun....." lirih Rachel sambil memukul dadanya yang terasa sempit. Bahkan bernapas pun rasanya susah sekali. Oksigen seolah tak mau masuk ke paru-parunya.





















































Tbc

Meikarta (END)Where stories live. Discover now