25 - Karena Semesta Adalah Sekutu Cintanya

Start from the beginning
                                    

“Mumpung lagi kurang kerjaan kita!” tambah Pram. Disingkirkannya lengan Epeng yang benar-benar bikin berat di bahu.

Sena dan Ratih saling lirik sambil tersenyum geli. Tapi, soal permintaan Epeng dan Pram, keduanya jelas tidak keberatan sama sekali. “Berarti kita jadi dua tim. Satu ikut aku, satu lagi ikut Ratih.” Ujar Sena. Ratih manggut-manggut saja.

“Nggak masalah! Ayo, Rat, kita ke area kelas satu terus ke kelas dua!” tidak pakai minta persetujuan, Epeng merangkul pundak Ratih dan langsung menariknya ke arah utara.

“Hm... berarti kita jualan di sekitar sini. Yuk deh, Pram!” ajak Sena bersemangat. Tapi baru juga maju selangkah, gadis itu mundur lagi dengan sebelah alis terangkat karena menyadari laki-laki di hadapannya masih terus menatap punggung Epeng dan Ratih dalam diam. Seolah tidak dengar kalau habis diajak bicara. Pram baru menoleh setelah mendapat satu tepukan di pundak dari Sena.”Pingin sama Ratih ya?”

Tebakan Sena yang tepat sasaran sontak membuat Pram salah tingkah. “Hah? Nggak kok. Sena atau Ratih sama aja. Yuk!” laki-laki itu berjalan lebih dulu ke arah selatan. Walaupun tahu Pram bohong, Sena putuskan tidak meneruskan pembahasan yang sama sebab paham Pram tidak ingin. Jadi ia pun segera ikut melangkah.

💧💧💧💧

Mata Pram melebar melihat Eva, Tika, dan Sarah sedang berjalan bersisian dari arah berlawanan. Karena tangannya memegang nampan, Pram jadi tidak bisa mencolek Sena untuk menyadarkan gadis itu. Tapi Pram tidak kehabisan akal, ia mendesis-desis sampai akhirnya Sena yang sedang menghitung uang menoleh. “Kita puter arah aja yuk!” ajak Pram.

Mata Sena mengikuti gerak samar dagu Pram, ia refleks menelan ludah mengetahui apa yang coba Pram tunjukkan. Tapi bukannya segera memutar badan, Sena justru menahan Pram untuk tetap melangkah lurus. “Udah nggak apa-apa, aku kan udah nggak ada urusan sama mereka.”  Bisik gadis itu dengan seulas senyum tipis.

Jarak tinggal semeter lagi, Pram ketar-ketir sendiri. Seumpama jarak masih cukup jauh, Pram pasti akan menukar posisi dengan Sena karena jujur ia khawatir. Gank Eva memang belum pernah lagi mengganggu Sena setelah kejadian di belakang gudang sekolah, dan meskipun Sena juga benar kalau urusan hutangnya sudah selesai, tapi itu tidak akan menjamin kalau tiga gadis itu tidak akan berulah lagi, kan?

Karena gank Eva tampak tidak ingin menyingkir, Sena dan Pram sama-sama mengambil ancang-ancang untuk bergeser ke arah yang berbeda. Hanya saja, niat mereka urung karena Eva tiba-tiba saja bersuara. “Ada ya, penjual yang menghindari dari calon pembeli?” Pram dan Sena melongo menatap Eva. Kedua kaki mereka sudah diam menuruti Sarah dan Tika yang mulai memilih kue-kue basah di nampan.

Dua uang dengan nominal cukup besar Eva sodorkan. “Meskipun mungkin ada alasan yang besar, lo tetap salah karena udah bikin banyak kebohongan. Tapi perbuatan gue di belakang gudang bener-bener di luar batas. Jadi, sorry, Sen...” ujarnya sedikit melirih. Sarah dan Tika menunjukkan raut sesal yang sama.

Sena terhenyak. Eva si ratu kejam meminta maaf lebih dulu? Gank populer yang hobi menindas itu menunjukkan penyesalan? Sulit dipercaya, orang-orang di sekitar koridor pun tampak keheranan. Mulut Pram sampai menganga lebar. Yang baru saja terjadi jelas melenceng jauh dari dugaannya tadi.

Karena Sena hanya diam, Eva langsung meraih satu tangan gadis itu untuk meletakkan uangnya. “Gue nggak akan kasih kembaliannya buat lo. Tapi gue juga nggak akan minta. Pakai kembalian itu buat beli buah, roti, atau apapun yang sekiranya pantas dibawa buat jenguk orang sakit.”

“Maksudnya?” serius, Sena jadi makin bingung sekarang.

Pupil mata Eva bergerak memutar. “Seumpama Dika nggak dateng dan berhentiin aksi gue, mungkin gue bakal kena masalah yang besar karena ngelakuin penganiayaan. Dan yah, gue merasa hutang budi aja soal itu. Jadi...” Gadis itu menjeda dan tersenyum penuh arti. “Tolong wakilin gue buat jenguk Dika ya...” menghiraukan ekspresi Sena yang mempertanyakan kenapa tidak ia sendiri yang langsung menjenguk Dika, Eva kembali meneruskan jalan dengan Sarah dan Tika membuntut.

LovakartaWhere stories live. Discover now