“Ingat Galang, apapun yang terjadi nanti, kamu jangan pernah menyerah, meskipun Bapak Kusuma Jaya nyakitin aku, kamu jangan pernah berbalik kebelakang, tetaplah berjuang,” ucap Qonita, dia mengambil jeda. “aku tahu resikonya berat, tapi inilah jalan  yang dipilih Rasul dan para sahabat. Apa kamu ingat perkataan yang dikatakan oleh Waraqah bin Naufal  paman dari Khadijah istri Nabi kepada Nabi Muhammad?” Tanya Qonita, aku tak menajwab meskipun aku ingat jawabannya, karena terlalu fokus mendengarkan Qonita. Beberapa detik kemudian Qonita melanjutkan perkataannya.

“Orang yang membawa kebenaran pasti akan dimusuhi (1). Ketika kamu melewati jalan seperti ini, harusnya kamu bersyukur, karena kamu sedang mengikuti jejak Rasul dan para sahabat, jika kamu sampai menyia-nyiakan kesempatan ini, sungguh kamu sangat rugi," jelas Qonita.

Dari dulu sampai sekarang, aku selalu kagum dengan sosok istriku ini, dia selalu berpegang teguh pada prinsipnya sebagai seorang muslim, dia juga selalu mengingatkanku ketika aku salah, betapa beruntungnya aku.

“Iya sayang, aku nggak akan menyia-nyiakan lagi kesempatan ini,” ucapku kemudian. Aku menghela napas panjang.”tapi jika salah satu diantara kita ada yang mati, kita akan dipasangkan lagi di akhirat nanti kan?”

Qonita kembali tersenyum tipis. “Insya Allah Galang,” jawab Qonita. Tiba-tiba dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku. “kamu janji ya, kalau kamu nggak akan nyerah?” pinta Qonita, entah budaya darimana kalau berjanji atau berbaikan harus mengaitkan jari kelingking, tapi  aku tersenyum dibuatnya. Aku pun mengaitkan jari  kelingkingku pada jari kelingking Qonita.

“Insya Allah akan aku tepati janji aku.”

“Kita berjuang bersama-sama.”

🔥🔥🔥

Qonita POV

Aku tahu setiap pilihan memiliki risiko, tapi aku tidak ingin terus-menerus berada di zona aman, aku harus meninggalkan itu, karena dunia bukanlah tempat untuk merasakan kenyamanan  dan beristirahat, tapi tempat untuk berjuang, sampai benar-benar kematian yang mengehentikan perjuangan ini.

Hari ini, hari minggu setelah kemarin aku dan Galang sempat saling menjauh, sekarang kami menyempatkan waktu untuk jalan-jalan berdua saja, memakai motor kesayangan Galang. Ketika kami masih di jalan, tiba-tiba banyak motor dan mobil menghadang kami. Jalanan menjadi kosong, hanya ada mereka yang menghadang di depan kami dan kemudian jumlah mereka bertambah lagi, sampai mereka melingkari aku dan Galang, tak ada jalan untuk kami pergi.  Aku bingung, ada apa ini?

"Apa-apaan ini?" Tanya Galang dengan berteriak. Namun, tak ada yang menjawab, mereka menatap kami dengan tatapan merendahkan. Beberapa detik kemudian seseorang turun dari mobil. Sepatu hitamnya sudah terlihat sangat mengkilat, setelah dia menutup pintu mobilnya, dia berdiri tegak di depan aku dan Galang dan aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas, mataku terbelalak melihatnya, pria yang berdiri tegak itu adalah Kusuma Jaya. Apa yang akan dia lakuakan?

Galang mematikan mesin motornya, kemudian dia menyuruhku turun dan menjauh, sementara dia membuka helmnya lalu motornya distandarkan kemudian ia berjalan mendekati Kusuma Jaya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kita sudah membuat perjanjian kalau kau tidak akan mengganggu istriku lagi?” Tanya Galang dengan tegas.

“Aku tidak yakin kau akan menepati janjimu,” jawab Kusuma jaya. Dia mengambil jeda. “jadi lebih baik kalau kau mati saja!!!”

Apa??? Apa dia sudah gila?? Galang terlihat begitu emosi. Aku tidak yakin Galang bisa mengalahkan orang sebanyak ini. Ya Allah lindungilah kami.

Kusuma Jaya menjentikkan jarinya, aku rasa dia sedang memberi kode pada anak buahnya, sepersekian detik kemudian semua anak buahnya langsung memukuli Galang dari segala arah dengan kayu panjang. Tidak ada celah untuk Galang melawan. Ya Allah selamatkan Galang..

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Where stories live. Discover now