Aruna#20: Kehidupan Aruna

Start from the beginning
                                    

Aruna tersenyum tulus. Ia senang benar-benar senang mendengar berita bahagia dari sahabatnya ini. Tak sedikitpun ia iri meski nasibnya saja saat ini masih belum jelas.

"Lo tenang aja Run, gue yakin lo pasti bakal bisa masuk jurusan kedokteran. Lo pasti bakal bisa dapet beasiswa," ujar Kintan memegang kedua tangan Aruna. Memberikan semangat untuk Aruna.

Aruna tersenyum. "Aku bakal terus berusaha semampu aku Kin."

"Semangat!" Kintan mengepalkan tangannya, membuat gerakan semangat.

Aruna ikut melakukannya lalu tersenyum manis. "Semangat!"

Meski dengan perasaan yang masih takut Aruna berusaha meyakinkan dirinya jika segala usaha dan doanya akan berbuah hasil yang manis.

"Tapi Run, lo mau tau satu hal gak?"

"Apa?"

Kintan tersenyum jahil. "Tanpa lo jadi dokter nanti pun hidup lo bakal terjamin."

"Maksudnya?"

"Ya gimana enggak, secara lo nanti bakal jadi nyonya Dirga. Lo tau 'kan gimana kayanya cowok lo itu. Berbagai perusahaan dari berbagai jenis bidang yang udah berkembang pesat. Tujuh turunan hidup lo gak bakal susah."

Aruna mencubit tangan Kintan kesal. "Kamu ini. Masa depan belum ada yang tau. Sekalipun aku sama Dirga nantinya aku harus tetep jadi wanita mandiri."

"Cie jadi ada yang ngarep juga ni yeee," seru Kintan dengan nada menggoda.

"Ih Kin! Apaan sih." Aruna memalingkan wajahnya ke arah lain. Pipinya terasa memanas karena Kintan telah berhasil membuatnya salah tingkah.

Aruna memang pernah memiliki harapan jika kelak jodohnya adalah Dirga, terlepas dari apa yang cowok itu punya. Karena ia jatuh cinta pada Dirga bukan karena harta berlimpah yang dimiliknya tapi karena itu Dirga. Cinta pertamanya.

***

"Mereka siapa Na?"

Pertanyaan Dirga membuat Aruna menoleh. Dua orang lelaki yang mengenakan kemeja kantor itu baru saja menaiki motor yang terpakir di luar pagar rumahnya. Aruna tahu siapa orang itu, tapi ia tak bisa memberitahukannya pada Dirga. Cukup ini menjadi masalah keluarganya saja.

"Gak tau, Ga. Aku gak pernah liat," sahutnya dengah terbata.

"Yakin?"

Aruna mengangguk. "Iya. Mungkin mereka cuma orang yang lagi nanya alamat."

Dirga mengangguk, meski Aruna lihat cowoknya itu masih penasaran.

Begini lebih baik. Batinnya.

"Aku turun ya Ga. Makasih dan kamu hati-hati," pamit Aruna lalu bergegas turun dari mobil.

Setelah mobil Dirga bergerak menjauh, Aruna langsung buru-buru masuk rumahnya. Jika dua orang itu datang ke rumahnya pasti keadaan dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Bunda mereka abis ngapain?" tanya Aruna yang langsung menghampiri Sarah yang terduduk di sofa dengan kepala tertunduk.

Benar bukan dugaanya kedatangan dua orang dept collector itu sudah pasti yang menjadi penyebab bundanya menangis saat ini.

"Runa...." Sarah tersenyum lembut setelah sebelumnya menyeka air matanya sendiri.

Aruna tak suka jika melihat bundanya seperti ini. Ia akan lebih baik jika melihat bundanya menangis terisak dibandingkan melihat bundanya berusaha tegar menyembunyikan tangis di balik senyuman. Sungguh itu sangat menyakitkan.

ArunaWhere stories live. Discover now