❥ 24 : Find Me Save Me

1.7K 231 43
                                    


Suara ketukan pintu berhasil membuat mataku terbuka. Sial, aku bahkan tidak ingat kapan aku mulai memejamkan mataku dan tertidur di lantai dekat pintu kamarku.

"Dubu~ cepat menjauhlah dari pintu, bangun dan jangan tidur di lantai."

Suara Ibuku membuatku berdecih pelan, aku lupa kalau ruangan tempat aku terperangkap ini memiliki cctv di dalamnya. Jadi semua yang ku lakukan pasti terekam. Tsk, apa mereka juga menyadap kamar ini?

Aku pun bangkit lalu duduk di sofa yang ada di dekat ranjang. Tak berapa lama aku mendengar suara kunci pintu kamarku yang terbuka. Ibuku memasuki kamarku seraya membawa nampan berisi makanan dan minuman lalu meletakannya di atas meja yang ada di dekatku.

"Makanlah, kau pasti lapar." titahnya.

"Jangan perdulikan aku, anggap saja aku tidak ada seperti biasanya."

"Mana mungkin aku bisa menganggapmu tidak ada. Aku selalu menganggapmu ada meskipun kau tidak berada di tempat yang sama denganku." ucapnya sambil duduk di sebelahku.

"Jangan membual lagi. Aku hanya ingin beristirahat, jadi tinggalkan aku sendiri." ucapku.

"Baiklah, jangan lupa untuk memakannya. Setelah itu kau pergi mandi, pakaian yang kau butuhkan sudah ada di lemari." tuturnya.

"Hmm.."


Ibuku hanya tersenyum tipis, tak lama ia terbatuk. Ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu berlalu dari kamarku. Pandangan mataku tiba-tiba berubah kearah lantai yang terdapat tetesan cairan seperti darah. Dahiku mengernyit sambil menoleh kearah pintu, bayangan ibuku yang sedang terbatuk tadi kini terlintas di pikiranku.

🔥🔫




Aku terpaksa membuka mataku karena sinar matahari yang benar-benar mengganggu tidurku. Tak berapa lama aku mendengar suara pintu kamarku terbuka, aku pun langsung menoleh ke arah pintu kamarku.

"Selamat pagi nona Kim. Tuan sudah menunggu anda di ruang makan, sebaiknya anda bersiap karena Nyonya Besar akan mengantar anda ke sekolah." ucap seorang asisten rumah tangga yang memasuki kamarku.

"Aku takkan ke sekolah hari ini, aku ingin tidur lagi dan suruh saja ia makan sendiri." dengusku.

"Tapi..Nona... "

"Apalagi??" ketusku.

"Tuan besar bilang dia akan memecatku kalau aku tidak berhasil membawamu ke ruang makan."

Seketika mataku membesar usai mendengar ucapannya. Sial, Dia benar-benar tidak berperasaan.

"Bukankah itu bagus jika dia memecatmu? Kau tak perlu bekerja dengan orang yang tidak berperasaan. Kau bisa temukan pekerjaan lain yang segalanya lebih baik." ujarku.

"Tidak, saya tidak menginginkan pekerjaan lain. Gaji disini cukup besar, terlebih lagi Tuan dan Nyonya sangat baik memperlakukan kami." tuturnya.

"Cihh.. Kalau mereka memperlakukanmu dengan baik, mereka tidak akan mengancammu!"

"Benar, tapi Tuan Besar memintaku untuk berhenti karena anakku. Ia tidak tega membiarkanku bekerja terus-menerus disini dan meninggalkan anakku di rumah Neneknya. Ia bilang aku harus merawat anakku sendiri sebelum aku kehilangan kesempatan untuk melihat dan membantunya tumbuh besar."

Ahhh~ lihatlah.. Ia dengan mudahnya membual pada seseorang. Padahal ia sendiri tidak becus mengurus keluarganya!

"Tuan bahkan juga berencana akan mengirimkan beberapa uang saku untukku agar bisa menghidupi anakku meskipun aku tak bekerja disini lagi. Aku ingin menolak itu semua, aku tidak ingin hidup dengan berhutang budi. Kumohon Nona, bantu aku agar aku bisa terus bekerja disini." ucapnya penuh harap. Aku hanya mengerlingkan mataku.

Because Everytime ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora