❥ 10 : No Choice

2K 250 11
                                    


Waktu sudah menunjukkan jam lima sore, aku masih berjalan-jalan untuk menenangkan pikiran. Aku melangkahkan kaki ku memasuki minimarket untuk membeli beberapa makanan. Entah kenapa hari ini aku benar-benar tidak ingin pulang ke rumah, aku sangat malas untuk berhadapan dengan orang tuaku terlebih Ibuku.

Usai memilih beberapa barang, aku pun membayar belanjaanku. Namun baru saja aku hendak membayar, aku melihat seseorang yang sedang memohon pada atasannya di depan restoran untuk diberi gaji lebih cepat karna ayahnya sedang sakit dan membutuhkan biaya untuk berobat.

Aku sangat kenal dengan gadis yang sedang memohon itu, dia merupakan teman si gadis menyebalkan itu. Gadis yang bernama Rena itu benar-benar sangat terlihat kasihan. Aku pun langsung melangkahkan kaki ku menuju kedua orang itu.



"Kau membutuhkan uang?" tanyaku pada Rena. Rena pun menoleh kearahku.

"Aku memang membutuhkannya, tapi kalau kau berniat untuk memberiku uang. Aku dengan senang hati akan menolaknya.." ketus Rena.



Cihh.. Dia dan sahabatnya itu tidak ada bedanya, sama-sama sombong dan berlagak seperti orang hebat..




"Kau yakin? Aku hanya mencoba memberimu penawaran. Kau hanya perlu melakukan satu permintaanku dan aku akan memberimu uang.." ujarku.

"Tidak, aku tidak berminat. Terima kasih atas tawaranmu.." ucapnya sambil tersenyum sinis padaku.

"Kau akan menyesal jika menolak tawaranku. Lagipula belum tentu atasanmu ini mau memberimu gaji lebih awal. Kau hanya perlu lakukan satu hal untukku.." ucapku. Kulihat ia nampak berpikir.

"Tidak perlu berpikir panjang, cepatlah membuat keputusan karna aku yakin, Ayahmu pasti harus cepat pergi berobat.." sergahku.

"Baiklah, aku akan menerima tawaranmu. Jadi apa yang kau mau?" tanya Rena.

"Buat temanmu itu mau ikut dinner bersama keluargaku lusa.. Jika kau berhasil, kau akan dapat uang tambahan dariku. Tapi jika tidak berhasil gajimu selama dua bulan bekerja disini itu milikku." tuturku.

"Apa gaji dua bulan? Kau gila, aku bahkan hanya membutuhkan uang separo dari gajiku disini selama sebulan. Tapi kau memberiku pinalti gaji dua bulan?" ketus Rena.

"Itulah, tawaranku. Karna kau sudah setuju, maka aku akan berikan uangnya." ucapku sambil mengambil dompetku.


Aku pun memberinya uang dan menatap tajam kearahnya, ia hanya tersenyum tipis sambil menerima uangku.



"Waktumu hanya tinggal besok. Kuharap kau berhasil membujuknya.." ucapku dingin lalu pergi meninggalkannya



🐇🐈






Aku melangkahkan kaki ku memasuki rumah dan langkah kaki ku terhenti di depan pintu karna aku melihat Ayahku yang sedang duduk di kursi roda tengah menatapku. Ya, Ayahku memang memakai kursi roda karna penyakit yang dideritanya sejak beberapa tahun lalu.




"Kau darimana saja? Jam segini baru pulang ke rumah." tanya Ayahku dengan lembut.

"Minimarket.." ucapku sambil menunjukkan plastik belanjaanku.

"Kalau begitu, kau cepat mandi dan istirahat.." titah Ayahku. Aku hanya menganggukan kepalaku dan menuruti perintahnya.


Aku melangkahkan kaki ku menuju kamar, namun saat membuka pintu kamar aku dikejutkan dengan Ibuku yang sedang menatapku dengan tajam sambil duduk di sofa dekat tempat tidurku.



Because Everytime ✔Where stories live. Discover now