PART XVII : Cemburu

148 11 4
                                    

Selesai ujian sekolah dan ujian-ujian lainnya, hari ini adalah hari pertama liburan sekolah. Seminggu yang lalu Bisma dan Mala memang merencanakan untuk jalan berdua, ke gunung. Mereka berdua pergi ke Bromo, dengan izin orang tua Mala walau dengan sedikit rajukan dan paksaan.

Mala meletakkan tas ranselnya di sebuah gubuk, kemudian duduk di samping tasnya itu. Sementara Bisma masih memarkir motor sebelum ikut beristirahat di gubuk itu. Mala mengambil botol air mineral di kantong samping tas kemudian menyerahkannya pada Bisma. Bisma meneguk air itu kemudian menutupnya dan duduk di samping Mala.

"Udah deket kok ini, ntar pasang tenda diatas. Baru besok paginya turun, jalan kaki ke Bromonya" ujar Bisma sembari memasukkan botolnya ke kantong lagi.

"Jauh jalannya?" tanya Mala.

"Enggak kok, kalo capek kan bisa naik kudaa" Mala mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian meraih ranselnya lagi. "Yaudah ayo, keburu sunsetnya keluar. Dari tempat perkemahan keliatan kan?"

"Tergantung sih, ada yang keliatan ada yang enggak"

**

Sesampainya di tempat perkemahan, Mala meletakkan tasnya di kursi kayu panjang yang diapit dua pohon mati. Kemudian gadis itu berlari kecil untuk melihat sunset.

"Hati-hati, kalo jatoh ntar lu tinggal nama, Yang" ujar Bisma sembari mendekat.

"Iyaa, ini nggak ke tepi banget kok. Liat deh Bis, indah banget sunsetnyaaa" pekiknya senang, gadis itu tersenyum lebar sembari memegangi kedua pipinya.

"Mau di fotoin nggak?" tanya Bisma sembari mengotak-atik kameranya.

"Mauuu, yang cantik yaa. Ntar tempelin di dinding kamar lo jugaa" jawabnya kemudian berpose cantik. Mulai membelakangi kamera dan melihat sunset sampai menghadap kamera dan membelakangi sunset.

"Cetak semua boleh ya, cantik semua nih" ujar Bisma sembari melihat foto-fotonyaa.

"Boleh tapi jangan dipasang semua di dinding yaa"

"Bahas aja terus masalah foto di dinding mah" jawab Bisma sembari mengarahkan kameranya kearah Mala lagi, seketika Mala tertawa lebar mendengar jawaban Bisma dan Bisma cukup pandai memanfaatkan moment itu.

"Lo cantik banget sih" Bisma berucap lagi sembari menyodorkan kameranya.

Mala mendekat kemudian memekik, "Eh anjir iyaa, kok gue cantik banget sih" jawabnya kemudian tertawa karena mendengar cibiran Bisma.

**

Seminggu setelah dari Gunung Bromo, Mala meminta Bisma dan keluarganya untuk menemui orang tua Mala. Gadis itu didesak orang tuanya untuk segera meresmikan hubungan mereka kearah yang lebih serius. Dilihat dari perkembangan selama setahun ini, keluarga Mala yakin bahwa Mala tidak akan menolak. Mereka mampu melihat benih-benih cinta yang tumbuh di antara keduanya.

Seminggu ini pun Mala dilanda gelisah yang berkepanjangan. Gadis itu masih takut untuk melangkah kearah yang lebih jauh. Meskipun ia percaya pada Bisma, namun kegelisahan yang ia rasakan tidak hanya berporos pada perasaan Bisma untuknya. Gadis itu memikirkan hal lain, termasuk teror-teror yang datang dua bulan belakangan ini. Gadis itu diam karena tidak mau banyak orang yang mengetahuinya. Mala merasa bisa menghadapi teror-teror itu hingga satu minggu yang lalu sepulangnya dari Gunung Bromo. Semua keberanian yang gadis itu simpan dengan baik seolah menguar, melebur, menghilang entah kemana.

Mala tidak takut pada kecoa, ulat, tikus ataupun bangkai. Teror terparah yang menghampirinya selama ini hanyalah bangkai tikus yang berdarah-darah. Gadis itu masih biasa saja, namun tidak dengan hari itu, Mala menemukan sekotak kado cantik di luar jendela kamarnya. Saat membukanya, gadis itu menemukan sebuah kain putih yang terdapat banyak bercak merah. Gadis itu meraihnya dan membentangkan kain itu, disana tertulis dengan jelas, "Menyerah dan tinggalkan". Mala hanya menggeleng pasrah kemudian hendak membuang kain itu, namun tatapannya kembali tertuju pada kotak kado itu. Kemudian gadis itu menjerit keras hingga pingsan.

**

Keadaan makin parah ketika keesokan harinya, gadis itu mendapati kabar bahwa Bisma kecelakaan. Mala yang belum pulih benar dengan traumanya karena teror yang diterimanya, kembali drop dan akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit juga. Rumah Sakit yang sama dengan Bisma dirawat, di ruangan yang sama pula karena permintaan gadis itu.

Mala menatap Bisma nanar, kemudian mencoba duduk dan terdiam sebentar. Tangannya meraih tiang kantong infus dan mendorongnya mendekat kearah Bisma diikuti tubuhnya juga. Mala duduk di bangku yang disediakan pihak RS. Gadis itu menatap Bisma kemudian mengusap kening lelaki itu. Karena tak sanggup, Mala menelungkupkan badannya dan terisak disana.

"Ini semua salah guee" lirih Mala sembari terisak. Gadis itu mengusap air matanya berkali-kali namun tak kunjung berhenti.

"Coba aja gue nurut apa kata orang itu hiks" Mala terus meracau tak jelas, menceritakan segala unek-unek dan teror yang menghantuinya selama sebulan ini. Gadis itu masih terisak hingga ia merasakan sebuah tangan mengelus rambutnya. Mala mendongakkan kepalanya sembari menatap Bisma. Kemudian dengan cepat mengusap air matanya dengan baju RS yang ia kenakan.

"Kenapa nangis hm?" tanya Bisma, jari jempolnya mengusap telapak tangan Mala agar gadis itu tenang.

"Maafin Mala Bis" jawab gadis itu dan tangisnya pecah lagi. Gadis itu mencampakkan tangan Bisma dan membekap mulutnya sendiri. Matanya terpejam erat seolah menahan sakit yang teramat sangat. Gadis itu kesakitan, tepat direlung hatinya.

Bisma terenyuh, lelaki itu berusaha duduk kemudian membawa Mala kedalam pelukannya dan entah bagaimana caranya, Mala sekarang berada dipangkuan Bisma. Bisma memeluk Mala erat sesekali mengecupi kening gadis itu. Hingga isakkannya berhenti sepenuhnya dan Mala.. tertidur.

**

Bisma menatap Rafael dan Morgan bergantian. Ketiga pemuda itu sedang berunding tentang apa yang menimpa Mala. Sesekali juga Bisma melirik gadis yang tidur di brangkar sebelahnya, kemudian menghela nafas. Begitu terus ketika lelaki itu melirik Mala.

"Gue nggak tau apa yang sebenernya terjadi
Cuman yang gue tangkap dari omongannya Mala, dia nyesel karena nggak nurutin apa kata seseorang yang entah gue nggak tau siapa buat jauhin gue. Gue sebenernya ada feeling sih, orang yang terobsesi sama gue kan cuman cewek gila itu doang" Bisma kembali melirik Mala lagi, hingga Morgan menatap lelaki itu jengah.

"Maksud lo si Miranda?" tanya Rafael. "Gue nggak heran sih kalo emang beneran dia. Cuman kita nggak bisa nuduh sembarangan Bis. Iya kalo emang tuh cewek, kalo enggak?"

"Ya makanya gue minta bantuan kalian. Gue nggak tega liat Mala nangis ampe kayak gitu tadi"

"Iya, nggak tega dan nyari kesempatan dalam kesempitan emang beda tipis. Yakan, Gan?" Rafael menyindir Bisma dan lelaki itu hanya tersenyum.

"Udah ah, kita balik aja. Ntar gue kabarin kalo ada sesuatu" Morgan berdiri dan menyalami Bisma, diikuti Rafael. Kemudian mereka berdua pergi.

**

Miranda. Gadis cantik itu sedang tersenyum masam kepada lelaki didepannya. Gadis itu mendesah malas kemudian mengangguk.

"Oke gue bakal turutin apa aja yang lo mau. Tapi please, jangan bawa-bawa dia. Dia nggak salah apa-apa. Dan lo nggak berhak buat nyakitin siapapun termasuk dia"

"Lo ngancem gue Mir? Really? Udah mulai berani yaa. Inget Mir, disini yang bos itu gue. Bukan lo, jadi lo nggak usah sok ngatur gue"

"Ya tapi lo nggak ada hak buat nyakitin dia. Kesepakatan awal kita cuman supaya gue dapetin Bisma dan lo dapetin Mala. Nyakitin Bisma dan Mala nggak ada dalam perjanjian kita" Miranda meradang. Gadis itu menatap lelaki didepannya dengan kesal.

"Oke gue salah, gue salah udah main terlalu jauh" lelaki itu tersenyum lalu memeluk Miranda kemudian meninggalkan gadis itu sendirian.

-TBC-
Friday, 2018, 13 July.

Pendek bgt, iya tau. Tp drpd ga apdet. Hm buat yg nungguin i wanna say sorry, kehidupan nyata ga se-eazy yg gue pikirin.

Btw buat yg stay, makasih ya. Kalian terbaik ({})

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now