Bab II: Promnight

597 21 0
                                    

Mala POV

Gue masih terus mikirin apa yang dibilang Ilza beberapa hari yang lalu. Dia suka sama sepupu gue sendiri? Gue boleh ngakak nggak sih? Iya, gue pengen ketawa. Ngetawain diri gue sendiri. Karena apa? Daya pesona gue kalah sama sepupu gue sendiri njir, dan ini sungguh menyakitkan, sungguh sangat menyakitkan btw.

"Kita bisa lanjutin ini nanti. Gue ada urusan"

"Kamu marah sama aku Mal? Mal, selesaiin ini dulu. Aku nggak mau nyakitin kamu Mal"

"Ya terus sekarang mau lo apa?"

"Aku terserah kamu. Aku sadar udah nyakitin kamu"

"Kalo gitu, lupain masalah ini. Gue maafin lo"

"Jadi kita.. nggak putus kan?"

"Gue maafin lo, tapi nggak untuk nerima apa yang udah terjadi"

Gue ngacak rambut gue frustasi, gue sadar mungkin ini udah nasibnya kalo gue kalah saing sama sepupu sendiri. Tapi kenapa harus Tasya? Dicky juga naksir Tasya. Dan itu artinya, gue sama kak Lili bakalan punya nasib sama? For godness sake, gue nggak benci sama Tasya, sungguh.

"Hei, itu tampang lo jelek amat? Habis ngapain lo?" tanya seseorang setelah menepuk bahu gue cukup keras.

"Udah diem lo. Sini, gue mau tanya sesuatu sama lo" jawab gue lalu menarik tangannya hingga ia terduduk dibangku sebelah tepat gue duduk.

"Apaan?" tanyanya lalu menghadap ke arahku.

"Lo suka sama Tasya?" tanya gue to the point.

"Kenapa emangnya?" dia cuman tanya kenapa dan kemudian tertawa. Tuh, ngeselin banget.

"Jangan suka sama dia deh" jawab gue sembari menatap tepat ke manik matanya.

"Alesannya?"

"Dicky!! Jangan ngeselin. Jauhin ajaa. Jauhin" ucap gue kesal. Setengah berteriak juga.

"Lo kek gini karena Tasya?" tanyanya. Ia mendekatkan wajahnya, setengah berbisik.

"Bukan. Tapi Ilza" jawab gue pelan juga.

"Hubungan Ilza sama Tasya emangnya apaan?" tanya Dicky.

"Ilza suka sama Tasya" jawab gue lesu. Lalu menenggelam wajah gue di tangan yang gue letakkin dimeja.

"WHAT??!! Seriusan lo?" teriak Dicky. Buru-buru gue menegakkan badan lagi sembari mencubit perut Dicky.

"Nggak pake teriak juga kali" jawab gue kesal.

"Seriusan? Mangkanya gue akhir-akhir ini deketin Tasya ya karena itu. Gue ngerasa ada sesuatu yang beda. Lo juga kemaren mergokin Ilza duduk sebelah-sebelahan sama Tasya kan?"

"Iya sih. Ya tapi gue kan nggak mikir sejauh itu Dick" jawab gue lesu.

"Udah nggak papa. Cowok masih banyak kok. Lo cari sepuluh juga bisa. Yang penting sih mereka mau apa nggak sama lo wkwk" canda Dicky kemudian ia terkekeh. Dan gue dengan senang hati meninju lengannya.

"By the way, ntar promnight lo gimana? Gue bareng ya? Gue nggak ada gandengan nih"

"Untung gue jomblo" jawabnya lalu tertawa. Dan gue pun ikut tertawa bersamanya.

Mala POV End.

**

Mala mencoret-coret bukunya asal, kepalanya ia sandarkan diatas meja dengan beralaskan tangan kirinya. Ia menatap malas pada coretan yang dibuatnya, tak berbentuk dan terlihat sangat asal-asalan. Karena sudah terlihat penuh, hampir seluruh bagian kertas menghitam karena tintanya, ia menengadahkan kepalanya lalu menatap sekeliling kelas. Tak ada siapapun, hanya ada dirinya dan kehampaan.

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now