PART XVI: End?

229 11 0
                                    

Sang Mama dan Bibi sedari tadi menatap Mala dengan tatapan khawatir. Gadis itu sedari pagi menyibukkan dirinya dengan lari pagi, bersih-bersih, memasak dan sekarang membuat kue. Mereka berdua tidak meragukan Mala dalam hal itu, namun entah kenapa hari ini semuanya hancur. Dirinya jatuh dan menghasilkan luka yang cukup dalam di lutut serta kaki kiri yang keseleo. Merapikan tanaman yang justru merusaknya, gadis itu menggunting hampir seluruh daun yang ada di taman Mamanya. Memasak keasinan, atau kemanisan. Dan entah sekarang apa yang akan terjadi dengan kue-kue yang dibuatnya. Setiap ditanya ada apa atau kenapa gadis itu hanya menggeleng dan kembali menyibukkan dirinya.

"Auhh" teriak Mala nyaring, gadis itu meniup-niup jarinya, kemudian berlari kearah wastafel. Menyiram jarinya dengan air dingin.

"Kenapa?" tanya Mama Mala karena mendengar anaknya berteriak.

Mala hanya menggeleng, kemudian gadis itu berjalan lagi menuju ovennya. Mengeluarkan kue-kue yang dibuatnya, menaruh loyangnya di meja besar.

"Cukup ya seharian ini tingkah kamu aneh, cerita sama Mama nduk, ada apa?" tanya Mama Mala, wanita paruh baya itu menarik paksa tangan anaknya, dan mendudukkannya di kursi yang ada di dapurnya.

Bukannya menjawab, Mala malah menangis. Gadis itu diam, namun air matanya tak mau berhenti.

"Cerita sama Mama nduk" desak Mamanya.

"Tangan Mala sakit Ma" jawab gadis itu, isakan lolos dari mulutnya. Gadis itu membekap mulutnya sendiri agar tak ada isakan lain yang mengikuti.

"Yang Mama tanyakan bukan itu" bentak Mamanya. "Cerita sama Mama, kamu kenapa?".

"Mala nyakitin Bisma Ma" tangis gadis itu pecah. Dan mulailah ia bercerita pada Mamanya. Sang Mama hanya menatap anaknya nanar kemudian memeluk Mala erat.

"Minta maaf ya nduk?"

Sembari terisak, gadis itu mengangguk.

**

Di sekolah, Tasya celingukan mencari Mala. Gadis itu sampai ke kelas Mala dan hanya menemui kelas yang kosong. Tak ada orang sama sekali, memang saat ini jam istirahat.

Saat Tasya keluar, gadis itu berpapasan dengan Dicky. Mereka hampir bertabrakan. Namun karena Dicky memiliki reflek yang bagus, hal itu tidak sampai terjadi.

"Eh Dick, lo liat Mala nggak?" tanya Tasya pada Dicky.

"Dia kan nggak masuk hari ini" jawab Dicky sembari masuk kelas setelah Tasya menyindir dari pintu.

"Kenapa?" tanya Tasya sembari mengekori Dicky.

"Kata Lili habis jatoh sih, cuman gue nggak tau"

"Jatoh dimana? Kok bisa sih? Duh anak itu cerobohnyaa" dumel Tasya. Semarah apapun gadis itu pada sepupunya, nyatanya rasa sayangnya masih mengalahkan rasa marah itu.

"Naomi kemana?" Tasya mulai mengganti topik pembicaraan.

"Gue liat tadi di kantin sama Rangga"

"Eh? Ngapain?" Tasya mengernyit.

"Mana gue tau"

**

Bisma sedang merenung di taman belakang sekolah. Lelaki itu berkali-kali mengusap wajahnya dengan tangan, mengacak-acak rambutnya kemudian menggeram. Begitu terus hingga berkali-kali. Sesekali kakinya menghentak tanah atau menendang kerikil yang ada disekitar kakinya. Atau memungutnya dengan tangan dan melemparkannya kesembarang arah. Lelaki itu sama frustasinya dengan Mala, bedanya adalah hal yang dilakukan Bisma lebih manusiawi daripada Mala yang hampir membunuh semua orang dirumah karena masakannya.

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now