PART XII: Dia?

208 11 0
                                    

Lala dan Lili, kerap kali Bisma memanggil mereka Lala Lili, biar simple katanya. Mereka teman masa kecil Bisma. Lala yang nyerocos kayak kereta api, dan Lili yang lebih pendiam dibandingkan adeknya. Lala dan Lili, panggilan sayang dari Bisma. Nama mereka sebenarnya Mala Qayla dan Milly Qayla. Namun Bisma terlanjur nyaman memanggil mereka Lala Lili.

Rumah mereka hanya berjarak 3 rumah, mereka bertetangga. Setiap sore main petak umpet berempat dengan Bhrama juga. Kak Bama, begitulah mereka memanggilnya. Bhrama yang lucu, perhatian dan penyayang itu mampu membuat adek-adeknya nyaman berada didekatnya.

Hingga 3 tahun kemudian Papa Bisma, Om Arya, ditugaskan oleh perusahaannya untuk mengurus cabang perusahaan yang ada di Jakarta. Seluruh keluarga Karisma, Bhrama, Bisma dan Brianca diboyong ke Jakarta oleh sang Papa. Perpisahan itupun tak terelakkan. Saat itu Bisma, Mala dan Lili masih kelas 4 SD. Dan Bhrama sudah menginjak kelas 1 SMA. Remaja itu memang kerap kali menjadi guardian angel bagi ketiga adeknya, tapi ia menyukainya.

Bertahun-tahun berlalu, ketika perusahaan cabang yang ada di Jakarta sudah mulai stabil, Om Arya sudah bisa bebas. Dalam artian, ia tidak memegang perusahaan secara penuh karena saham-sahamnya pun sudah dimiliki banyak orang, meski saham terbesar masih ditangan Om Arya dan anak-anaknya. Om Arya tidak membebani anaknya untuk menjadi pebisnis seperti dia, untuk itulah akhirnya Bhrama menjadi seorang dokter. Dokter muda yang saat ini bertugas di sebuah rumah sakit terkenal di Malang. Tempat calon tunangan sekaligus calon suami Mala di rawat.

Membicarakan masalah tunangan ataupun nikah, kemaren saat mereka berdua sudah sadar situasi sesungguhnya, bahwa memang merekalah yang dijodohkan. Mereka berdua berunding untuk membiarkan apa yang menjadi keputusan orang tua mereka berjalan apa adanya. Bisma tidak menolak maupun mengiyakan, dan Mala juga tidak menolak ataupun mengiyakan. Mereka sama-sama sepakat untuk membiarkan bagaimana jalan mereka kedepan.

"Mala, gue haus" ucap Bisma sembari menoleh kearah Mala duduk. Gadis itu sendirian, karena dengan teganya saudara sekaligus teman-temannya meninggalkan gadis itu sendiri disini.

"Air putih, Bis? Atau mau Teh?" tanya Mala. Gadis itu mengantongi hapenya kemudian berjalan mendekat kearah Bisma.

"Air putih aja, tehnya terlalu manis bikin tenggorokan gue sakit" sebelum mengambil air putih, Mala membantu Bisma duduk dulu. Setelah selesai, baru ia menyodorkan air putih yang ada di nakas kearah Bisma. Lelaki itu meminum sedikit minumannya kemudian menyodorkan gelasnya lagi pada Mala.

"Nggak laper Bis?" Bisma menggeleng. Mala menghela nafasnya, "Lo dari tadi siang belom makan loh".

"Pahit Mal mulut gue. Nggak enak" jawab Bisma, ia bersiap untuk rebahan lagi.

"Tapi lo harus minum obat Bisma. Dan obat lo kebanyakan harus diminum setelah makan" Mala kembali mendesak Bisma. "Lo kepengen makan apa deh?" tanya Mala akhirnya.

"Bakso?"

"Ih nggak boleh, bakso banyak micinnya tau. Nggak sehat, ntar lo nggak sembuh-sembuh" protes Mala lucu.

"Lo tau dimana Papa simpen rokok gue nggak?" tanya Bisma. Reflek Mala memukul lengan kanan Bisma dengan sangat keras. Bisma sampai memegangi lengannya dan meringis menahan nyeri.

"Ih lo mah, belum sembuh juga jangan aneh-aneh deh" Mala belum sadar bahwa Bisma kesakitan.

"Tangan gue nyeri" pekik Bisma menatap Mala kesal.

"Sorry, habisnya lo sih" jawab Mala sembari cengengesan. "Gue buatin Sup mau?" tanya Mala.

Bisma menggeleng.

"Lo tuh harus makan Bismaaa" kesal Mala.

"Makanan rumah sakit yang jelas sehat aja gue nggak mau, apalagi masakan lo. Ntar gue sembuh kagak, keracunan yang iya" jawab Bisma.

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now