Bab I: Sebuah Kisah Klasik

1.1K 36 0
                                    

Wajah Mala gugup bercampur takut, pasalnya hari ini adalab hari pengumuman kelulusan. Mala sebenarnya yakin bahwa ia pasti lulus, namun bisa saja kan kunci jawabannya tertukar atau yang lebih parah hilang?

Saat hendak memasuki pintu kelas, Mala dihadang oleh sahabatnya, Dicky, "Lo udah liat papan pengumuman?" tanya Dicky nggak woles banget.

"Yaelah dick, masuk kelas juga belum. Naruh tas juga belum. Berat ini, minggir sebentar" jawab Mala lalu mendorong dada Dicky mundur dan ia pun masuk kelas.

"Ya kali lo langsung liat sambil bawa tas. Lagian itu tas ngapain berat? Kita udah sebulan lebih nggak ada pelajaran kan?" tanyanya setelah Mala sukses mendaratkan tas nya di bangku.

"Gue bawa laptop. Novel gue cuman kurang 1 bab epilog doang. Jadi sekalian lah nyelesaiin novel" jawab Mala sambil cengengesan.

"Nggak modus pake Wi-Fi kan? Biasanya kan lo ngedownload-in apapun yg berhubungan sama BTS" tanyanya kemudian duduk dibangku sebelah Mala.

"Lo emang paling ngerti gue, Dick" jawab Mala sambil cengar-cengir.

"Mal, lo dicariin sama Ilza tuh" teriak teman Mala ditengah-tengah pintu kelas.

"Dimana Ryz?" tanya Mala kemudian berdiri meninggalkan Dicky.

"Biasa, tempat nongkrong dia" jawab Ryzka kemudian dia pamit kembali ke kantin.

**

Sambil membawa laptop, Mala berjalan sendirian menuju lapangan basket. Tempat nongkrong Ilza mah udah pasti di lapangan. Kemudian seseorang menepuk bahu Mala.

"Lo tega amat. Gue ditinggalin gitu aja, aelah" ucapnya terengah-engah. Ia menundukkan badannya seperti orang ruku'.

"Gue lupa pamitan sama lo" jawab Mala kemudian nyengir lebar. Lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju lapangan.

"Tuhkan ditinggal lagi" rengeknya kemudian membuntuti Mala.

"Ah lo lebay amat sih Dick? Orang ditinggal gitu doang" Mala sedikit kesal menjawabnya. Dia terlalu lebay untuk ukuran seorang lelaki. Tolong tandai!

"Ilza dimana sih? Lo mau nyamperin dia ya? Kok bawa laptop? Sekalian mau Wi-Fi an ya?" tanyanya berurutan. Mala hanya memandangnya jengah dengan tatapan lo-bisa-tanya-satu-satu-nggak?

"Hehe gue cuman ngelatih IQ lo doang kok. Biasa aja natap guenya. Ntar kalo gue geer dan akhirnya terbang jatuhnya tetep aja sakit, Mal"

"SUMPAH. LO. BIKIN. GUE. PUSING" jawab Mala mengeja kata-perkata dengan penuh penekanan. Dan Dicky tetap mengikuti Mala sampai ke lapangan sekalipun.

"Udah lo kesana aja. Pergi kemana kek. Nggak ngerti banget kalo gue lagi pengen dua-duaan" sentak Mala kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya dipinggir lapangan.

"Dih geer. Orang gue mau ke cewek disebelah Ilza tuh. Si Tasya tuh. Lu geer parah" jawab Dicky kemudian berjalan mendahului Mala dan tertawa.

"Eh, lo ada relationship apaan sama sepupu gue heh?" tanya Mala sembari menarik bahu Dicky.

"Lah, emang kenapa? Ciee lo cemburu ya sama gue?" tebak Dicky lalu tersenyum aneh.

"NAJIS!"

**

Mala melangkahkan kakinya kesal kemudian mendudukkan pantatnya tepat disebelah Ilza, kekasihnya. Ilza hanya memincingkan alisnya melihat tingkah Mala.

"Kamu kenapa?" tanyanya sembari menggeser tubuhnya lebih mendekat kearah Mala.

"Itu si kodok. Ngeselin banget! Kayaknya lagi ada something wrong deh sama sepupuku" jawab Mala. Matanya menunjuk-nunjuk Dicky dan Tasya.

"Lah emang kenapa Yang? Kan bagus itu temen kamu nggak jones lagi"jawab Ilza lalu merangkul pundak Mala.

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now