11 • Terjatuh atau Ngejatuhin?

Start from the beginning
                                    

"Apa untungnya untuk saya?"

Rafa menaikkan alisnya sebelah. Sementara Miss Herald yang telah yakin Rafa akan menanyakan pelajaran itu, menunjukkan seukir senyumnya.

"Nilai A+ untuk semua mata pelajaran jika kamu berhasil membuat nilai Chica menjadi diatas 80, bagaimana?"

Rafa tampak berfikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Sementara Chica, dia hanya mendapat adegan menonton saja.

"Tapi, Miss."

"Tidak ada kata tapi-tapian! Atau, nilai kamu akan Miss jadikan nol semua!"

Mentor gue si kembaran es di Kutub Utara ini? Aha! Gue jadiin kesempatan buat makin deket aja sama Rafa! Biar dia baper sama gue! Terus gue mampusin, deh! batinnya.

🙈🙉

"Kerjain!"

Chica langsung tersentak. Bagaimana tidak? Diajarkan saja belum, bagaimana bisa mengerjakannya?

"Gue belum ngerti. Bahkan, lo aja belum ngejelasin, gimana cara gue kerjainnya, Raf?"

Rafa menaikkan sebelah alisnya. "Tidur?" Chica tidak mengerti maksud dari pertanyaan Rafa yang terlalu singkat, padat dan tidak jelas itu.

"Lo tidur di kelas?" Rafa mengulang maksud pertanyaannya dengan sabar.

"Eh? Enggak, tuh! Jangan-jangan lo mau kayak jadi siapa tuh? Roy Kiyoshi, ya? Udah deh, Raf. Lo tuh ga pantes sok sok cenayang-cenayang gitu, apalagi kalau cenayangnya salah, malu sendiri deh."

Rafa mengkerutkan dahinya. "Terus, lo kenapa ga ngerti?"

Chica menggaruk-garuk kepalanya tidak gatal. Bukan karena kutuan, melainkan binggung harus menjawab pertanyaan Rafa.

"Gurunya sendiri yang ngajarinnya kecepetan. Gue kan bukan robot yang cepet loading-nya. Apalagi pas gue lagi laper, bakal lama loading-nya."

"Tandanya.." Rafa sengaja menggantung perkataannya.

Chica yang mendengar Rafa menggantungkan perkataannya, mulai kepo. "Tandanya apa?"

"Otak lo di dengkul!"

Jleb.

"Emak lo dulu ngidam apa sih? Nyampe omongan lo aja ga bisa disaring sama sekali. Asal ceplas-ceplos sana-sini!" Rafa tidak menanggapi pertanyaan Chica.

"Kalau ditanya jawab, dong! Punya mulut, tapi ga digunain. Mending mulutnya kasih ke orang lain aja!"

Rafa memutar bola matanya dengan malas. "Bukan urusan lo!"

Chica menyerucutkan bibirnya dan mengembungkan pipinya. "Iya-iya gue kerjain soalnya aja."

Chica dan Rafa sama-sama fokus mengerjakan soal dihadapannya. Hanya saja, soalnya dikerjakan Rafa tingkat kesulitannya melebihi soalnya Chica. Hanya ada keheningan diantara mereka berdua.

Selain itu, mereka berdua memang sedang berada di perpustakaan. Jarang anak-anak SMA Yolanda yang pergi ke perpustakaan pada jam istirahat. Kebanyakan, lebih memilih mengisi perutnya yang sedari tadi cacingnya sudah melakukan konser.

"Selesai!"

Rafa menoleh ke arah Chica. Dahi Rafa berkerut tanda tak percaya. 30 soal yang katanya ia tak mengerti dikerjakan hanya dalam 15 menit?

Rafa mengambil buku tulis hasil hitungan-hitungan Chica. Rafa menggelengkan kepalanya.

"Bego." desis Rafa.

"Apa sih? Gue ga ngerti, dibilang otak gue di dengkul. Gue udah kerjain selesai semampu otak gue sampe otak gue berasap sana-sini, dibilang bego. Sekarang emangnya udah berubah ya jadi cewek selalu salah? Atau jangan-jangan lo saudaranya LL ya?"

Ucapan Chica yang panjang kali lebar kali tinggi itu hanya dibalas dengan sebelah alis yang terangkat.

"Iya, LL. LL itu singkatan dari Lucinta Luna. Jangan-jangan lo sebenernya cewek yang nyamar jadi cowok ya? Terus lo lagi pms, makanya marah-marah mulu," Chica menyelidiki.

"Daripada lo ngatur hidup orang lain, mending lo ngatur hidup lo sendiri!"

Chica tidak mau kalah menghadapi Rafa. "Gue kan cuma kepo! Habis sikap lo kayak cewek pms! Apa sekarang cowok bisa pms?"

"Ga usah kepo! Gue ga suka!"

Chica mengkerutkan dahinya. "Siapa juga yang nanya lo suka atau enggak? Mau lo suka kek, mau lo ga suka kek, itu urusan gue. Hak gue. Termasuk buat luluhin hati lo, itu urusan gue!"

"Whatever. Baperin gue? Silahkan!"

Senyum Chica seketika mengembang setelah mendengar ucapan Rafa.

"Tapi jangan nangis, kalau misalnya lo yang baper sendiri. Bukan gue."

Deg.

🙈🙉

-Hey, Chica!-

Hey, Chica! [Completed]Where stories live. Discover now