2. Job Fair

70.9K 5.8K 142
                                    



IPK diatas rata-rata tidak akan menjamin seseorang cepat mendapatkan kerja. Contohnya aku, IPKku mencapai tiga koma empat puluh delapan. Aku sendiri juga bingung kenapa nilai yang tinggi serta lulusan dari kampus ternama tak membuat peruntunganku baik dalam mencari pekerjaan. Padahal seharusnya perusahaanlah yang berebutan menginginkan seseorang sepertiku bekerja menjadi pegawainya.

Well, satu-satunya yang membuatku tak dilirik sama sekali yang aku yakini adalah kegugupanku setiap menjalani interview. Sampai hari ini, sudah lima kali aku menjalankan proses interview. Tes psikologi terlewati dengan aman, namun aku selalu gagal di setiap tes wawancara dengan User.

Kayaknya gue musti diruqiyah nih!

Ada apa denganku? Apa aku harus mengikuti kursus kepribadian supaya meningkatkan rasa kepercayaan diriku? Padahal sepertinya tak ada yang kurang dari penampilan yang membuatku jadi tidak percaya diri.

Muka udah imut kayak Tasya Kamila, otak juga encer kayak doi, tapi kalau sudah ketemu orang baru 'profesional people' entah kenapa nyali langsung ciyut.

Sekarang, berdirilah aku di depan sebuah hall gedung yang berlokasi di daerah Senayan, di sekeliling sudah banyak anak muda yang berpakaian rapi sambil menenteng map mulai memasuki pintu utama.

"Akhirnya nyampe juga kita, setelah perjuangan macet-macetan. Yuk masuk, Xi." ajak Lala menarik tanganku.

"Eh ntar dulu, La. Ke toilet dulu keleus. Touch up-touch up dikit lah biar nggak keliatan butek." maklum tadi kan naik motor jadi pasti rambut sudah tidak beraturan dan bau jalanan akibat semburan knalpot hitam dari bus kota sialan yang untungnya tidak membuat kami seperti habis disemprot cumi-cumi.

"Oh iya. Kali aja gue ketemu jodoh gue di dalem. Duh mana bau knalpot lagi, emang bangke tuh bus tadi!" umpatnya sambil mencium tubuhnya. "Eh, lo bawa parfum kan? Bagi ya gue."

Dasar nggak modalan!

Setelah memastikan penampilan kami layak dan rapi, aku dan Lala mulai memasuki pintu utama yang berukuran besar.

Jengggg jenggggg!

Ebuset rame benerrrr!

Ruangan ini terlihat luas, namun semua itu hilang seketika ketika melihat banyaknya kumpulan manusia yang berseliweran di sekitar kami. Aku terbengong-bengong karna jujur ini pertama kalinya bagiku mengikuti acara Job Fair macam ini. Aku pikir suasananya akan terlihat tertib, ternyata salah total. Di beberapa booth, terlihat banyak sekali orang yang mengantri untuk meletakkan lamarannya, namun di booth lain ada juga yang terlihat agak sepi. AC yang seharusnya terasa dingin tapi tak terasa sama sekali saking banyaknya manusia yang berdesak-desakan.

Ini Job Fair apa pasar induk?

"La, kok gue hopeless ya?"

Lala tertawa puas, dia berhasil mengerjaiku. Katanya nanti di acara itu banyak cowok-cowok kece yang mungkin saja bisa digebet. Ini nyari kerja apa nyari cowok sih?! Boro-boro cowok kece, yang ada mas-mas jamet yang penampilannya standar banget.

"Hahaha! Masih nggak mau kerja sama bokap lo, Xi? Ya gini lah deritanya nyari kerja."

Aku mendengkus sebal. Situasi seperti ini tak akan menyurutkan semangatku dalam mencari kerja. Setidaknya ada yang aku banggakan nanti ketika pekerjaan sudah ditangan, tentunya aku akan lebih menghargai perjuanganku yang didapatkan dengan usaha yang tak main-main ini.

"Ayo kita mulai, La." lalu aku dan Lala membelah kerumunan manusia yang beraneka rupa serta aroma menuju satu per satu booth perusahaan yang menarik perhatian kami.

INTERVIEW (END) - revisedΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα