Meledek Seperti Kuda, Melenguh Seperti Anak Sapi

Start from the beginning
                                    

“Dia mengurus semua kebutuhannya sendiri. Seperti mencuci baju, membersihkan rumah, kadang dia juga membantu ibuku memasak,” jelas Philip ketika kami duduk di luar kandang, menikmati dinginnya dunia saat jam empat pagi. Sembari membersihkan lendir dan kotoran yang menempel pada kulit telur dengan kain basah yang tersedia.

“Mungkin karena dia hamil tua, dia lebih sering tidur siang,” katanya dan sedikit membuatku lega. “Tapi saat-saat tertentu aku juga mendapatinya membaca buku. Aku ingat judulnya, How To Be The Parents. Kalau tidak salah ditulis oleh ….”

“Cecilia Roland,” Aku melanjutkan ucapan Philip dan tersenyum sendiri.

“Kau tahu buku itu?” tanya Philip.

Aku menganguk, “Itu hadiah,” jawabku. “Aku memberikannya ketika … Cheryl pertama kali memberiku kabar soal dia … sedang hamil anakku.”

Sebagian diriku sekarang merasa senang ketika tahu wanita itu masih membawa hadiah pemberianku, meski aku jauh darinya.

“Jika kalian sudah selesai dengan telurnya, bawa semuanya ke garasi, nanti aku saja yang mengirimnya ke pasar,” ujar Alfred yang akhirnya ke luar dari kandang ayam.

Sebelum aku bisa merasa senang terlepas dari tugas ayam ini, Alfred melanjutkan, “Oh ya, Philip tolong bantu Nathan membersihkan kandang kuda, oke? Sekalian saja urus semua kudanya. Dan … jangan lupa dengan kandang sapinya juga, paham?”

Aku melongo dengan betapa banyaknya yang harus kulakukan. Aku tahu aku hanya menumpang menginap di sini sementara waktu dan demi Tuhan! Ini baru juga hari pertama aku di sini, dan aku sudah harus berhadapan dengan tiga kandang hewan sekaligus?!

Aku pasti sedang dihukum.

***

Dark Lord mendengus beberapa kali ketika aku harus menariknya menuju lapangan rumput luas, khusus disediakan untuk para kuda menunggu sementara waktu kandang mereka dibersihkan. Memang benar sih, meski tampang Dark Lord agak sangar apalagi ditambah dengan tubuhnya yang tiga kali lebih besar dan tinggi dibandingkan denganku, kuda hitam ini menurut ketika Philip memberikan tali kekangnya padaku. Kurasa Dark Lord memang lebih percaya pada Philip sementara waktu dan sekarang dia mulai menyesal ketika akulah yang membawanya kemudian.

“Hey, Gloria.” Telingaku menangkap suara wanita yang tak asing lagi. Aku menoleh ke samping dan mendapati istriku sedang mengelus manja salah satu kuda berbulu coklat gelap di balik pagar yang membatasi lapangan dan peternaka keluarga Duwey.

Langit sudah lebih terang dibanding jam empat tadi. Mungkin sekarang sudah jam enam, ditambah dengan cahaya mentari yang malu-malu menyembul di ufuk dan udara yang perlahan menghangat. Rerumputan bergoyang dan suara kicauan burung menepis sepi. Kemudian di sisi lain, aku mendengar suara tawa geli dari seorang wanita yang menjadi sumpah suci di hatiku.

Cheryl dan anakku yang sedang dikandungnya.

Aku tak pernah merasa begitu ingin menghampirinya seperti saat ini. Terutama ketika dunia sedang memberiku pemandangan terbaik di mana Cheryl berdiri di bawah sinar matahari hingga membuat rambut coklatnya berubah keemasan juga seekor kuda yang mungkin sedang tersenyum untuk wanita itu.

Buk!

Sebuah dorongan hampir membuatku terjungkal sendiri dan kusadari itu adalah kepala Dark Lord yang mendorongku untuk maju. Mataku memicing pada kuda itu dan meski agak kesal karena dikejutkan dengan cara seperti itu, aku terpaksa melanjutkan perjalanan. Namun, anehnya Dark Lord mungkin sedang merajuk dan tak mau bergerak lagi, meski aku menariknya sekuat tenaga.

“Kau ini kenapa?” gerutuku memberanikan diri mengelus leher Dark Lord yang mulai bergerak ke arah di mana Cheryl masih berdiri memanjakan kuda lain yang kurasa bernama Gloria.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Where stories live. Discover now