2 • Surat Cinta dengan Sandi Rumput

39.1K 2.4K 436
                                    

WARNING!

Terdapat beberapa kata-kata kasar dan unsur kekerasan. Terima kasih❤

[Dua]

Sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi Juan, dengan memasuki kamar Rafa tanpa seizin pemiliknya, semenjak mamanya Rafa yang menyuruh Juan untuk menganggap rumah Rafa adalah rumahnya sendiri.

Juan yang baru saja mendaratkan dirinya di tempat duduk kebangsaannya, lalu menyerit melihat sebuah benda yang baru saja dibeli oleh Rafa.

"Raf, lo bukannya katanya mau beli buku sejarah? Kok malah beli novel alay ini?"

Rafael Walance Juard, pemuda yang bertemu Chica tadi di toko buku. Rafa memang ke toko buku ingin membeli buku sejarah. Tapi, ia tidak jadi membeli buku sejarah untuk membeli novel yang diinginkan Chica.

"Chica." Juan yang mendengar balasan pertanyaannya mengangguk tanda mengerti. "Jadi mau lo apain nih buku?"

Rafa menaikkan sebelah alisnya tanda memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan novel itu. Juan tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.

Aksi yang dilakukan Juan mengundang tanda tanya di kepala Rafa. Rafa mengkerutkan dahinya.

"Gimana kalau misalnya ...."

🙈🙉

"Rafa!" Rafa menaikkan alisnya setelah melihat Jafar yang berusaha menyamai langkahnya dengan langkah Rafa.

"Hari ini lo bisa nge-handle pramuka dulu ga? Gue dipanggil sama Pak Tukiyat, disuruh ngerjain propsal." yang diminta hanya menganggukkan kepalanya.

Berbeda dari sekolah lain, organisasi yang mengurus kepramukaan di SMA Yolanda adalah Leadership, bukan OSIS. OSIS tidak mempunyai hak untuk mengurusi kepramukaan.

Seluruh siswa dan siswi SMA Yolanda kelas 10 dan 11 harus mengikuti kegiatan kepramukaan ini. Kecuali untuk kelas 12, karena kelas 12 akan lebih memfokuskan diri terhadap ujian yang ada.

Selain menjabat sebagai ketua OSIS, Jafar juga menjabat sebagai ketua Leadership, dengan wakilnya Rafa.

Rafa memikirkan materi yang akan disampaikannya nanti dengan malas. Sebuah ide terlintas dipikiran Rafa.

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

🙈🙉

"Eh, itukan Rafa!"

"Aduh! Bang Rafa ga capek-capeknya bikin hati dede berdetak kencang ya?"

"Hubungin ambulans, please! Jantung gue berdetak melebihi detakan normal."

"Ga senyum aja bisa buat gue meleleh, apalagi senyum atuh?"

"My boy! Muahh."

"Anjir! Ganteng banget, sih! Dulu mamanya ngidam apa ya sampe secakep ini?"

Rafa yang mendengar obrolan para siswi tersebut, hanya memutar bola matanya malas. Melihat responnya Rafa seperti itu, mereka malah memekik girang. Mau tidak mau, Rafa harus tegas. "Berisik!"

Hey, Chica! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang