1 • Novel dan Pemuda Aneh

Start from the beginning
                                    

"Balep aja kalau bisa! Tugas masih nyontek aja, belagu! Sok-sokan bisa lagi!" Steva yang dibilang demikian, ingin membalas ucapan Jafar.

"Udah ah, cepatan! Gue tuh sibuk! Masih mau menghadiri rapat Konferensi Meja Bundar, belum lagi meet and greet sama fans-fans gue."

Chica meninggalkan Jafar dan Steva yang sedang memasang mimik wajah ingin muntah akibat ucapan Chica tadi.

🙉🙈

Chica mengikat rambutnya asal-asalan kembali dengan jedai yang dibawanya. Dia tampak susah mengumpulkan konsentrasi yang telah dihancurkan Jafar dan Steva yang berdebat terus-menerus.

"Ini tuh jawabannya A!" Jafar tampak berpegang teguh terhadap jawabannya.

"Apaan sih? Lo liat dong! Ini jelas-jelas jawabannya D!" Stevapun tak mau kalah, dia juga berpegang teguh dengan jawabannya.

"Otak dipake! Jangan cuma dijadiin pajangan! Jelas-jelas setelah dihitung hasilnya tuh yang A!" Jafar menunjukkan hitungan yang telah dihitungnya.

"Mata tuh dipake! Jelas-jelas di buku paket ada ditulis kalau jawabannya yang D!" Steva juga menunjukkan halaman buku paket yang tertera.

"Berisik! Lo berdua tuh ga bisa ya, sekali aja gitu ga berantem? Cinta damai dong! Sekalian cintai produk-produk Indonesia. Eh? Udah ah! Intinya, kalau menurut lo jawabannya A, yaudah A aja. Kalau menurut lo jawabannya B, yaudah B aja. Ga usah peduliin jawaban yang lain! Ribet banget, sih! Kayak emak-emak komplek rebutin cogan aja! Lagian, kita tuh generasi penerus bangsa! Masa gara-gara satu soal ini aja kalian berantem. Gimana mau permasalahan negara nanti? Mau jadi apa generasi penerus bangsa sesudah kita nanti? Apa coba yang akan dicontoh sama generasi penerus nanti? Sikap yang kayak gini?"

Steva dan Fajar melongo mendengar pidato panjang kali lebar kali tinggi ala Chica ini. Tampaknya, Chica akan menjadi penyampai amanat pada upacara minggu depan mereka nanti.

🙈🙉

"Dek, ga mau ke kantin?" Gara tampak menghampiri adik kesayangannya itu, Chica.

Chica menggeleng seraya berkata, "Chica kan bawa bekal. Sayang kalau misalnya ga dimakan, nanti kebuang. Satu butir nasi tuh perjuangannya panjang, Bang! Mulai dari ditanemnya terus panen, digiling terus dimasak sampai jadi kayak gini, Bang!"

Gara menggaruk kepalanya gatal. Sepertinya, ia telah salah bertanya kepada Chica. Untung adek, batinnya.

"Bang, nanti temenin Chica ke toko buku ya! Abang bisa, kan?" Chica memohon sambil mengedipkan matanya dan memelaskan wajahnya.

"Abang ga bisa, Dek. Ada futsal." Chica menggebungkan pipinya, tanda mengambek pada abangnya. Siapapun yang melihatnya, pasti seperti ingin mencubit pipinya itu.

"Besoknya gimana? Abang enggak ada futsal kan? Enggak ada ekstrakulikuler drum, basket, gitar juga kan? Ayolah, Bang! Temenin Chica, sebentar aja kok. Nanti Chica temenin abang jalan-jalan di mall buat cuci mata, deh! Liat cewe-cewe cantik di mall,"

Sebentar bagi Chica, tapi berjam-jam bagi Gara. Terakhir kali Gara menemani Chica di toko buku, Gara menunggu Chica selama empat jam.

Gara menghela nafas panjang. Dia tidak bisa menolak permintaan adik kesayangannya itu. Kecuali, jika benar-benar ada urusan. "Oke, abang temenin."

🙉🙈

"Duh, mau novel yang mana ya? Senior atau Inestable? apa My Psychopath Boyfriend aja? atau My Posesive Bad Boy? Destin? Darka? Ipa & Ips? Regret? Hello Salma aja kali ya? Eh, ada Dear Nathan sama Serendipity juga! My Ice Girl astaga! Yang mana jadinya ya?"

Chica binggung memilih novel-novel dihadapannya. Begitu banyak novel yang Chica ingin miliki. Di rumah Chica, Chica memiliki novel-novel karya Tere Liye.

Disaat Chica mencari-cari novel lain, mata Chica terpaku pada satu novel yang selama ini ia cari-cari. Hanya sisa satu yang tersisa. Chica segera berlari kecil-kecilan untuk mengambil novel tersebut.

Novel yang menjadi incaran Chica telah dipegang oleh dua orang. Chica dan seorang pemuda. Chica tidak mengenali pemuda yang memegang novel incarannya. Tetapi, Chica tampak terpaku dengan pesona pemuda itu.

"Mau?" Chica tersentak dari lamunannya. Ganteng banget ih, mirip anu! batinnya.

"Ha? Apa? Siapa? Kenapa? Kapan? Dimana? Mengapa? Bagaimana?"

"Novel." Chica akhirnya mengerti dengan ucapan pemuda itu. Chica menganggukkan kepalanya semangat.

Pemuda itu akhirnya mengambil novelnya, meninggalkan Chica yang telah melongo. Pemuda itu menuju ke kasir untuk membayar dan pergi meninggalkan toko buku.

Gue kan tadi bilangnya mau, bukan enggak. Ini yang salah, gue nya apa telinga dia yang belum dikorek sih? batinnya kebinggungan.

Karena kesal, akhirnya Chica membeli semua novel-novel yang sejak tadi ia binggung untuk memilihnya.

🙉🙈

-Hey, Chica!-

Hey, Chica! [Completed]On viuen les histories. Descobreix ara