***

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Suasananya super sunyi. Cuma kedengeran hembusan angin dari AC. Disini aku tinggal cuma berdua sama bibi. Dia itu asisten rumah tangga yang sudah mengurusku sejak SMP. Jadi, memang udah deket banget. Kalau ayah dan ibuku tinggal di Bekasi. Faldo juga. Orang tuaku sama-sama praktek di salah satu rumah sakit swasta di Bekasi. Ayahku dokter bedah digestif. Ibuku dokter kulit.

Rumah orang tuaku ada dua. Di Bekasi dan di Jakarta. Jelas, aku lebih memilih tinggal di Jakarta supaya deket sama puskesmas. Lagi pula setelah selesai jam kerja di puskesmas, aku nggak bisa langsung pulang. Biasanya ada aja yang dilakuin. Diundang ke radio, ngisi talkshow, meet up sama youtuber yang ngajak collab, dan lainnya. Kalau harus pulang pergi Bekasi-Jakarta ogah deh. Bisa tua di jalan. Apalagi bawa mobil sendiri. Nggak pake supir.

Karena cuma tinggal berdua dengan bibi, aku lebih banyak menghabiskan waktu sendirian di kamar. Melakukan apapun yang bisa dilakuin. Kalau sekarang? Pasti udah ketebak kan lagi ngapain. Yup, main. Hari ini genap setengah bulan aku main Ayodance. Dan tibalah di fase jenuh. Kenapa? Soalnya aku main sendirian. Nggak bersosialisasi sama siapapun. Padahal itu kan game online. Aku bisa aja nambah temen disitu. But, no thanks. Nanti bisa hancur dunia persilatan kalau ketauan seorang Tisa Aulia main game online.

Tapi, hari ini makin jenuh. Aku main gitu-gitu aja. Main sendirian, padahal yang lain saling ngobrol satu sama lain. Saking bosennya bahkan sempet kepikiran untuk uninstall game ini. Cuma, malam ini, entah kenapa, aku tergerak untuk masuk salah satu klub yang ada di Ayodance. Iya, klub. Kalau kamu ada yang nggak tau, jadi di Ayodance itu ada banyak klub alias organisasi alias klan. You name it, lah. Ada ribuan klub. Satu klub anggotanya kisaran 30 sampai 70an orang. Aku nggak tau persis sih soalnya nggak begitu merhatiin.

Kemarin Faldo bilang, kalau masuk klub itu seru. Ini berlaku untuk semua game online. Soalnya kita bisa sosialisasi sama yang lain. Mabar alias main bareng. Seru-seruan bareng. Bahkan nggak sedikit yang janjian ketemu di dunia nyata. Kalau orang dulu nyebutnya kopdar, alias kopi darat.

Faldo bahkan pernah bilang kalau ternyata selama ini aku konyol banget karena main sendirian. Buat apa main game online kalau ujung-ujungnya cuma main sendirian? Aku langsung bilang alasannya, kalau sampe ada yang tau seorang Tisa Aulian main game bisa bahaya. Hmm... sebetulnya nggak juga sih. Aku aja yang berlebihan. Emang, bakalan kayak gimana sih kalau ada yang tau Tisa Aulia main game? Cuma masalahnya, Mas Gani terus-terusan kasih peringatan supaya aku nggak ngebuka identitasku di game online. Kayaknya kecemasanku berasal dari omongannya Mas Gani. Mungkin.

Aku chat Faldo buat konsul. Konyol ya masa game doang pake konsul segala? Dengan simpelnya dia bilang, "nyamar aja kalau gitu. Kan nick kakak nggak pake nama asli, yaudah nyamar aja."

AHA! Ide brilliant!

Akhirnya, aku masuk ke salah satu klub. Asal aja sih. Aku juga nggak tau patokan apa yang harus aku pake untuk milih sebuah klub. Yaudah yang mana aja jadi deh. Cap cip cup.

Disitu aku kenalan sama ketua klubnya, nick nya 'darkchoco'. Katanya sih nama aslinya Darma, kalau nggak salah. Dan ada couple nya juga. Couple Ayodance maksudku, bukan pacar. Jadi, di Ayodance itu ada fitur namanya "Couple". Bisa punya pasangan dan well, keuntungannya adalah dapet reward lebih banyak di dalam game. Siapa sih yang nolak dapet reward di game? Kalau yang main game pasti paham.

Aku juga kemarin dalam rentang waktu 15 hari punya Couple. Cuma udah putus, soalnya dia nggak mau main Ayodance lagi karena sibuk kerja. Kita juga hampir nggak pernah interaksi. Eh, tapi kenapa jadi ngomongin couple sih? Nggak penting. Ini kan game doang. Aku nggak paham liat orang-orang yang katanya baper sama couple-nya. Bukan satu atau dua orang ya yang kayak gitu, tapi banyak! Baper kok di game? Mana bisa kayak gitu. Aneh.

Mendadak aku kalang kabut. Kenapa? Karena ternyata dengan masuk klub, mereka mengharuskan aku untuk gabung di group Line. Langsung insecure, lah.

Buru-buru aku konsul lagi ke Faldo. Dia lama banget balesnya, padahal ini urgent. Takut tiba-tiba identitasku kebongkar. Nah! Akhirnya dia bales juga. Dia menyarankan untuk take it slow. Gabung aja, toh Line aku kan di filter. Jadi, kalau nggak temenan ya nggak bisa chat. Bener juga apa yang dibilang Faldo.

Lima menit setelah itu, aku udah gabung di group Line. Tau nggak? Aku kalang kabut untuk kedua kalinya karena ternyata aku harus isi notes di Line yang isinya nama, domisili, nick, dan foto. OH NO! FOTO! Ugh, buat apa sih?! Aku buru-buru chat Faldo. Gangguin dia untuk kesekian kalinya cuma gara-gara Ayodance. Faldo malah ketawa, "ya udahlah upload aja foto yang bukan Kak Icha banget. Yang paling nggak mirip kakak. Atau tutupin aja mukanya."

Ide bagus! Tutupin mukanya. Akhirnya aku post fotoku yang pake masker. Cuma keliatan mata. WAIT! Plis, jangan mikir kalau aku posting fotoku yang lagi maskeran. Masker madu, charcoal, atau lainnya. Bukan itu. Maksudnya, masker bedah. Itu loh yang warna ijo.

Aku harap mereka nggak akan sadar kalau aku adalah Tisa Aulia yang suka seliweran di media sosial dan kadang di televisi. Kan, yang namanya Tisa banyak di Indonesia. Lagipula aku memperkenalkan diriku dengan nama 'Icha' supaya nggak spesifik. Harusnya aman. Kenapa aku terlalu khawatir sih? Lebay. Aku menertawakan diriku sendiri.

Waktu aku ngenalin diri di group, ada satu orang yang godain aku. Namanya Ben. Dia genit banget. Kenapa? Karena bukan cuma aku yang digodain. Tebar pesona sana sini. Mungkin dia cuma bercanda, tapi aku paling nggak bisa deh, akur sama orang genit kayak gitu. Hus... Pait-pait.

Distorsi [HOLD]Where stories live. Discover now