Kenangan itu semua saat ini sedang berputar di otakku layaknya kaset rusak.

Aku terus merenungkannya selama beberapa menit dan akhirnya aku sudah mengambil sebuah keputusan yang aku harap tidak akan pernah kusesali. Tanpa berpikir panjang lagi aku langsung mencari Luke dan ternyata dia sedang berdiri menghadap ke jendela dengan keadaan menundukkan kepalanya.

"Luke," panggilku pelan seraya berjalan mendekatinya.

"Hm?"

"Kau marah?"

"Tidak, aku tidak marah. Aku hanya--"

"Hanya apa?"

"Aku hanya berpikir bahwa aku mungkin sudah terlambat. Terlambat untuk me--"

"Tidak, kau tidak terlambat."

"Maksudmu?" dia membalikkan badannya ke arahku kemudian mata berwarna biru lautnya itu menatapku tepat di manik mata. Sepersekian detik kemudian aku langsung menciumnya tanpa berpikir panjang lagi. Pertama-tama Luke memang tampak sedikit kaget namun lama kelamaan dia membalas ciumanku dan tersenyum, "Jadi ciuman ini untuk apa?"

"Untuk memberitahu kau bahwa aku masih mencintaimu."

"Tapi bagaimana perasaanmu terhadap Austin?" ucapku ragu.

"Kau bisa kan membuatku melupakan Austin dan membuatku untuk mencintaimu sepenuhnya?" ucapku kemudian langsung menciumnya dengan lembut lagi.

Luke P.O.V

We both have just admitted that we still love each other and then she's kiss me. It's just a sweet little kiss but then grows into something more. We somehow end up back on the couch and she's reaching for my shirt. I kiss her neck and she lets out a moan. I pick her up and start to walk down the hall.

"Disana," katanya menunjuk sebuah kamar di sela sela ciuman kami. She lets out another moan as i kiss her neck again. Aku rasa kalian tau apa yang terjadi diantara kami berdua selanjutnya.

***

I wake up the next morning and her bare chest is laying on mine and my fingers are in her hair. Lacey is still sleeping and i just want to stay like this forever. Rasanya sangat sulit untuk diungkapkan dan diartikan ketika kau membuka mata di pagi hari dan melihat orang yang kau sayang sedang tertidur lelap di sebelahmu. I can't even say anything.

Baru saja aku akan menutup kedua mataku dan kembali tertidur, ponselku malah berdering. Ternyata ini Ashton.

"Halo?" kataku sedikit gugup.

"Luke? Dimana kau?" Ashton berteriak tepat di telingaku. Aku mengernyitkan dahi lalu menjauhkan ponselnya. Lacey stirs next to me and begins to wake up. Dia menguap lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Damn it, kenapa dia terlihat sangat cantik?

"LUKE?! KAU MASIH DISANA KAN?" teriak Ashton lagi-lagi memekikkan telingaku.

"Yatuhan iya aku disini. Kau tidak usah berteriak-teriak, telingaku masih normal Irwin. Kalau masalah aku dimana sekarang, aku pergi untuk membeli kopi tadi pagi saat kalian masih tertidur."

"Dude, kau berbohong. Kau tidak pulang tadi malam!"

"Kau kenapa sih? Sedang datang bulan? Ah sudahlah aku harus pergi, i'll see you guys later, bye Irwin!" sebelum dia bisa mengatakan apapun, aku langsung menutup teleponnya dan menaruh ponselku di nakas sebelah tempat tidur. Lacey yang sedari tadi masih tertidur di sebelahku kini dia terduduk sambil menutupi badannya dengan selimut.

Meant To BeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora