Chapter 6

8.9K 658 32
                                    

Taylor P.O.V

Saat ini aku sedang berjalan-jalan menyusuri kota LA bersama Selena.

Di kedua tangan kami sudah penuh dengan beberapa kantong belanjaan, sekarang aku dan Selena memutuskan untuk pergi ke Starbucks.

Tiba-tiba Selena berbicara lalu menghentikan langkahnya, "Bukankah itu Luke?"

Aku melihat tangan Selena menunjuk seorang lelaki di dalam Starbucks sedang berbincang dengan perempuan yang aku temui di hotel kemarin dan seorang gadis kecil di pangkuannya.

Luke terlihat sangat bahagia, itu terlihat jelas dari senyum yang ia pancarkan.

Dia melirik ke arah perempuan itu lagi, matanya penuh dengan cinta dan kerinduan.

Aku tahu, aku dan Luke tidak benar-benar berkencan. Tapi entah kenapa, aku merasa sedikit cemburu melihat Luke bersama gadis itu.

Oh tunggu.
Bukan sedikit cemburu.
Tapi, AKU LUMAYAN CEMBURU.

Maksudku, gadis itu terlihat sangat cantik dan manis. Sepertinya gadis itu punya kelebihan tersendiri yang bisa membuat Luke bahagia.

"Iya, itu Luke."

"Siapa gadis disebelahnya?"

"I don't know Sel, Luke didn't tell me who she is. Luke hanya mengatakan bahwa gadis itu adalah seorang teman lamanya. Aku bertemu dia kemarin saat aku mengunjungi hotel Luke."

"Apa kau ingin menemui mereka?" tanya Selena seraya berkacak pinggang.

Should i? Uh no, i'm not.

Aku tidak bisa merusak kebahagiaan orang lain, walaupun memang benar kejadian itu sedikit membuatku merasa sakit hati dan cemburu.

"Tidak Sel," aku menghela napas kemudian mulai berjalan pergi menjauh dari tempatku berdiri.

Aku mengeluarkan ponsel dari tas dan langsung mengirimkan pesan kepada Luke.

To : Luke
From : Taylor

We need to talk Luke.

Otakku tak henti-hentinya memikirkan Luke dan gadis yang aku tak tahu namanya itu. Mereka terlihat sangat serasi dan akrab.

Sebenarnya ada hubungan apa antara dia dan Luke?

Lacey P.O.V

"Aku sangat merindukanmu Luke," tuturku gugup.

"Aku juga merindukanmu Lace. Kau tahu dulu aku membuat keputusan yang sangat bodoh. Maafkan aku, aku tidak seharusnya--" raut wajah Luke berubah menjadi kecut.

"Seharusnya apa?"

"Ah tidak, lupakan."

Aku menganggukan kepala pelan, "Mhmm kalau begitu aku akan pulang sekarang. Aku masih ada urusan."

"Sekarang?"

"Iya."

"Sebenarnya aku masih ingin mengobrol dengan kalian berdua tapi jika kau ingin pulang, silahkan. Aku akan mengirim pesan kepadamu nanti jika kau tidak keberatan," Luke menatapku penuh harap.

"Tentu saja Lukey," kataku sambil tersenyum.

Luke mencium pipi Jackie lalu memberinya satu pelukan terakhir, "Jangan nakal, jaga Mom baik-baik. Kau bisa datang dan menelfon Dad kapan pun kau mau!"

"Ok Daddy!" ucap Jackie semangat seraya membalas mencium pipi Luke.

Aku tersenyum kepada mereka berdua. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku tahu, bahwa Luke pasti akan menjadi ayah yang hebat bagi Jackie.

Meant To BeWhere stories live. Discover now