Bukan hanya orang-orang yang Sakura perhatikan, kucing liar yang melintas di hadapannya pun ia perhatikan juga. Sakura jadi teringat Hipu yang ada di rumah. Ia rindu hewan peliharaan yang menjadi kesayangannya itu.

Tanpa Sakura sadari, Saddaru memerhatikannya dalam diam. Cowok itu nampak sedikit bingung melihat Sakura yang asyik menonton orang-orang yang lewat di jalanan depan rumah Alan. Entah apa manfaatnya.

"Sakura." Setelah sekian lama hening menyelimuti mereka, akhirnya Saddaru memecahkan keheningan itu.

Sakura menoleh. "Ya?"

Dengan wajah yang masih sedikit bingung, Saddaru memandangi Sakura beberapa sekon lamanya. Matanya menatap lekat mata Sakura, seperti mencari-cari sesuatu dari kedua iris indah cewek itu.

Mendadak gugup, Sakura langsung mengalihkan arah pandangnya ke lain arah. Tapi, Saddaru tetap menatap lurus wajah Sakura. "Lo kenapa?" Saddaru bertanya.

"Apanya?" Sakura bertanya balik, karena merasa pertanyaan Saddaru sedikit sulit dimengerti ke mana arahnya.

"Semuanya. Semua yang ada di lo itu bikin gue bingung," celetuk Saddaru kemudian.

"Semuanya?" Sakura ikutan bingung.

Kini Saddaru mengangguk walah hanya sekali. "Lo sering pingsan, lo juga kayaknya suka menyendiri."

Mendengar penuturan Saddaru, Sakura jadi tersenyum kecil sambil menunduk. Ia mengubah posisinya jadi serong mengarah ke Saddaru, agar lebih mudah berbicara dengan lelaki itu. Tapi, Saddaru tetap duduk lurus ke depan, hanya kepalanya yang ia toleh ke arah Sakura.

"Aku dari dulu nggak bisa kena sinar matahari lama-lama. Aku pasti langsung lemes terus pingsan," jawab Sakura atas pertanyaan Saddaru tadi. "Tapi, sampe sekarang aku masih nggak ngerti ... sebenernya aku sakit atau kenapa. Nggak ada yang ngasih tau aku. Keluarga aku cuma ingetin aku buat jangan main panas-panasan."

"Oh?" Saddaru mengangkat satu alisnya.

"Tapi, aku nggak pernah dikasih obat khusus, ke rumah sakit juga jarang. Aku kayaknya emang nggak bisa kena matahari terlalu lama," lanjut Sakura.

"Aneh gitu?" respons Saddaru. "Terus ... lo ada keturunan barat atau gimana? Lo kayak bukan asli orang Asia."

"Yang bule cuma kakek nenek dari Papa, mereka asli Amerika dan Polandia." Sakura menjawab.

Setelahnya, mereka saling diam lagi. Sakura menghela napas panjang sambil menengadah ke langit yang mulai pekat, sedangkan Saddaru memerhatikan setiap gerak yang Sakura lakukan.

Ketika sedang menggaruk pipinya yang gatal, Sakura merasakan ada seseorang yang memerhatikannya terus. Spontan, Sakura menoleh dan menangkap basah Saddaru yang sedang memandanginya.

Kaget, Saddaru langsung buang muka dan berdeham. Bukannya Saddaru yang malu karena tertangkap basah oleh Sakura, malah Sakura sendiri yang malu dan mengakibatkan pipinya merona merah.

"Ih, Saddaru, kamu daritadi ngeliatin aku, ya!" tuduh Sakura.

"Nggak." Saddaru mengelak.

"Bohong!" Sakura tak bisa menahan senyumannya lagi.

"Beneran," balas Saddaru begitu tenang dan tanpa diketahuinya jantung Sakura serasa sedang meletup-letup seperti popcorn di dalam sana.

"Gue ngeliatin nyamuk yang terbang di atas kepala lo tuh." Saddaru beralibi sambil menunjuk ke atas kepala Sakura yang nyatanya tidak ada nyamuk.

"Serius ada nyamuk?" Sakura jadi panik dan langsung mengibas tangannya di udara, tepat di atas kepala.

"Banyak banget. Lo belom mandi berapa minggu emangnya?" canda Saddaru.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now