Lagi, Sakura menggeleng dan berbicara dengan sangat lambat serta halus. "Aku harus naik mobil."

"Kenapa? Motor lebih cepet, lo bisa cepet-cepet sampe rumah dan langsung istirahat. Jam segini jalanan mulai macet karna orang-orang pada pulang kerja dan pulang sekolah. Gue takut lo kenapa-napa kalo kelamaan di jalan gara-gara kejebak macet karna naik mobil," papar Garrisco.

Sakura terlihat seperti ingin menangis. Ia sudah cukup lelah menghadapi Garrisco yang selalu memaksa, ditambah sekarang badannya terasa amat lesu. Kepalanya pening, perutnya mual, pandangannya juga kabur-kaburan.

"Ayo, lo makin pucet, Sa." Garrisco mengajak Sakura untuk naik ke motornya.

"Nggak," tolak Sakura.

Tanpa keduanya sadari, dari tadi ada tiga lelaki yang memerhatikan mereka dari kejauhan. Mereka ingin tahu apa yang akan Garrisco lakukan pada Sakura.

"Adek lo ngapain sih?" tanya Figo sambil melirik Saddaru.

"Mau pulang bareng, lah! Lo lupa? Mereka kan pasutri." Saga tersenyum sinis pada akhir kalimat. "Palingan udah nggak sabar pengen begitu. Najis."

Biasanya Dion akan marah dan menegur Saga bila cowok itu berkata seenaknya tanpa pikir panjang. Sayangnya, hari ini Dion tidak sekolah. Dia masih setia menemani jasad ibunya di Rumah Duka, tentu bersama sang ayah dan keluarganya yang lain.

Saddaru sedikit memincingkan matanya ke arah Sakura, memerhatikan wajah gadis itu yang kini terlihat agak mengerikan karena sangat putih. Kening Saddaru juga mengerut dalam saat Sakura naik ke boncengan Garrisco.

Langkah Saddaru mendadak jadi cepat ketika motor Garrisco telah melaju meninggalkan tempat. Tujuan Saddaru adalah parkiran untuk mengambil motornya. Teman-temannya pun mengikuti jejak dia.

Dengan gerakan cepat, Saddaru menyalakan mesin dan mulai berkendara. Ia mengejar Garrisco yang jaraknya sudah lumayan jauh. Tapi, Saddaru tidak secepat itu mengalah. Ia terus mengejar, menyalip mobil manapun yang menghalangi jalannya, sampai akhirnya motor Garrisco berposisi tepat di sampingnya.

"Heh, Anjing!" Saddaru berteriak pada Garrisco, membuat adiknya itu hampir tersentak kaget melihat kakaknya ada di sana.

Saddaru melirik Sakura yang memeluk Garrisco dengan mata terpejam tapi dahinya berkerut, seperti sedang menahan sakit atau apapun itu. Terlihat jelas juga buliran keringat yang bercucuran di wajah Sakura.

"Minggir sekarang! Turunin Sakura!" omel Saddaru.

Ia lantas menggiring motor Garrisco untuk menepi ke pinggir jalan agar tak menghalangi kendaraan lain karena posisi mereka tadi berada hampir di tengah jalan.

"Lo ngapain, sih, Bang?!" Garrisco kesal.

"Minggir buruan, berenti!" seru Saddaru.

Garrisco tidak banyak protes. Meski kesal setengah mati, Garrisco tetap menuruti perintah kakaknya. Ketika mereka sudah sama-sama menepi, Saddaru segera beranjak dari motornya dan membantu Sakura untuk turun dari motor Garrisco.

Tepat saat kaki Sakura menyentuh aspal, cewek itu seketika ambruk dan meringis kesakitan. Sekujur kulitnya dingin, wajahnya sangat pucat dan basah akibat keringat. Malang sekali. Untungnya Sakura jatuh ke badan Saddaru yang langsung memeluknya.

Oscillate #1: The Big Secret Where stories live. Discover now