Maaf Nata...

206 10 0
                                    

  Brakk!!!

  Nael menatap pintu ruangan yang di buka kasar, lalu tatapanya tertuju kearah pria dengan tatapan penuh kemarahan.

  "Lo punya mulut, ga perlu sampe kayak gitu"

  Bugh...

  Nael terhuyung ke belakang saat Defta melayangkan tinjuan keras di wajahnya. Defta menarik kerah baju Nael sampai pria itu terangkat sedikit.

  "Kenapa lo hancurin dia!"

  "Kemarin dia itu nungguin lo! Berharap banget lo dateng! Tapi lo gak dateng bangsat!"

  Nael mengelap bibirnya yang berdarah lalu menatap Defta datar.

  "Ya udah tau gua ga dateng, kenapa gak pulang?"

  Defta menggertak giginya sendiri, rasanya dia ingin membunuh pria ini dengan tanganya.

  "Lo gak tau seberapa senengnya dia pas lo ajak jalan ke Dufan! Dia ngarepin lo dateng!"

  "Dia nunggu dari jam tujuh sampe jam dua belas malem!!" Defta memukul Nael lagi.

  "Kenapa lo nyepelein perasaan dia, seolah-olah dia gak sakit hati!"

  "Ya terus kenapa?" Tanya Nael tersenyum miring.

  Bughhh!!

***

   "Nata! Defta sama Nael berantem!" Teriak Dea yang dari ambang pintu.
Nata yang tengah sibuk mengerjakan PR tersentak kaget.

  Nata bangkit berdiri dari bangkunya, berlari bersama Dea menuju ruang kepengurusan siswa yang tak lain adalah ruangan Nael.

  Sesampainya di sana, kerumunan sudah ramai mengerubungi ruangan itu. Nata berjalan menyelip masuk kedalam.

  Ya Tuhan...

  Nata menutup mulutnya dengan telapak tanganya melihat Nael dan Defta sudah separah itu.

  "Defta!!!" Teriak Nata lantang sekali.

  Dua pria yang tengah bergulat itu langsung menatap ke sumber suara.

  Defta melepaskan kerah baju Nael dengan kasar,otomatis Nael terhempas ke lantai.

  "Ada apa ini?!!!" Teriak kepala sekolah yang berhasil membuat kerumunan berhamburan pergi.

  Nata menarik tangan Defta, Nael yang masih terkapar sekilas memperhatikan Nata yang menangis.

***

  Defta menatap air mata yang terus mengalir dari mata gadis di depanya ini.

  "Sakit ya..."

  "Enggak" Defta tertawa pelan. "Defta jangan begini. Lo sampe luka-luka begini gua gak mau" Nata mengelap luka-luka Defta di wajahnya.

  "Itu pantes buat cowo kayak dia Nata..."

  "Tapi gua gak mau lo begini"

   "Udah sering gua nyeret lo ke masalah gua. Gua udah sering nyakitin lo"

  "Ngerepotin lo, gua gak mau lagi..." Nata membalikan tubuhnya membelakangi Defta saat dia mulai menangis.

  "Jangan nangis"

  Nata malah makin terisak saat Defta memeluknya dari belakang, merebahkan kepalanya di punggun-nya.

  "Maaf ya..."

  Defta memeluk leher Nata dengan erat sambil tersenyum.

  "Maaf Def"

  "Ini belum lebaran"

  "Ih! Ngeselin!"

  "Hahhaha"

***

   Nata membuka bukunya saat pak Gunawan mulai mengajar di depan papan tulis. Tak lama pintu kelas  terbuka memperlihatkan Nael dengan wajah kacaunya dengan luka bengkak di wajahnya.

  Nata mengigit bibirnya melihat wajah Nael. Itu pasti sangat sakit.

  Dia tahu, apa yang dilakukan Nael malam tadi sangat sakit, tapi ini berbeda. Sakit yang di alami Nael itu sakit Fisik.

  "Udah selesai urusanya Nael?" Tanya pak Gunawan. Nael hanya mengangguk berjalan menuju mejanya.

  "Kamu ini... Panutan kok nyontohin yang jelek" Omel pak Gunawan pelan.

  David memperhatikan Defta dan Nael bergantian. Memperhatikan wajah dua pria tampan itu yang babak belur. Ada  apa?

***

   Tring!!!

  Bel menandakan akhirnya pembelajaran untuk hari ini. Nata melambaikan tanganya pada teman-temanya yang pulang duluan.

  Dia masih sibuk menyalin catatan milik Dea karena dia tertinggal cukup banyak. Setelah selesai dia membereskan barang-barangnya.

  Nata hendak memakai tas-nya lalu dia bertatapan dengan Nael yang ternyata belum pulang.

  "Nael..."

  Nata membuka tas-nya lagi, mengeluarkan plester yang dia minta dari UKS tadi saat mengobati Defta.

  "Gua...obatin ya?" Tanya Nata sambil merapihkan rambut Nael yang berantakan.

  "Lo gak papa?..." pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya saat dia menempelkan plester di pelipis Nael.

  "Sakit" Kata Nael menatap mata  Nata yang berkaca-kaca.

  Nael menarik wajah Nata untuk lebih mendekat dengan wajahnya. Nael mengarahkan bibirnya ke telinga Nata sambil menepikan rambut gadis itu.

  "Selamat ulang tahun Nata... Maaf"

  Degh...

  Nata diam bergeming, setelah itu Nael bangkit berdiri meninggalkan Kelas dan Nata.

  Nata duduk di kursinya sambil menangis tanpa suara sedikitpun.
Itu pertama kalinya Nael memanggil Namanya lembut.

***

Nata&NaelWhere stories live. Discover now