“Kau kenapa?”

Jungkook menggelengkan kepalanya. Ia melepas selimut yang menutupi separuh tubuhnya untuk dijadikan pembungkus badan Yerim. “Disini dingin. Kau bisa sakit. Aku akan pergi sebelum teman-temanmu pulang.”

Jungkook berjalan mundur dan memakai seluruh pakaiannya sementara Yerim hanya memandangi dari tempat duduknya.

“Apa kau belum puas melihatnya, Nyonya?,” pertanyaan Jungkook membuat Yerim mencebikkan bibirnya.

“Aku sudah puas, Tuan. Aku hanya berpikir… apa aku bisa menjadi normal seperti yang lain.”

Jungkook selesai mengenakan celananya. Ia meraih kemejanya dan duduk disamping Yerim. “Kau pasti bisa. Tak  ada yang mustahil di dunia ini.”

*

Rose pulang bersama dengan Seokjin. Betapa terkejutnya dia melihat dua lelaki terikat dan dapur berantakan. Seokjin memeriksa lelaki yang masih tak sadarkan diri itu. Khawatir jika Yerim berbuat lebih jauh.

“RIIIMMM!!!,” jerit Rose.

Yerim turun dengan mengenakan celana jeans pendek dan turtle neck berwarna maroon. “Apa kau tak bisa lebih lembut lagi, eonni? Aku baru saja tertidur dan kau malah mengerluarkan lengkinganmu.”

“Kenapa mereka, Rim?,” tanya Seokjin.

“Mereka perampok. Aku hanya mencoba membela diri saja. Dan mereka berakhir seperti itu.”

“Kau habis darimana?,” Rose memicingkan matanya sambil bersedekap. Memandang curiga pada Yerim.

“Aku berkeringat setelah melawan mereka. Aku berganti pakaian lalu tidur. Tiba-tiba eonni membuat kegaduhan.”

“Yasudah. Kau istirahatlah, Rose. Aku akan mengurus tikus-tikus ini,” ucap Seokjin.

Rose mengangguk lalu meninggalkan Yerim dan Seokjin.

“Apa kau yang mengalahkan mereka?”

“Kenapa oppa menanyakan hal itu?,” Yerim bergerak mengambil air putih didalam kulkas.

“Kau memang dilatih Irene, tapi ingat, kau tinggal denganku selama ini. Aku tau dari luka-luka yang mereka dapatkan, ini bukan seperti luka dari seranganmu. Dan, kau melempar lelaki hingga mendorong piring-piring, itu kurang bisa diterima. Kau memang kuat, tapi tetap saja kau perempuan.”

“Oppa, yang terpenting aku sudah mengalahkan mereka.”

“Apa ada orang lain disini?”

“Irene eonni dan Hoseok oppa.”

“Aku akan tanya pada mereka.”

Yerim tak jadi minum. Ia bergerak untuk menahan Seokjin. “Jangan tanyakan pada mereka. Tadi memang ada orang lain, oppa.”

Seokjin tersenyum. “Jeon Jungkook?”
Yerim membelalakkan matanya mengetahui Seokjin tau tentang Jungkook.

“Sulit bagi kita untuk saling berbohong kan, Rim?,” Seokjn mengeluarkan senyum miringnya. “Kau itu sudah seperti adikku, bahkan mungkin anakku karena selama ini aku yang merawatmu. Jadi aku tau kau berbohong atau tidak. Begitu juga sebaliknya.”

Yerim menganggukkan kepalanya. “Tadi memang lelaki itu kemari. Dia yang menghabisi perampok itu.”

Seokjin menganggukkan kepalanya. “Aku percaya padanya.”

*

“Yash!,” Irene mendorong lelaki yang masih berusaha menerkamnya meski lelaki itu sudah berlumuran darah.
Hoseok segera kembali mendekati Irene. Ia membawa pistol di tangan kanan dan menyeret lelaki lain yang nampak sebagai manajer bar. Hoseok melempar lelaki yang tak berdaya itu kehadapan Irene. Wanita cantik bertubuh mungil itu berjongkok dengan senyum miringnya. Tangannya tergerak untuk mengangkat dagu lelaki yang nampak ketakutan.

Shoot Me √Where stories live. Discover now